Ilmu Filsafat



PENGANTAR FILSAFAT ILMU (2)
YUNANI KUNO

Setelah abad ke-6 SM muncul sejumlah ahli pikir yang menentang adanya mitos. Mereka menginginkan adanya pertanyaan tentang isteri alam semesta ini, jawabannya dapat diterima akal (rasional). Keadaan yang demikian ini sebagai suatu demitiologi, artinya suatu kebangkitan pemikiran untuk menggunakan akal pikir dan meninggalkan hal-hal yang sifatnya mitologi. Upaya para ahli pikir untuk mengarahkan kepada suatu kebebasan berfikir , ini kemudian banyak orang mencoba membuat suatu konsep yang dilandasi kekuatan akal pikir secara murni, maka timbullah peristiwa ajaib The Greek Miracle yang artinya dapat dijadikan sebagai landasan peradaban dunia.
Pelaku filsafat adalah akal dan musuhnya adalah hati. Pertentangan antara akal dan hati itulah pada dasarnya isi sejarah filsafat. Di dalam sejarah filsafat kelihatan akal pernah menang, pernah kalah, hati pernah berjaya, juga pernah kalah, pernah juga kedua-duanya sama sama-sama menang. Diantara keduanya , dalam sejarah, telah terjadi pergugumulan berebut dominasi dalam mengendalikan kehidupan manusia.
Yang dimaksud dengan akal disini ialah akal logis yang bertempat di kepala, sedangkan hati adalah rasa yang kira-kira bertempat di dalam dada. Akal itulah yang menghasilkan pengethauan logis yang disebut filsafat, sedangkan hati pada dasarnya menghasilkan pengetahuan supralogis yang disebut pengetahuan mistik, iman termasuk disini. Ciri umum filsafat yunani adalah rasionalisme yang dimana mencapai puncaknya pada orang-orang sofis.
Dalam sejarah filsafat biasanya filsafat yunani dimajukan sebagai pangkal sejarah filsafat barat, karena dunia barat (Erofa Barat) dalam alam pikirannya berpangkal kepada pemikiran yunani. Pada masa itu ada keterangan-keterangan tentang terjadinya alam semesta serta dengan penghuninya, akan tetapi keterangan ini berdasarkan kepercayaan. Ahli-ahli pikir tidak puas akan keterangan itu lalu mencoba mencari keterangan melalui budinya. Mereka menanyakan dan mencari jawabannya apakah sebetulnya alam itu. Apakah intisarinya? Mungkin yang beraneka warna yang ada dalam alam ini dapat dipulangkan kepada yang satu. Mereka mencari inti alam, dengan istilah mereka : mereka mencari arche alam (arche dalam bahasa yunani yang berarti mula, asal).
Terdapat tiga faktor yang menjadikan filsafat yunani ini lahir, yaitu:
1.      Bangsa yunani yang kaya akan mitos (dongeng), dimana mitos dianggap sebagai awal dari upaya orang untuk mengetahui atau mengerti. Mitos-mitos tersebut kemudian disusun secara sistematis yang untuk sementara kelihatan rasional sehingga muncul mitos selektif dan rasional, seperti syair karya Homerus, Orpheus dan lain-lain.
2.      Karya sastra yunani yang dapat dianggap sebagai pendorong kelahiran filsafat yunani, karya Homerous mempunyai kedudukan yang sangat penting untuk pedoman hidup orang-orang yunani yang didalamnya mengandung nilai-nilai edukatif.
3.      Pengaruh ilmu-ilmu pengetahuan yang berasal dari Babylonia (Mesir) di lembah sungai Nil, kemudian berkat kemampuan dan kecakapannya ilmu-ilmu tersebut dikembangkan sehingga mereka mempelajarinya tidak didasarkan pada aspek praktis saja, tetapi juga aspek teoritis kreatif.
Dengan adanya ketiga faktor tersebut, kedudukan mitos digeser oleh logos (akal), sehingga setelah pergeseran tersebut filsafat lahir.

FILSAFAT
            Phoedjawijatna (1974:1) menyatakan bahwa kata filsafat berasal dari kata arab yang berhubungan rapat dengan kata yunani, bahkan asalnya memang dari kata yunani. Kata yunaninya ialah phylo shopia. Dalam bahasa yunani kata phylo shopia merupakan kata majemuk yang terdiri atas phylo dan shopia; phylo artinya cinta dalam arti luas, yaitu ingin, dan karena itu lalu berusaha mencapai yang diinginkan itu;shopia artinya kebijakan yang artinya pandai, pengertian yang mendalam. Jadi, menurut namanya saja filsafat boleh diartikan ingin mencapai pandai cinta pada kebijakan (lihat juga windelband, 1958:1:1)
A.    MITOLOGI
            Sekumpulan mitos dan legenda yang berasal dari yunani kuno dan berisi kisah-kisah mengenai dewa dan pahlawan, sifat dunia da nasal usul serta makna dari praktik ritual dan kultus orang yunani kuno. Mitologi yunani merupakan bagian dari agama di yunani kuno. Para sejarawan modern mempelajari mitologi yunani untuk mengetahui keadaan polotik, agama dan peradaban di yunani kuno serta untuk memperoleh pemahaman mengenai pembentukan mitos itu sendiri. Mitologi sendiri mempunyai periode berbeda namun kisah dan turunan yang sama. Seperti kisah dewa, kisah dewa dan manusia maupun kisah titan atau moster.
B.     DEMITOLOGI
            Bangsa yunani yang hidup pada abad ke-6 SM memiliki system kepercayaan yang di percaya olehnya adalah benar, kepercayaan tersebut bersumber pada mitos (dongeng-dongeng) dan anehnya suatu kebenaran lewat akal pikiran atau logos menurut mereka tidak berlaku. Kemudian setelah lensernya abad ke-6 SM mulai muncul sejumlah ahli piker yang menentang adanya mitos. Hal yang mendasar yang tidak dapat diterima oleh pemikir-pemikir hebat kala itu adalah tentang mistri alam semesta ini. Keadaan yang demikian ini sebagai suatu demitologi, artinya suatu kebangkitan pemikiran untuk mengguakan akal piker dan meninggalkan hal-hal yang sifatnya mitologi. Zaman yuani kuno dipandang sebagai zaman keemasan filsafat, karna pada masa ini orang memiliki kebebasan untuk mengungkapkan ide-ide atau pendapatnya. Yunani pada masa itu dianggap gudang ilmu dan filsafat karna bangsa yunani pada masa itu tidak mempercayai mitologi-mitologi.

1.      Thales (624-548)
Nama Thales muncul atas penuturan sejarawan Herodotus pada abad ke -5 SM. Thales sebagai salah satu dari tujuh orang bijaksana (Seven Wise Men of Greece). Aristoteles  memberikan gelar The Father of Philosopy. Juga menjadi penasihat teknis ke-12 kota Ionia. Salah satu jasanya yang besar adalah meramal gerhana matahari pada tahun 585 SM.
Thales mengembangkan filsafat alam kosmologi yang mempertanyakan asal mula, sifat dasar, dan struktur komposisi alam semesta. Menurut pendapatnya, semua yang berasal dari air sebagai materi dasar kosmis. Sebagai ilmuwan pada masa itu ia mempelajari magnetism dan listrik yang merupakan pokok soal fisika. Ia juga mengembangkan astronomi dan matematika dengan mengemukakan pendapat bahwa bulan bersinar karena memantulkan cahaya matahari, menghitung terjadi gerhana matahari, dan bahwa kedua sudut alas dari suatu segitiga sama kaki sama besarnya. Dengan demikian, Thales merupakan ahli matematika yang pertama dan juga sebagai the father of deductive reasoning (bapak penalaran deduktif).

2.      Anaximandors (610-518 SM)
Ia adalah orang pertama yang mengarang suata traktat dalam kesusteraan Yunani, dan berjasa dalam bidang astronomi, geografi. Jadi, ia merupakan orang pertama yang membuat peta bumi. Ia berhasil memimpin sekelompok orang yang membuat kota baru di Appollonia, Yunani.
Pemikirannya dalam memberikan pendapat tentang arche (asas pertama alam semesta) ia tidak menunjuk pada salah satu unsure yang dapat diamati indra, tetapi ia menunjuk dan memilih pada sesuatu yang tidak dapat diamati indra, yaitu to aperion, sebagai sesuatu yang tidak terbatas, abad sifatnya, tidak bnerubah-ubah, ada pada segala-galanya, dan sesuatu yang paling dalam. Alasannya, apabila tentang arche  ia menunjuk pada salah satu unsure, maka unsure tersebut akan mempunyai sifat yang dapat bergerak sesuai dengan sifatnya sehingga tidak ada tempat bagi unsure yang berlawanan.
Pendapatnya yang lain, bumi seperti silinder, lebarnya tiga kali lebih besar dari tingginya. Bumi tidak terletak atau bersandar pada sesuatu pun. Mengapa bumi tidak jatuh? Karena bumi berada pada pusat jagad raya. Pemikirannya ini harus kita pandang sebagai titik ajaran yang mengherankan bagi orang-orang modern.
3.      Anaximanes (590-518 SM)
Anaximanes hidup sekitar 590-518 SM. Ia berpendapat bahwa hakikat segala sesuatu yang satu itu adalah udara. Jiwa adalah udara, api adalah udara yang encer, jika dipadatkan pertama-tama udara akan menjadi air, dan jika dipadatkan lagi akan menjadi tanah, dan akhirnya menjadi batu. Ia berpendapat bahwa bumi itu berbentuk seperti meja bundar.

4.      Pythagoras (580-500 SM)
            Mengenai riwayat hidupnya, ia dilahirkan di Pulau Samos, Ionia. Tanggal dan tahunnya tidak diketahui secara pasti. Ia juga tidak meninggalkan tulisan-tulisan sehingga apa yang diketahui tentang Pythagoras diperlukan kesaksia-kesaksian. Menurut Aristoxenos seorang murid Aristoteles Pythagoras pindah ke kota Kroton, Italia Selatan karena tidak setuju dengan pemerintahan Polykrates yang bersifat tirani. Di kota ini ia mendirikan sekolah agama, selama 20 tahun ia di Kroton,  kemudian pindah ke Metapontion dan meninggal di kota ini.
            Pemikirannya, substansi dari semua benda adalah bilangan, dan segala gejala alam merupakan pengungkapan indrawi dari perbandingan-perbandingan matematis. Bilangan merupakan inti sari dan dasar pokok dari sifat-sifat benda (number rules the universe = bilangan memerintah jagat raya). Ia juga mengembangkan pokok soal matematik yang termasuk teori bilangan. Umpanya, dikembangkannya susunan bilangan-bilangan  yang mempunyai bentuk geometris.
            Pemikirannya tentang bilangan, ia mengemukakan bahwa setiap bilangan dasar  dari 1 sampai 10 mempunyai kekuatan dan arti sendiri-sendiri. Satu adalah asal mula segala sesuatu sepuluh, dan sepuluh adalah bilangan sempurna. Bilangan gasal (ganjil) lebih sempurna daripada bilangan genap dan identik  dengan finite (terbatas), salah seorang penganut Pythagoras mengatakan bahwa Tuhan adalah bilangan tujuh, jiwa itu bilangan enam, badan itu bilangan empat.
            Pythagoraslah yang mengatakan pertama kali bahwa alam semesta itu merupakan  satu keseluruhan yang teratur, sesuatu yang harmonis seperti dalam musik. Keharmonisan dapat tercapai dengan menggabungkan hal-hal yang berlawanan, seperti :
-          Terbatas – tak terbatas;
-          Ganjil – genap;
-          Satu – banyak;
-          Laki-laki – perempuan;
-          Bujur sangkar – empat persegi panjang;
-          Diam – gerak;
-          Lurus – bengkok;
-          Baik – buruk;
-          Terang – gelap;
-          Kanan – kiri.
Menurut Pythagoras, kearifan yang sesungguhnya hanya dimiliki oleh Tuhan saja, oleh karenanya ia tidak mau di sebut sebagai orang arif seperti Thales, akan tetapi menyebut dirinya sebagai philosophos yaitu pencipta kearifan atau kebijaksanaan. Sampai sekarang secara etimologis dan singkat sederhana filsafat dapat diartilkan sebagai cinta kearifan atau kebijaksanaan (love of wisdom).
Sebagai seorang ahli matematika abadi ia dengan dalilnya: jumlah dari luas dua sisi sebuah segitiga siku-siku adalah sama dengan luas sisi miringnya( a2 + b2 =  c2).

5.      Democritos (460-370 SM)
            Ia lahir di kota Abdera di pesisir Thrake di Yunani Utara. Karena ia berasal dari keluarga yang kaya raya, maka dengan kekayaannya itu ia berpergian ke Mesir dan negeri-negeri Timur lainnya. Dari karya-karyanya ia telah mewariskan sebanyak 70 karangan tentang bermacam-macam masalah, seperti kosmologi , matematika, astronomi, logika, etika, teknik, musik, puisi, dan lain-lainnya. Oleh karena itu, ia dipandang sebagai seorang sarjana yang menguasai banyak bidang.
            Pemikirannya adalah bahwa realitas bukanlah satu, tetapi terdiri dari banyak unsur dan jumlahnya tak terhingga. Unsur-unsur tersebut merupakan bagian materi yang sangat kecil sehingga indra kita tidak mampu mengamatinya dan tidak dapat dibagi-bagi. Unsur-unsur tersebut dikatakan sebagai atom yang berasal dari satu dari yang lain karena tiga hal yaitu bentuk, urutan, dan posisinya. Atom-ayom ini tidak dijadikan dan tidak dapat dimusnahkan, tidak berubah, dan tidak berkualitas.
            Menurut pendapatnya, atom-atom itu selalu bergerak, berarti harus ada ruang kosong. Satu atom hanya dapat bergerak dan menduduki satu tempat. Maka, Democritos berpendapat bahwa realitas itu ada dua, yaitu atom itu sendiri (yang penuh) dan ruang tempat atom bergerak (yang kosong).

SOCRATES (469 – 399 SM)
            Merupakan filsuf pertama yang terlahir di atena. Jalan berfikirnya Socrates dapat diringkas sebagai berikut. Adalah tugas manusia untuk menjaga keslamatan jiwanya, yang lebih berharga disbanding raganya. Jiwa bukan sekedar nyawa manusia ,melainkan suatu asas hidup dalam arti yang lebih dalam ia adalah hakikat manusia sebagai pribadi yang bertanggungjawab. Sekedar hidup begitu saja tidak ada artinya, yang penting ialah hidup secara baik. Untuk dapat mencapainya manusia harus mempunyai penglihatan dalam yang murni. mana kala ia melakukan perbuatan yang salah, maka ada yang tidak beres pada penglihatan dalam tersebut. Maka yang pokok ialah membuat manusia mempunyai penglihatan yang benar. Apa yang baik dan apa yang buruk tak mungkin tergantung pada selera manusia masing-masing, melaikan terikat pada penglihatan dalam yang tidak berbeda-beda sesuai dengan waktu dan ruang, melaikan bersifat universal, berlaku sepanjang masa. Kebijakan bersifat tunggal, ia bukan suatu cara berbuat yang dapat diajarkan, yang secara cermat disesuaikan dengan keadaan seperti yang dikehendaki oleh sofis, melainkan  berupa satu hal belaka menurut penglihatan dalam.
            Socrates tidak bermasud untuk memaksakan orang lain menerima sesuatu ajaran. Ia memakai siasat ibunya sebagai seorang bidan. Dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan ia bermaksud agar manusia memperoleh penglihatan dalam bahwa pendapat yang sudah terpateri dalam dirinya sesungguhnya kurang berisi kebijakan serta mengandung pertentanggan dalam. Namun ia tidak tetap betahan pada kegiatan yang negative ini. Ia melangkah lebih maju dan seraya mengajukan pertanyaan-pertanyaan ia berusaha agar teman berbicaranya memperoleh keinsyafan yang lebih dalam mengenai sesuatu masalah yang sedang dihadapi, yang pada umumnya bertalian dengan perilaku manusia. Yang selalu di utamakannya ialah agar teman berbicaranya menginsyafi, bahwa berdasarkan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan Socrates, ia sendiri telah berasih memperoleh penglihatan dalamnya. Socrates yakin bahwa hanya dengan cara yang demikian penglihatan dalam dapat menjadi milik rohani seseorang. Dan yang demikian ini terutama penting bila menyangkut penglihatan dalam di bidang kesusilaan, yang mempunyai arti penentu bagi seluruh kehidupan manusia.
            Daya fikir Socrates merembesi apa yang dinamakan mazhab-mazhab Socrates. Mazhab-mazhab ini tidak merupakan satuan-satuan tertutup seperti yang terdapat di kalangan para penganut ajaran Pythagoras dan kemudian terdapat pada akademi plato. Yang paling terkenal ialah dua buah mazhab yang mempunyai pengaruh yang sangat besar:mazhab sinik dengan tokohnya Antisthenes dan mazhab cyrene dengan tokohnya aristippus.

PLATO (427-347 SM)
            Plato lahir pada tahun 427 di Athena dari keturunan bangsawan. Setelah runtuhnya pemerintahan tigapuluh penguasa lalim ia terpaksa meninggalkan Athena, dan dengan demikian ia tidak hadir pada peristiwa kematian serta proses peradilan Socrates. Agaknya ia selama delapan tahun menjadi murid Socrates. Karena sring mengadakan perlawatan ia memperoleh pengetahuan yang banyak jumlahnya. Usaha untuk menerapkan teori-teorinya pada pemerintahan Dionysius I di Syracuse mengalami kegagalan. Kemudian plato dijual sebagai budak. Setelah terbebas ia pergi ke Athena, dan dikota ini ia mulai mengajar pada tahun 387. Pada tahun 387 pemerintahan Dionysius II di Syracuse plato sekali lagi mencoba menerapkan teori-teorinya, namun kembali mengalami kegagalan. Percobaan ke-3 yang dilakukan pada tahun 361 akhirnya juga kandas. Plato meninggal di Athena pada tahun 347.
            Sejauh yang dapat disajikan kepada umum, kita memiliki banyak karya plato secara lengkap. Satu-satunya kesukaran yang kita hadapi ialah mengadakan pemilahan antara karya-karyanya yang sejati dengan yang palsu. Sejumlah dialog yang singkat sangkat boleh jadi bersifat palsu.
            Isi pemikiran plato ialah pemikiran mengenai idea. Dalam dunia ini kita hanya menangkap hal-hal yang berubah-ubah dan fana. Bagaimana dapat terjadi sehingga kita dapat mencapai mengetahuan yang berlaku abadi? Apakah tidak demikian keadaannya, sehingga apa yang baik, benar dan indah juga baik, benar dan indah bagi setiap orang untuk selama-lamanya dan dimana-mana? Maka ada pertentangan antara yang selalu berubah, satu-satunya hal yang diamati oleh Heraclitus, dengan tetap berubah, satu-satunya hal yang diperhatikan oleh Parmenides.
            Dengan demikian idea-idea merupakan gambaran-gambaran pikiran yang memimpin pemikiran kita. Idea-idea ini bukan merupakan gambaran-gambaran fikiran yang kita ciptakan, melainkan tampil dalam fikiran kita secara murni dengan sifat-sifatnya yang abadi serta tak berubah-ubah. Jika orang yang satu berbeda dari orang yang lain, maka yang demikian ini disebabkan setiap orang dengan caranya yang masing-masing ambil bagian dalam idea manusia. Idea ini bersifat abadi dan tak berubah-ubah , namun tak pernah diwujudkan secara penuh oleh manusia yang manapun. Itulah sebabnya terdapat perbedaan dalam bangun tubuh serta watak, dan itulah pula sebabnya manusia dapat berubah-ubah dan mati.
            Seperti halnya bagi setiap orang yunani yang hidup pada masa jayanya yunani, juga para plato etika dan filsafat Negara berkaitan erat. Wajib susila manusia senantiasa betalian dengan kewarganegaraannya, kedudukannya sebagai anggota Negara polis. Plato memandang jiwa manusia terpenjara dalam raganya.
            Bagian tertinggi jiwa ialah akal budi, yang tertuju untuk menatap idea serta memberikan tuntunan atas segenap kegiatan manusia, apabila jiwa ini teratur secara baik. Tetapi akal budi tak dapat secara langsung mentertibkannya, melainkan hanya dengan perantaraan bagian tegah jiwa, yang didiami oleh rasa-rasa yang lebih tinggi : rasa ingin dihormati, rasa birahi, rasa amarah yang dapat dibenarkan, dll. Dalam hal ini plato menarik konsekuensi-konsekuensi yang amat penting bagi pendidikan. Pendidikan bukan hanya merupakan urusan akal budi, melainkan urusan pimpinan yang lurus yang dilakukan oleh rasa-rasa yang lebih tinggi. Rasa-rasa ini harus diatur sedemikian rupa sehingga secara sertamerta diberi arah oleh akal budi, dan dengan demikian ada gilirannya memberikan pengarahan kepada rasa-rasa yang lebih rendah. Dalam pendidikan rasa-rasa ini dapat dibangkitkan, terutama dengan melakukan kegiatan di bidang seni,puisi dan music.
            Plato membedakan 3 kelompok dalam Negara : yang tertinggi kelompok mereka yang memerintah, dibawahnya terdapat kelompok prajurit, dibawahnya lagi kelompok orang awam (petani,tukang, pedagang). Berat sekali syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk memerintah Negara secara lurus. Mereka yang memerintah tidak boleh mempunyai milik pribadi serta kluarga pribadi. Kedua hal ini kiranya dapat menyebabkan mereka yang memerintah mengutamakan kepentingannya sendiri atau kepentingan kluarganya sendiri diatas kesejahteraan Negara karenanya para calon anggota pemerintah perlu mendapat pendidikan yang sangat kusus. Hendaknya mereka para filsuf, karna mereka hanya dapat memimpin Negara, jika mereka sendiri senantiasa diarahkan oleh idea kebaikan, yang secara demikian memberikan pedoman memerintah bagi mereka yang memerintah.

ARISTOTELES (384-322 SM)
Aristoteles dilahirkan pada tahun 384 di Stagira daerah Thracia. Warisan aristoteles berupa tulisan mengemukakan banyak masalah yang sukar. Seperti halnya Plato, Aristoteles menulis dialog-dialog yang ditujukan bagi kalayak ramai, namun tulisan-tulisan tersebut telah hilang. Karya Aristoteles yang masih tersimpan berupa buku-buku yang dipakai sebagai pegangan ketika mengajar. Karya-karya ini menghadapkan pada kita masalah-masalah besar. Sebagai pegangan buku-buku ini tersusun secara sistematik. Aristoteles tidak memiliki semangat keagamaan yang dipunyai gurunya, melainkan ia seorang yang ahli dalam menyusun serta menjelaskan hal-hal yang faktual.
Yang menjadi titik tolak metafisika, Aristoteles ialah kecamannya terhadap ajaran idea Plato. Tetapi kecamannya sekaligus hendak mempertahankan ide ungkapan yang umum serta hendak mempertahankan pengutamaan yang umum. Namun yang benar-benar berada secara kongkrit bukanlah yang umum, melainkan yang satu demi satu atau orang seorang : bukannya manusia yang berada, melainkan manusia ini yang berada.
Inti pokok logika Aristoteles ialah ajaran mengenai penalaran dan pembuktian. Baginya penalaran pertama berupa silogisme, yang didalamnya berdasar dua buah tanggapan orang menyimpulkan tanggapan ketiga. Untuk dapat secara lurus melakukan penyimpulan ini, perlu diketahui mengenai hakekat tanggapan. Ada tanggapan yang mengukuhkan dan tanggapan yang mengingkari : ada tanggapan singular, artikular dan umum.
Yang amat penting ialah ajaran Aristoteles mengenai nyawa, terutama dalam hal ini dapat di ikuti secara jelas perkembangan ajarannya yang bertolak dari pendirian plato sampai pada pendiriannya sendiri. Berangkat dari dualism ajaran Plato, melalui ajaran mekanisme yang dianutnya sementara, Aristoteles tiba pada kenyataan adanya persatuan hakiki antara nyawa dan tubuh. Nyawa adalah bentuk tubuh, dan karenanya bersama dengan tubuh merupakan satu kesatuan tak terceraikan manakala nyawa sebagai asas hidup bersifat fana maka Aristoteles berkeyakinan mengenai keabadian jiwa manusia. Mengenai hubungan nyawa dengan jiwa, Aristoteles tak dapat memberikan penjelasan.
Etika adalah seni untuk mencapai kebaikan. Kebaikan merupakan tujuan yang hendak dicapai setiap benda, yang diupayakan dengan perbuatan. Apakah sesuatu yang dipunyai manusia, yang memperbedakannya dengan benda-benda yang lain? Itulah akalnya. Karena perbuatan susila yang dilakukan manusia mencapai titik puncaknya pada pemikiran yang murni. Inipula sekaligus terletak kebahagiaan tertinggi manusia, yang dengan sendirinya diupayakan oleh manusia, meskipun ia dapat keliru pendapatnya mengenai sifat yang dipunyai oleh kebahagiaan. Namun titik puncak ini hanya dapat dicapai oleh para dewa: manusia yang hidup dipermukaan bumi hanya dapat berusaha untuk mendekatinya dengan cara jalan menertipkan usaha-usaha nya yang bermaksud mencapai tujuan. Dalam filsafat masyarakatnya Aristoteles lebih individualistrik serta realistic dibanding Plato. Ia menolak setiap bentuk komunisme: manusia ada tidak untuk Negara, melaikan Negara ada untuk manusia.

ABAD PERTENGAHAN
            Zaman pertengahan merupakan suatu kurun waktu yang ada hubungannya dengan sejarah bangsa-bangsa di benua Eropa . pengetahuan umum tentang zaman pertengahan yang berkaitan dengan perkembangan pengetahuan ialah suatu periode panjang yang dimulai dari jatuhnya kekaisaran Romawi Barat tahun 476 M hingga timbulnya Renaissancedi Italia.
            Zaman pertengahan (Middle Age) ditandai dengan pengaruh yang cukup besar dari agama Katolik terhadap kekaisaran dan perkembangan kebudayaan pada saat itu. Pada umumnya orang Romawi sibuk dengan masalah keagamaan tanpa memperhatikan masalah duniawi dan ilmu pengetahuan. Pada masa itu yang tampil dalam lapangan ilmu pengetahuan adalah para teolog. Para ilmuwan pada masa ini hampir semua adalah para teolog sehingga aktivitas ilmiah terkait dengan aktivitas keagamaan. Dengan kata lain, kegiatan ilmiah diarahkan untuk mendukung kebenaran agama. Semboyan yang berlaku bagi ilmu pada masa ini adalah ancillatheologiae, abdi agama. Oleh karena itu sejak jatuhnya kekaisaran Romawi Barat hingga kira-kira abad ke-10, di Eropa tidak ada kegiatan dalam bidang ilmu pengetahuan yang spektakuler yang dapat dikemukakan. Periode ini dikenal pula dengan sebutan abad kegelapan.
            Menjelang berakhirnya Abad Pertengahan, ada beberapa kemajuan yang tampak dalam masyarakat yang berupa penemuan-penemuan. Penemuan-penemuan tersebut antara lain pembaruan bajak yang dapat mengurangi penggunaan energi petani. Kincir angin mulai digunakan untuk menggiling jagung, ada pula kemajuan dan pembaruan dalam bidang perkapalan dan navigasi perlayaran.
            Berbeda dengan keadaan di Eropa yang mengalami abad kegelapan, didunia islam pada masa yang sama justru mengalami masa keeamasan ilmu pengetahuan dan teknologi. Peradaban dunia islam, terutama pada zaman bani umayah telah menemukan suatu cara pengamatan astronomi pada abad ke-7M, delapan abad sebelum Galileo Galilei dan Copernicus melakukannya. Pada zaman keemasan kebudayaan islam juga dilakukan penerjemahan berbagai karya Yunani, dan bahkan khalifah Al-Makmun telah mendirikan Rumah Kebijaksanaan (House of Wisdom) pada abad ke-9M.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat pada dunia islam tersebut dimungkinkan oleh adanya pengamatan yang terus-menerus dan pencatatan yang teratur serta adanya dorongan dan bantuan dari pihak para raja yang pemerintah. Dengan demikian untuk pertama kalinya dalam sejarah, tiga faktor penting, yaitu politik, agama dan ilmu pengetahuan, berada pada satutangan, aja atau sultan. Keadaan ini sangat mengutungkan perkembangan ilmu pengetahuan lebih lanjut. Selama 600-700 tahun lamanya kemajuan kebudayaan dan ilmu pengetahuan tetap ada pada bangsa-bangsa yang beragama islam.
Menurut Slamet Iman  Santoso (1997:64) sumbangan sarjana islam dapat diklafikasikan dalam tiga hal, yaitu (1) menerjemahkan peningggalan bangsa Yunani dan menyebarluaskannya sedemikian rupa, sehingga pengetahuan ini menjadi dasar perkembangan dan kemajuan di dunia barat sampai sekarang, (2) memperluas pengamatan dalam lapangan ilmu kedokteran, obat-obatan, astronomi, ilmu kimia, ilmu bumi, dan ilmu tumbuh-tumbuhan, dan (3) menegaskan sistem desimal dan dasar-dasar aljabar. Beberapa orang memberi sumbagan besar dalam perkembangan pengetahuan dan teknologi didunia Islam antara lain Al Khawarizmi, Omar Khayam, Jabir Ibnu Hayan, Al-Razi, Ali Ibnu Sina, Al-Idrisi dan Ibn Khaldun.
Muhammad Ahmad Al-Khawarizmi menyusun buku Aljabar pada tahun 825 M, yang menjadi buku standar beberapa abad lamanya di Eropa, ia juga menulis buku tentang perhitungan biasa (aritbmetics). Buku tersebut menjadizat pembuka jalan di Eropa untuk mempergunakan cara desimal, yang menggantika penulisan dengan angka Romawi, Khawarizmi juga telah memperkenalkan persamaan pangkat dua dalam aljabar.
Jabir Ibnu Hayan (720-800M) banyak mengadakan eksperimen, antara lain tentang kristalisasi, melarutkan, sublimasi, dan reduksi. Disamping mengadakan eksperimen, ia juga banyak menulis antara lain tentang proses pembuatan baja, permurnian logam, memberi warna pada kain dan kulit, cara membuat kain tahan air, cara pembuatan zat warna untuk rambut. Ia juga menulis tentang pembuatan tinta, pembuatan gelas, cara memekatkan asam cuka dengan cara distilasi. Mengenai unsur-unsur ia berpendapat bahwa logam atau mineral itu sendiri atas dua unsur penting yakni raksa dan belerang dengan berbagai macam susunan. Logam atau mineral berbeda karena susunan unsur-unsurnya berbeda.
Dalam bidang kedokteran muncul nama-nama terkenal seperti Abu Bakar Muhammad Ibnu Zakaria Al-Razi atau dinegara Barat dikenal dengan sebutan Razes (850-923M) dan Ibn Sina atau Avicenna (980-1037M). Razes sangat banyak menulis buku, di antaranya 100 buah buku tentang ilmu pengetahuan alam termasuk alkimia, 11 buah buku tentang matematika dan astronomi, dan lebih dari 45 buah buku tentang filsafat dan teologia. Salah satu hasil karyanya tersebut adalah sebuah ensiklopedia kedokteran berjudul Continens.
Sementara itu Ibn Sina juga menulis buku-buku tentang kedokteran yang diberi nama Al-Qur’an. Buku ini menjadi buku standar dalam ilmu kedokteran di Eropa samapai ± tahun 1650. Buku tersebut ditulis dengan sangat sistematis dan teliti. Mungkin itulah sebabnya, buku tersebut dapat bertahan sekian lamanya (santoso, 1997:63). Selain itu Abu’l Qasim atau Abu’l Casis menulis sebuah ensiklopedi kedoteran, yang antara lain menelaah ilmu bedah serta menunjukkan peralatan yang dipakai masa itu (±tahun 1013).
Ibn Rushd atau Averoes (1126-1198M) seorang ahli kedokteran yang menerjemahkan dan mengometari karya-karya Aristoteles. Dari tulisannya terbukti bawah Ibn Rushd mengikuti aliran evolusionisme, yaitu aliran yang berkeyakinan bahwa semua yang ada didunia tidak tercipta tiba-tiba dan dalam keadaan yang selesai, melaikan semuanya terjadi melalui perkembangan, untuk akhirnyamenjelma dalam keadaan yang selesai.
Tokoh lain yang juga turut berjasa dalam pengembangan ilmu pengetahuan di dunia islam, terutama dalam bidang geografi adalah Al-Idrisi (1100-1166M). Ia telah membuat 70 peta dari daerah yang dikenal pada masa itu untuk disanpaikan kepada Raja Roger II dari kerajaan Sicilia.
Dalam khasanah pengetahuan sosial, didunia Islam terhadap nama Ibn Khaldun (1332-1406M), yang memiliki nama lengkap Abu Zaid Abdal-Rahman ibn Muhammad ibn Khaldun al-Hadrami. Ia merupakan seorang ahli sejarah, politik, sosiologi, dan ekonomi. Ia sering dianggap sebagi perintis ilmu sosial dan peletak dasar sosiologi. Hasil karyanya yang termasyhur adalah sebuah buku berjudul Al-Muqaddimah. Dalam bukunya tersebut, ia membahas tentang perkembangan masyarakat dan perubahan dalam masyarakat. Sebagai penemu ilmu masyarakat dan perubahan dalam masyarakat. Sebagai penemu ilmu masyarakat yang baru, Ibn Khaldun berusaha keras agar objektif dalam memaparkan masyarakat ketimbang menemukan obat untuk menyembuhkan “penyakit” masyarakat (Baali, 1989:191).
Dalam pandangan Ibn Khaldun, gejala sosial mengikuti pola dan hukum tertentu, dan dengan sendirinya akan menghasilkan akibat-akibat tertentu pula. Dikatakan bahwa hukum-hukum sosial tidak hanya mengena pada perseorangan, tetapi pada semua orang. Hukum-hukum sosial akan berlaku sama bagi masyarakat, meskipun terpisah ruang dan waktu. Oleh karena itu hukum-hukum ini tidak dipengaruhi oleh seseorang. Seorang pemimpin tidak dapat memperbaiki keadaan sosial, kalau tidak mendapat dukungan dari masyarakat.
Sebagai peletak dasar sosiologi, Ibn Khaldun mempergunakan banyak metode dan teori untuk menjelaskan faktor yang ada dalam masyarakat. Misalnya, bangsa terjajah akan meniru bangsa yang menjajah, karena merasa bahwa kemenangan disebabkan oleh keunggulan, baik teknik maupun lembaganya, dan hal itu perlu ditiru supaya yang terjajah juga mendapatkan kesuksesan.
Pokok pemikiran dari Ibn Khaldun terletak pada ‘asabiyah atau solidaritas sosial yang menjadi kodrat manusia yang tidak dapat hidup sendiri. Manusia ialah makhluk sosial, oleh karena itu diperlukan suatu ikatan dalam bentuk negara. Solidaritas sosial ini amat kuat pada masyarakat pengembara. Negara dapat terbentuk dan menjadi kuat atas dasar solidaritas ini, tetapi setelah terbentuk berkuranglah ikatan solidaritas, ikatan adanya kekuasaan yang harus dipatuhi. Dengan demikian tujuan dari solidaritas adalah kekuasaan.

PERMULAAN ABAD MODERN
1.      RENAISSANCE (14-15 Masehi)
Istilah Renaissance berasal dari bahasa Perancis. Dalam bahasa Latin berarti “re + nasci” berarti  lahir kembali (rebirth). Istilah ini biasanya digunakan oleh sejarawan untuk menunjuk berbagai periode kebangkitan intelektual, khususnya yang terjadi di Eropa. Dan lebih khusus lagi di Italia, sepanjang abad ke-15 dan ke-16. Istilah ini mula-mula digunakan oleh seseorang sejarawan terkenal, Michelet dan dikembangkan oleh J. Burckhardt (1860) untuk konsep sejarah yang menunjuk kepada periode yang bersifat individualism, kebangkitan kebudayaan antik, penemuan dunia dan manusia, sebagai periode yang dilawankan dengan periode abad pertengahan (runes:270). Karya filsafat pada abad ini sering disebut filsafat Renaissance (runes:271).(ahmad tafsir, 2010:124).
a.       Leonardo da Vinci (1452 – 1519)
Leonardo da Vinci adalah arsitek, musisi, penulis, pematung, dan pelukis Renaisans Italia.Ia digambarkan sebagai arketipe ”manusia renaisans” dan sebagai jenius universal yang diakui hingga saat ini. Leonardo terkenal karena lukisannya yang piawai, seperti Jamuan Terakhir dan Mona Lisa. Ia juga dikenal karena mendesain banyak ciptaan yang mengantisipasi teknologi modern tetapi jarang dibuat semasa hidupnya, sebagai contoh ide-idenya tentang tank dan mobil yang dituangkannya lewat gambar-gambar dwiwarna. Selain itu,ia juga turut memajukan ilmu anatomi, astronomi, dan teknik sipil bahkan juga kuliner.

b.      Nicolaus Copernicus (1473-1543)
Ia dilahirkan di Torun, Polandia dan belajar di Universitas Cracow. Walaupun ia tidak mengambil  studi astronomi, namun ia mempunyai koleksi buku-buku astronomi dan matematika. Ia sering disebut sebagai Founder of Astronomy. Ia mengembangkan teori bahwa matahari adalah pusat jagad raya dan Bumi mempunyai dua macam gerak, yaitu : perputaran sehari-hari pada porosnya dan perputaran tahunan mengitari matahari. Teori itu disebut Heliocentric menggeser teori Ptolemaic. Ini adalah perkembangan besar, tetapi yang lebih penting adalah metode yang dipakai Copernicus, yaitu metode mencakup penelitian terhadap benda-benda langit dan kalkulasi matematik dari pergerakan benda-benda tersebut.
c.    Johannes Keppler (1571-1630)
      Seorang ahli matematika yang melanjutkan penelitian Brahe tentang gerak benda-benda angkasa. Menemukan tiga buah hukum, yaitu: Bahwa gerak benda angkasa ternyata bukan bergerak mengikuti lintasan circle seperti yg dikemukakan oleh Brahe namun gerak itu mengikuti lintasan elip (Orbit semua planet berbentuk elips). Dalam waktu yang sama, maka garis penghubung antara planet dan matahari selalu melintasi bidang yang luasnya sama. Dalam perhitungan matematik terbukti bahwa bila jarak rata-rata dua planet A & B dengan matahari adalah X & Y, sedangkan waktu untuk melintasi orbit masing-masing adalah P & Q maka P2: Q2 = X2 : Y2
d.      Galileo Galilei (1564-1642)
Galileo Galilei adalah salah seorang penemu terbesar dibidang ilmu pengetahuan.
Ia Menemukan bahwa sebuah peluru yang ditembakkan membuat suatu gerak parabola, bukan gerak horizontal yang kemudian berubah menjadi gerak vertical. Ia menerima pandangan bahwa matahari adalah pusat jagad raya. Dengan teleskopnya, ia mengamati jagad raya dan menemukan bahwa bintang Bimasakti terdiri dari bintang-bintang yang banyak sekali jumlahnya dan masing-masing berdiri sendiri. Selain itu, ia juga berhasil mengamati bentuk Venus dan menemukan beberapa satelit Jupiter.
e.       Francis Bacon (1561-1626)
Francis Bacon adalah seorang filosof dan plitikus Inggris. Ia belajar di Cambridge
University dan kemudian menduduki jabatan penting dipemerintahan serta pernah terpilih menjadi anggota parlemen. Ia adalah pendukung penggunaan Scientific Methods, ia berpendapat bahwa pengakuan tentang pengetahuan pada zaman dahulu kebanyakan salah, tetapi ia percaya bahwa orang dapat mengungkapkan kebenaran dengan Inductive Methods, tetapi lebih dahulu harus membersihkan pikiran dari prasangka yang ia namakan idols (arca). Bacon telah memberi kita pernyataan yang klasik tentang kesalahan-kesalahan berpikir dalam Idols of the Mind. (ahmad tafsir, 1990:162).


2.      AUFKLARUNG
            Zaman Aufklarung ini dikenal dengan “zaman pencerahan” atau “zaman fajar budi”, (dalam bahasa inggris “Enlightenment” dan dalam bahasa jerman “Aufklarung”). Aufklarung merupakan kelanjutan dari renaissance, kalau renaissance dipandang sebagai peremajaan pikiran, maka aufklarung menjadi masa pendewasaannya. Dalam zaman ini juga banyak muncul tokoh-tokoh filsuf, seperti di Inggris: J. Locke (1632-1704), G.Berkeley (1684-1753) dan D. Hume (1711-1776), di Prancis: JJ. Russeau (1712-1778).
            Umumnya tokoh-tokoh ini mendasarkan pengetahuannya pada pengalaman nyata, sehingga mengarah kepada realisme yang naïf, yang mengakui kebenaran objektif atas dasar pengalaman yang tanpa penelitian lebih lanjut. Tetapi kenyataan ini berubah ketika filsuf Jerman, Immanuel Kant (1724-1804), muncul yang mencoba menciptakan suatu sintesis dari rasionalisme dan empirisme, sehingga ia dianggap sebagai filsuf terpenting zaman modern.
            Keberagaman pemikiran yang berkembang melahirkan berbagai pemahaman dan kepercayaan, masing-masing mulai membentuknya menjadi semacam paradigma yang diakui dan diterima oleh sebuah kelompok. Paradigma yang diakui inilah kemudian muncul dan menjadi semacam sekte atau aliran-aliran dalam perkembangan filsafat Barat, seperti yang akan diuraikan berikut ini. .
1.      Rasionalisme
      Nuansa pemikiran yang berkembang dalam zaman Renaissance dan aufklarung membawa ciri khas yang berbeda. Ini terlihat melalui dua aliran besar yang menjadi titik tolak munculnya berbagai macam aliran lain dalam perkembangan pemikiran filsafat selanjutnya. Dua aliran yang di maksud adalah “ rasionalisme” dan “empirisme”, yang memperlihatkan kontradiksi yang sangat menyolok.
            Secara umum, Rasionalisme merupakan pendekatan filosofis yang menekankan akal budi (rasio) sebagai sumber utama pengetahuan, mendahului atau unggul atas dan bebas dari pengamatan indrawi. Hanya pengetahuan yang di peroleh melalui akal yang memenuhi syarat yang di tuntut oleh sifat umum, juga oleh semua pengetahuan ilmiah.
Hampir semua ahli pikir yang muncul pada zaman ini merupakan ahli matematika, seperti Descrates, Spinoza dan Leibniz. Mereka mencoba menyusun suatu sistem filsafat dengan manusia yang sedang berfikir.
Akal budi (rasio) menurut pendapat mereka merupakan alat terpenting bagi manusia untuk mengerti dunianya dan mengatur hidupnya, namun demikian, tidaklah berarti gagasan baru yang diperkenalkan renaissance berjalan mulus tanpa rintangan. Rasionalisme mendapat tanggapan dari tokoh lain yang mencoba memperlihatkan unsur rasa(hati) benih penting di bandingkan rasio.
2.      Empirisme
            Doktrin empirisme adalah lawan dari rasonalisme yang menganggap bahwa sumber seluruh pengetahuan harus di cari dalam pengalaman.Tokoh empirisme pada umumnya memberikan tekanan lebih besar pada pengalaman di bandingkan dengan filsuf-filsuf lain. Pengalaman indrawi menurut mereka adalah satu-satunya sumber pengetahuan, bukan akal(rasio). Akal budi sendiri tidak dapat memberikan pengetahuan kepada kita tentang realitas tanpa acuan pengalaman indrawi dan panca indra kita. Informasi yang di peroleh indera merupakan fundamen semua ilmu pengetahuan, sedang akal budi (rasio) mendapat tugas untuk mengolah bahan-bahan yang di peroleh dari pengalaman, metode yang di terapakan adalah metode induksi.
            Aliran empirisme mengakui langkah yang telah ditanamkan Francis Bacon (1561-1626), yang memberi tekanan kepada pengalaman sebagai sumber pengenalan. Warisan ini diterima dan dikembangkan oleh tokoh-tokoh terkemuka empirisme, seperti Thomas Hobbes (1588-1679), John Locke (1632-1704) dan D.Hume (1711-1776).
            Sasaran filsafat menurut Thomas Hobbes adalah fakta-fakta yang diamati, tujuannya mencari sebab-sebab, sedangkan alatnya adalah pengertian-pengertian yang diungkapkan dalam kata-kata yang menggambarkan fakta-fakta itu. Di dalam pengamatan disajikan fakta-fakta yang dikenal dalam bentuk pengertian-pengertian yang ada dalam kesadaran kita. Sasaran ini diperoleh melalui perantaraan pengertian tentang ruang, waktu, bilangan dan gerak yang diamati pada benda-benda yang bergerak . Dapat dipahami bahwa tidak semua yang diamati pada benda-benda itu bersifat nyata, yang benar-benar nyata adalah gerak, sedang yang lainnya hanya nyata ada dalam perasaan si pengamat saja. Segala yang ditentukan oleh hukum kausalitas (sebab-akibat), termasuk di dalamnya kesadaran kita.
            Epistimologi-empiris Hobbes mengajarkan bahwa pengenalan atau pengetahuan diperoleh karena pengalaman dan pengalaman merupakan awal segala pengetahuan. Segala jenis pengetahuan diturunkan dari pengalaman, dan hanya pengalaman yang dapat memberi jaminan akan sebuah kepastian .
Sementara itu, John Locke (1632-1704), menerima keraguan sebagaimana diajarkan Descartes. Ia mencoba menggantikannya dengan generalisasi yang berlandaskan pada pengalaman (induksi). Locke menolak asal dari sumber pengetahuan, tetapi ia menerima kepastian matematis dan cara penarikan metode induksi.                                    Menurut John Locke, semua jenis pengetahuan lahir dari pengalaman. Hal ini menghapus kesan filsafat Plato tentang ide, sebab tidak ada ide diturunkan, juga tidak ada innatea idea seperti yang dipahami Descartes, yang ada hanyalah persetujuan umum sebagai sebuah argumen yang kuat. Sebagai sebuah konsekuensi yang hendak diperoleh John Locke dalam sistem pemikirannya, ia berusaha mempertemukan empirisme dengan rasionalisme.
            Dengan lapangan ilmu pengetahuan, Locke membedakan antara pengetahuan sensation (lahiriah) dengan reflection (batiniah), keduanya saling berkaitan. Pengetahuan lahiriah menghasilkan gejala-gejala psikis yang harus ditanggapi oleh pengetahuan batiniah. Objek-objek tampil dalam kesadaran disebabkan oleh pengalaman lahiriah yang telah diperoleh pengalaman batiniah, yang pada akhirnya manusia dapat melahirkan gagasan-gagasan. Gagasan-gagasan ini oleh Hobbes dijadikan sebagai sasaran utama bagi pengenalan .
            Pengenalan yang dimaksud adalah pengenalan terhadap ide-ide sebagai kesan yang dimiliki oleh subjek yang mengenal. Gagasan-gagasan tunggal yang dimiliki dari pengalaman batiniah olehnya dianggap objektif, sebab dikenal dalam kesadaran sebagaimana adanya.
Akan tetapi Locke menganggap semua gagasan tunggal dari pengalaman lahiriah adalah benar, sejauh gagasan itu disebabkan oleh realitas yang ada di luar diri kita serta hadir dalam kesadaran.
Implikasi dari teori pengenalannya, Locke dalam filsafat etikanya menolak adanya pengertian kesusilaan (seperti perintah tuhan yang harus ditaati supaya tidak dinilai sebagai pendosa) sebagai bawaan tabiat manusia. Baginya, kebebasan kehendak adalah hak asasi manusia dalam menentukan apa yang akan dilakukan. Hal ini semata-mata karena pandanagan dan pertimbangan rasional, bukan paksaan dari luar. Atas dasar ini pula Locke menentang bentuk pemerintahan negara Absolut dan juga menentang kekuasaan negara atas agama. Negara tidak boleh memeluk agama dan negara juga tidak berhak memerintahkan atau meniadakan dogma-dogma. Tiap warga negara bebas dalam soal keagamaan.
Terlihat bahwa Locke filsuf teistis. Memang agama Kristen merupakan agama yang paling masuk akal dibanding dengan agama-agama lain, karena dogma-dogma hakiki agama dapat dibuktikan dengan akal bahkan pengertian tentang Tuhan disusun melalui pembuktian-pembuktian, yang berpangkal pada eksistensi manusia sebagai makhluk yang berakal, bukan pada pembuktian adanya Tuhan.
Tokoh lain adalah D. Hume (1711-1776), seorang empiris yang konsisten. Dalam karya terbesarnya, Hume memperkenalkan metode eksperimental sebagai dasar menuju subjek-subjek moral dengan mengupas panjang lebar mengena emosi manusia dan prinsip-prinsip moral.
Apabila merujuk kepada era perkembangan filsafat, tokoh rasionalisme seperti Descartews dan John Locke dapat tergolong filsuf abad 17 yang dikenal dengan zaman barok (renaissance), sedang D. Hume termasuk filsuf abad 18 yang dikenal dengan Zaman Fajar Budi (aufklarung).
3.      Kantianisme.
            Sejarah filsafat adalah sejarah pertarungan akal dan hati (iman) dalam berebut dominasi dan mengendalikan jalan hidup manusia. Kadang-kadang akal yang menang, tetapi di waktu lain iman yang menang mutlak dan keduanya membahayakan hidup manusia. Sebenarnya yang menguntungkan hidup manusia adalah apabila akal dan iman mendominasi hidup manusia secara seimbang. Terdapat sekurang-kurangnya tiga filosof besar dalam masalah ini yaitu: Sokrates yang berhasil menghentikan pemikiran sufisme dan menundukkan akal dan iman pada posisinya. Descrates yang berhasil menghentikan dominasi iman (kristen) dan menghargai kembali akal. Kant yang berhasil menghentikan sufisme modern untuk untuk menundukkan kembali akal dan iman pada kedudukan masing- masing. Dalam kerangka inilah agaknya Kant mendapat tempat yang lebih lumayan dalam sejarah filsafat. Nama lengkapnya Immanuel Kant (1724-1804) adalah salah seorang kritikus dan pemikir besar di Barat. Dia dengan gigih berupaya mendamaikan pertentangan yang terjadi antara rasionalisme daengan empirisme. Kalau di timur al-Ghazali dikenal sebagai tokoh yang sebanding dengannya, yang mampu menghapus kekacauan dalam agama disebabkan kerancuan pemahaman mengenai filsafat.
                        Kant mencoba merumuskan kebenaran ilmu pengetahuan melalui dua paham yang bertentangan, yakni rasionalisme dan empirisme. Ia berpendapat bahwa pengetahuan adalah hasil kerjasama dua unsur, yakni pengalaman dan kearifan akal budi. Pengalaman indrawi adalah adalah unsur a posteriori (yang datang kemudian), sedangkan akal budi merupakan unsur a priori (yang datang lebih dulu)
            Kedua aliran bersebrangan ini hanya mengakui salah satu unsur saja sebagai sumber pengetahuan, sehingga menjadi tidak seimbang. Ketidakseimbangan ini diselesaikan Kant dengan membedakan kebenaran menjadi 3 macam, kebenaran akal budi, kebenaran rasio dan kebenaran inderawi .
Idealisme.
Idealisme mempunyai argumen epistimologi tersendiri. Oleh karena itu tokoh-tokoh teisme yang mengajarkan bahwa materi tergantung pada spirit (roh). Argumen yang diajukan bahwa objek-objek fisik pada akhirnya adalah ciptaan Tuhan. Argumen orang-orang idealis mengatakan bahwa objek-objek fisik tidak dapat dipahami terlepas dari spirit .
Idealis secara umum berhubungan dengan rasionalisme. Ini adalah madzhab epistimologi yang mengajarkan bahwa pengetahuan deduktif dapat diperoleh manusia dengan akalnya. Lawan rasionalisme dalam epistimologi ialah empirisme yang mengatakan bahwa pengetahuan bukan dari akal, melainkan melalui pengalaman empiris.
Aliran idealisme ini diwakili oleh beberapa tokoh, diantaranya J.G.Fitche (1762-1914), F.W.S.Schelling (1775-1854), dan F.Hegel (1770-1031). J.G.Fitche lahir di Rilsaammenau, Jerman pada tahun 1762, Filsafat Fitiche adalah filsafat pengetahuan yang sekarang dikenal dengan sebutan epistimologi. Ia membedakan pengetahuan membedakan pengetahuan menjadi dua, pengetahuan teoritis dan pengetahuan praktis.
Schelling lahir di Leonberg pada tahun 1775. Dia belajar teologi protestan di Tubingen, ketika usia masih remaja ia sudah menerbitkan berbagai tulisan-tulisan yang sangat penting. Schelling juga menjadi guru besar untuk ilmu alam dan filsafat di Leipzing Jena . Corak berfikir Schelling di masa akhir hidup sangat berbeda dengan masa mudanya. Biasanya dibedakan 4 periode dalam pikiran Schelling, yaitu:Periode filsafat alam, Periode sistem idealism, Periode sinkretisme dan Periode teosofi.
4.      Positivisme.
Pada dasarnya positivisme bukanlah suatu aliran yang berdiri sendiri. Ia hanya menempurnakan empirisme dan rasionalisme yang bekerja sama. Artinya ia menyempurnakan metode ilmiah dengan memasukkan perlunya eksperimen dan ukuran-ukurannya. Jadi pada dasarnya positivisme itu sama dengan empirisme dan rasionalisme. Hanya bedanya empirisme menerima pengalaman batiniah sedangkan positivisme membatasi pada pengalaman objektif saja
Pelopor utama positivisme adalah Auguste Comte (1798-1857), seorang filsuf perancis yang besar pengaruhnya terhadap perkembangan sains dan teknologi modern.
5.      Pragmatisme.
Pragmatisme merupakan aliran yang inti filsafatnya adalah pragmatik dan menentukan nilai pengetahuan berdasarkan kegunaan praktisnya. Pragmatisme kritis terhadap spekulasi metafisik dalam meraih kebenaran. Dalam pragmatisme, realitas objektif diidentikkan dengan pengalaman dan pembagian pengetahuan ke dalam subjek dan objek hanya dilakukan di dalam pengalaman. Tentang logika, aliran ini jatuh kepada irrasionalisme. Pragmatisme juga menganggap hukum-hukum dan bentuk-bentuk logika seperti fiksi-fiksi yang berguna.
            William James (1842-1910), salah satu yang populer dalam aliran ini, mengatakan di dalam bukunya The Meaning of Truth, bahwa tidak ada kebenaran yang mutlak, berlaku umum, yang bera yang kisifat tetap dan yang berdiri lepas dari akal yang mengenal. Sebab pengalaman kita berjalan terus dan segala yang kita anggap benar dalam perkembangan pengalaman itu senantiasa berubah, karena di dalam praktek, apa yang kita anggap benar dapat dikoreksi oleh pengalaman berikutnya .
6.      Fenomenologi.
Ahli fenomenologi yang pertama dan penting adalah Edmund Husserl (1859-1938) yang memulai karir filsafatnya dengan suatu buku tentang dasar-dasar ilmu hitung, yang sekarang terutama terkenal dengan kritik Frenge yang sangat kejam terhadapnya. Tulisan Hasserl yang paling menarik perhatian adalah Logical Investigation (1900-1901). Idea for a Pure Phenomenology (1913) dan Corestian Meditations (1929) .
Husserl dikenal dengan doktrin ajarannya tentang “fenomenologi murni’’. Dalam menjelaskannya ia menggunakan “metode reduksi fenomenologis’’. Ada prioritas ilmu fenomenologi di atas ilmu fisika dan psikologi apapun. Fenomenologi merupakan bentuk mendasar dari ontologi. Hal ini terlihat dari gaya fenomenologisnya Heidegger tentang doktrinnya Dasein. Hasil dari analisis fenomenologi bahwa esensi Dasein terletak pada eksistensinnya. Penjelasan Heiddeger tentang Dasein, yang mendahului penjelasannya tentang segala yang ada, membawa kepada pembicaraannya tentang esistensi manusia, sehingga Heiddeger lebih tepat di golongkan kedalam kelompok eksistensialisme.
7.      Eksistensialisme
Eksistensialisme adalah aliran pemikiran yang menekankan bahwa sesuatu itu ada. Berbeda dengan esensi, yang menekankan keapaan sesuatu. Lebih jauh eksistensi adalah kesempurnaan. Dengan kesempurnaan, sesuatu menjadi suatu eksisten. Eksisitensialisme merupakan sebuah gerakan filosofis yang menentang esensialisme. Pusat pertahiannya adalah situasi manusia. Segala gejala berpangkal pada eksisitensi dan pandangan mereka relatif modern dalam filsafat meskipun benih-benihnya sudah ada dalam filsafat Yunani dan Zaman Pertengahan.

AGAMA DAN FILSAFAT MULAI DIPISAHKAN

A.    FILSAFAT DIDASARI OLEH OLAH PIKIR:
1.      Rasionalisme adalah paham yang mengatakan bahwa akal itulah alat pencari dan pengukur pengetahuan. Pengetahuan dicari dengan akal, temuannya diukur dengan akal pula. Dicari dengan akal ialah dicari dengan berfikir logis. Diukur dengan akal artinya diuji apakah temuan itu logis atau tidak. Bila logis: benar, bila tidak:  salah. Dengan akal itulah aturan untuk mengatur manusia dan alam itu dibuat. Ini juga berarti bahwa kebenaran itu bersumber pada akal.
2.      Empirisme adalah paham filsafat yang mengajarkan bahwa yang benar ialah yang logis dan ada bukti empiris. Dengan empirisme aturan (untuk mengatur manusia dan alam) itu dibuat. Empirisme juga memiliki kekurangan yaitu ia belum terukur. Empirisme hanya sampai pada konsep-konsep yang umum. Seorang empirisme biasanya berpendirian, kita dapat memperoleh pengetahuan melalui pengalaman. Pengetahuan diperoleh dengan perantaraan indera.
3.      Positivisme     adalah mengajarkan bahwa kebenaran ialah yang logis, ada bukti empirisnya, yang terukur. “Terukur” inilah sumbangan penting positivisme.Positivisme sudah dapat disetujui untuk memulai upaya membuat aturan untuk mengatur manusia dan mengatur alam. Positivisme adalah bahwa ilmu adalah satu-satunya pengetahuan yang valid, dan fakta-fakta sajalah yang dapat menjadi obyek pengetahuan.Dengan demikian, positivisme menolak keberadaan segala kekuatan atau subyek dibelakang fakta, menolak segala penggunaan metoda diluar yang digunakan untuk menelaah fakta.
4.      Kritisisme adalah menolak paham salinan yang menyangkut penerapan dan pengetahuan berdasarkan alasan-alasan.
5.      Idealisme adalah suatu pandangan dunia atau metafisik yang mengatakan bahwa realitas dasar terdiri atas, atau sangat erat hubungannya dengan ide, fikiran,atau jiwa.

B.     TUMBUH ILMU-ILMU CABANG(“MENINGGALKAN FILSAFAT”)
1.      Astronomi ialah cabang ilmu alam yang melibatkan pengamatan benda-benda langit (seperti halnya bintang, planet, komet, nebula, gugus bintang, atau galaksi) serta fenomena-fenomena alam yang terjadi di luar atmosferBumi (misalnya radiasi latar belakang kosmik (radiasi CMB)). Ilmu ini secara pokok mempelajari berbagai sisi dari benda-benda langit seperti asal usul, sifat fisika/kimia, meteorologi, dan gerak dan bagaimana pengetahuan akan benda-benda tersebut menjelaskan pembentukan dan perkembangan alam semesta.
2.      Biologi adalah kajian tentang kehidupan, dan organisme hidup, termasuk struktur, fungsi, pertumbuhan, evolusi, persebaran, dan taksonominya. Ilmu biologi modern sangat luas, dan eklektik, serta terdiri dari berbagai macam cabang, dan subdisiplin.
3.      Matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan jumlah yang banyak dan terbagi kedalam tiga bidang, yaitu aljabar, analisis dan geometri.
4.      fisika merupakan sebagai suatu teori yang menerangkan gejala-gejala alam sesederhana mungkin dan berusaha menemukan hubungan antara kenyataan-kenyataannya. Permasalahan dasar untuk memecahkan persoalannya ialah mengamati gejala-gejala tersebut.
5.      Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang perilaku sosial antara individu dengan individu, individu dengan kolompok, dan kelompok dengan kelompok. Manusia sebagai makhluk sosial tidak pernah jauh dengan yang namaya hubungan sosial, karena bagaimanapun hubungan tersebut memengaruhi perilaku orang-orang.



PENGERTIAN ILMU
1.      Pengertian ilmu dapat ditunjukkan pada kata’ilm(Arab), science ( inggris), watenschap ( belanda ), dan wissenschaf  (jerman). (imam syaf’I konsep olmu pengetahuan dalam al-Quran (Yogyakarta; uli press, 2000 hal,26)
2.      R . Harre menulis ilmu adalah kumpulan teori-teori yang sudah diuji coba yang menjelaskan tentang pola-pola yang teratur atau pun tidak teratur di antara fenomena yang dipelajari secara hati-hati. (R.Harre, The Philosopies of Science, an Introductory Survey, (London: the Oxford University Press 1995) hal 62)
Pengetahuan yang dapat disepakati hingga menjadi suatu “Ilmu” ,menurut Archie J.Bahm dapat diuji dengan enam komponen utama yang di sebut dengan six kind of scince,yang meliputi problems,attitude,method,activity,conclusions dan effecs.
(Archie J. Bahm, What’s silence, hal. 1)
Seringkali di artikan sebagai pengetahuan,tetapi tidak semua pengetahuan dapat di namakan sebagai ilmu,melainkan pengetahuan yang di peroleh dengan cara-cara tertentu berdasarkan kesepakatan para ilmuan.
(Dawam Raharjo, “ilmu, Ensiklopedi al- Quran”, dalam Jurnal Ulumul Qur’an, No, 4. Vol. 1, Jakarta, 1990, hal. 56.)
Ilmu dapat di definisikan dengan rangkaian aktivitas manusia yang rasional dan kognitif dengan berbagai metode berupa aneka prosedur dan tata langkah sehingga menghasilkan kumpulan pengetahuan yang sistematis mengenai gejala-gejala kealaman, kemasyarakatan atau individu untuk tujuan mencapai kebenaran, memperoleh pemahaman, memberikan penjelasan ataupun melakukan penerapan.
Liberty, Yogyakarta, 1991, hal.90

HAKEKAT ILMU

1.      Ilmu Sebagai Aktifitas (Proses)
Ilmu secara nyata dan khas adalah suatu aktivitas manusiawi, yakni perbuatan melakukan sesuatu yang dilakukan manusia. Ilmu tidak hanya satu aktivitas tunggal saja, malainkan suatu rangkaian aktivitas sehingga merupakan sebuah proses. Rangkaian aktivitas itu bersifat rasional, kognitif, dan teleologis.

1.      Rasional
Aktivitas rasional berarti kegiatan yang mempergunakan kemampuan pikiran untuk menalar yang berbeda dengan aktivitas berdasarkan perasaan dan naluri. Ilmu menampakkan diri sebagai kegiatan penalaran logis dari pengamatan empiris.
Penalaran merupakan suatu proses berpikir dalam menarik suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan. Manusia pada hakikatnya merupakan makhluk yang berpikir, merasa, bersikap, dan bertindak. Sikap dan tindakannya bersumber pada pengetahuan yang didapatkan lewat kegiatan merasa atau berpikir. Penalaran menghasilkan pengetahuan yang dikaitkan dengan berpikir bukan dengan perasaan, meskipun seperti itu dikatakan Pascal, hati pun mempunyai logika tersendiri. Meskipun demikian patut kita sadari bahwa tidak semua kegiatan berpikir menyadarkan  diri pada penalaran.  Jadi penalaran merupakan kegiatan berpikir yang mempunyai karakteristik tertentu dalam menemukan kebenaran.
Berpangkal pada hasrat kognitif dan kebutuhan intelektualnya, manusia melakukan rangkaian pemikiran dan kegiatan rasional dengan lingkungan atau masyarakat yang kemudian melahirkan ilmu.

2.      Kognitif
Pada dasarnya ilmu adalah sebuah proses yang bersifat kognitif, proses mengetahui dan pengetahuan. Proses kognitif (cognition) adalah suatu rangkaian aktvitas seperti pengenalan, penyerapan, pengkonsepsian, dan penalaran (antara lain) yang dengannya manusia dapat mengetahui dan memperoleh pengetahuan tentang suatu hal.
Menurut Piaget menyatakan bahwa di dalam diri individu terjadi adaptasi terhadap lingkungan dilakukan melalui dua proses yaitu asimilasi dan akomodasi.

a.       Asimilasi
Asimilasi adalah proses kognitif dimana seseorang mengintegrasikan persepsi, konsep ataupun pengalaman baru ke dalam skema atau pola yang sudah ada dalam pikirannya; proses menambahkan informasi baru ke dalam skema yang sudah ada. Proses ini bersifat subjektif, karena seseorang akan cenderung memodifikasi pengalaman atau informasi yang diperolehnya agar bisa masuk ke dalam skema yang sudah ada sebelumnya. Asimilasi dipandang sebagai suatu proses kognitif yang menempatkan dan mengklasifikasikan kejadian atau rangsangan baru dalam skema yang telah ada. Proses asimilasi ini berjalan terus. Asimilasi tidak akan menyebabkan perubahan/pergantian skemata melainkan perkembangan skemata. Asimilasi adalah salah satu proses individu dalam mengadaptasikan dan mengorganisasikan diri dengan lingkungan baru pengertian orang itu berkembang. Dalam contoh di atas, melihat burung kenari dan memberinya label “burung” adalah contoh mengasimilasi binatang itu pada skema burung si anak.

b.      Akomodasi
Akomodasi, dalam menghadapi rangsangan atau pengalaman baru seseorang tidak dapat mengasimilasikan pengalaman yang baru dengan skemata yang telah dipunyai. Pengalaman yang baru itu bisa jadi sama sekali tidak cocok dengan skema yang telah ada. Dalam keadaan demikian orang akan mengadakan akomodasi. Akomodasi terjadi untuk membentuk skema baru yang cocok dengan rangsangan yang baru atau memodifikasi skema yang telah ada sehingga cocok dengan rangsangan itu. Bagi Piaget adaptasi merupakan suatu kesetimbangan antara asimilasi dan akomodasi. Bila dalam proses asimilasi seseorang tidak dapat mengadakan adaptasi terhadap lingkungannya maka terjadilah ketidaksetimbangan (disequilibrium). Akibat ketidaksetimbangan itu maka tercapailah akomodasi dan struktur kognitif yang ada yang akan mengalami atau munculnya struktur yang baru. Pertumbuhan intelektual ini merupakan proses terus menerus tentang keadaan ketidaksetimbangan dan keadaan setimbang (disequilibrium-equilibrium). Tetapi bila terjadi keseimbangan maka individu akan berada pada tingkat yang lebih tinggi daripada sebelumnya.
Akomodasi adalah bentuk penyesuaian lain yang melibatkan pengubahan atau penggantian skema akibat adanya informasi baru yang tidak sesuai dengan skema yang sudah ada. Dalam proses ini dapat pula terjadi pemunculan skema yang baru sama sekali. Dalam contoh di atas, melihat burung unta dan mengubah skemanya tentang burung sebelum memberinya label “burung” adalah contoh mengakomodasi binatang itu pada skema burung pada fikiran si anak.
Melalui kedua proses penyesuaian tersebut, sistem kognisi seseorang berubah dan berkembang sehingga bisa meningkat dari satu tahap ke tahap di atasnya. Proses penyesuaian tersebut dilakukan seorang individu karena ia ingin mencapai keadaan equilibrium, yaitu berupa keadaan seimbang antara struktur kognisinya dengan pengalamannya di lingkungan. Seseorang akan selalu berupaya agar keadaan seimbang tersebut selalu tercapai dengan menggunakan kedua proses penyesuaian di atas.
Dengan demikian, kognitif seseorang berkembang bukan karena menerima pengetahuan dari luar secara pasif tapi orang tersebut secara aktif mengkonstruksi pengetahuannya.

3.      Teleologis
Ilmu selain merupakan sebuah proses yang bersifat rasional dan kognitif, juga bercorak teleologis, yakni mengarah pada tujuan tertentu karena para ilmuwan dalam melakukan aktivitas ilmiah mempunyai tujuan-tujuan yang ingin dicapai. Ilmu melayani sesuatu tujuan tertentu yang diinginkan oleh setiap ilmuwan. Dengan demikian, ilmu adalah aktivitas manusiawi yang bertujuan. Tujuan ilmu itu dapat bermacam-macam sesuai dengan apa yang diharapkan oleh masing-masing ilmuwan.
Misalnya tujuan ilmu mencapai kebenaran, memperoleh pemahaman, memberikan penjelasan, melakukan penerapan dengan melalui peramalan atau pengendalian.

2.      Ilmu Sebagai Metode Ilmiah (Prosedur)
Ilmu sebagai metode ilmiah ( prosedur ) adalah ilmu merupakan kegiatan penelitian yang menggunakan metode ilmiah. Metode ilmiah pada umumnya menyangkut empat hal yaitu : pola prosedural, tata langkah, berbagai teknik dan  aneka alat.
1.      Pola Prosedural
a.       Pengamatan
Seorang ilmuwan yang baik akan selalu melakukan pengamatan terhadap gejala dan kejadian sehari-hari yang terjadi di sekitarnya.  Tentu saja gejala dan kejadian yang menarik perhatian peneliti itu adalah yang berhubungan dengan bidang kajiannya. Pengertian observasi di sini adalah luas. Bisa saja pengamatan itu adalah terhadap bacaan sumber pustaka yang sedang ada di hadapannya. Peneliti mengamati dan mempelajari laporan-laporan penelitian yang dibuat oleh peneliti sebelumnya. 
b.      Pengukuran
Pengukuran objek-objek yang berkaitan dengan objek penelitian. Hasil pengamatan dan pengukuran biasanya akan ditabulasikan dalam bentuk tabel dan disajikan dalam bentuk grafik ataupun diagram yang dibuat dengan menggunakan perhitungan statistika.
c.       Deduksi/ Prediksi
Jika hipotesis yang dibuat berguna, maka peneliti dapat segera membuat prediksi dari kejadian yang diamatinya. Prediksi biasanya dibuat untuk meramalkan hasil akhir dari sebuah eksperimen yang dilakukan oleh seorang peneliti. Hasil peramalan atau pun prediksi yang dibuat bersifat statistik dan belum diketahui tingkat kebenarannya.
d.      Analisis
Analisis data adalah upaya atau cara untuk mengolah data menjadi informasi sehingga karakteristik data tersebut bisa dipahami dan bermanfaat untuk solusi permasalahan, tertutama masalah yang berkaitan dengan penelitian. Atau definisi lain dari analisis data yaitu kegiatan yang dilakukan untuk menubah data hasil dari penelitian menjadi informasi yang nantinya bisa dipergunakan dalam mengambil kesimpulan.


e.       Percobaan
Suatu tindakan dan pengamatan yang dilakukan untuk mengecek dan menyalahkan hipotesis atau mengenali hubungan sebab akibat antara gejala.
f.       Survey
Merupakan pemeriksaan secara teliti tentang fakta atau fenomena perilaku dan sosial terhadap subyek dalam jumlah besar. 
g.      Induksi
Proses pengambilan kesimpulan (atau pembentukan hipotesis) yang didasarkan pada satu atau dua fakta atau bukti-bukti.

2.      Tata Langkah
a.       Menentukan Masalah
Berpikir ilmiah melalui metode ilmiah didahului dengan kesadaran akan adanya masalah. Permasalahan ini kemudian harus dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya. Dengan penggunaan kalimat tanya diharapkan akan memudahkan orang yang melakukan metode ilmiah untuk mengumpulkan data yang dibutuhkannya, menganalisis data tersebut, kemudian menyimpulkannya.Permusan masalah adalah sebuah keharusan. Bagaimana mungkin memecahkan sebuah permasalahan dengan mencari jawabannya bila masalahnya sendiri belum dirumuskan?
b.      Perumusan Hipotesis (bilaperlu)
Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah yang masih memerlukan pembuktian berdasarkan data yang telah dianalisis. Dalam metode ilmiah dan proses berpikir ilmiah, perumusan hipotesis sangat penting. Rumusan hipotesis yang jelas dapat memabntu mengarahkan pada proses selanjutnya dalam metode ilmiah. Seringkali pada saat melakukan penelitian, seorang peneliti merasa semua data sangat penting. Oleh karena itu melalui rumusan hipotesis yang baik akan memudahkan peneliti untuk mengumpulkan data yang benar-benar dibutuhkannya. Hal ini dikarenakan berpikir ilmiah dilakukan hanya untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan.
c.       Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan tahapan yang agak berbeda dari tahapan-tahapan sebelumnya dalam metode ilmiah. Pengumpulan data dilakukan di lapangan. Seorang peneliti yang sedang menerapkan metode ilmiah perlu mengumpulkan data berdasarkan hipotesis yang telah dirumuskannya. Pengumpulan data memiliki peran penting dalam metode ilmiah, sebab berkaitan dengan pengujian hipotesis. Diterima atau ditolaknya sebuah hipotesis akan bergantung pada data yang dikumpulkan. 
d.      Penurunan Kesimpulan
Rumusan simpulan harus bersesuaian dengan masalah yang telah diajukan sebelumnya. Kesimpulan atau simpulan ditulis dalam bentuk kalimat deklaratif secara singkat tetapi jelas. Harus dihindarkan untuk menulis data-data yang tidak relevan dengan masalah yang diajukan, walaupun dianggap cukup penting. Ini perlu ditekankan karena banyak peneliti terkecoh dengan temuan yang dianggapnya penting, walaupun pada hakikatnya tidak relevan dengan rumusan masalah yang diajukannya.
e.       Pengujian Hasil
Sudah disebutkan sebelumnya bahwa hipotesis adalah jawaban sementaradari suatu permasalahan yang telah diajukan. Berpikir ilmiah pada hakekatnya merupakan sebuah proses pengujian hipotesis. Dalam kegiatan atau langkah menguji hipotesis, peneliti tidak membenarkan atau menyalahkan hipotesis, namun menerima atau menolak hipotesis tersebut. Karena itu, sebelum pengujian hipotesis dilakukan, peneliti harus terlebih dahulu menetapkan taraf signifikansinya. Semakin tinggi taraf signifikansi yang tetapkan maka akan semakin tinggi pula derjat kepercayaan terhadap hasil suatu penelitian.Hal ini dimaklumi karena taraf signifikansi berhubungan dengan ambang batas kesalahan suatu pengujian hipotesis itu sendiri. 

3.      Berbagai teknik
a.       Daftar pertanyaan
Sebelum melakukan penelitian harus dirumuskan terlebih dahulu pertanyaan – pertanyaan yang akan dibahas dalam penelitian tersebut.
b.      Wawancara
Wawancara dilakukan untuk mendapatkan jawaban dari sumber yang dapat dipercaya seperti seorang ahli.
c.       Perhitungan
Setelah menyusun pertanyaan serta mencari sumber jawaban dari wawancara ahli maka dapat diperkirakan jawaban – jawaban dari masalah yang ada, naik melalui perhitungan maupun pembandingan.
d.      Pemanasan
Sebelum melakukan penelitian harus mencari sumber dari banyak buku – buku sehingga sudah memiliki bekal sebelum melakukan penilitian tersebut.

4.      Aneka Alat
a.       Timbangan
      Timbangan digunakan untuk mengetahui berat suatu benda yang akan diteliti.
b.      Meteran
      Untuk mengetahui panjang benda yang diteliti.
c.       Perapian
      Untuk membantu proses pemanasan/pembakaran dalam proses eksperimen.
d.      Komputer
      Untuk mengolah data yang diperoleh serta sebagai sumber ilmiah yang lain.

3.      Ilmu Sebagai Pengetahuan Ilmiah (Produk)
Ilmu sebagai Pengetahuan ilmiah
1.       Segi Obyek Pengetahuan
2.      SegiSifatPengetahuan
1.       Obyek Material
2.       Obyek Formal
1.       1. Empiris
2.       2. Sistematis
3.       3. Obyektif
4.       4. Analitis
5.       5. verivikatif
 











Ilmu sebagai pengetahuan ilmiah (Produk)
            Ilmu sebagai pengetahuan ilmiah (Produk) adalah pengetahuan ilmiah yang kebenarannya dapat diuji secara ilmiah, yang mencakup jenis-jenis sasaran, bentuk-bentuk pernyataan, ragam-ragam propinsi, ciri-ciri pokok, pembagian secara sistematis.
Segi obyek pengetahuan terbagi menjadi 2 yaitu :
1.      Obyek material adalah sasaran material suatu penyelidikan, pemikiran atau penelitian ilmu, contohnya : objek material dari ssiologi adalah manusia,
2.      Obyek formal adalah pendekatan-pendekatan secara cermat dan bertahap menurut segi yang memiliki objek materi dan menurut kemampuan seseorang. Contoh:  tingkah laku,kebutuhan dan cara memenuhinya.
             Ilmu merupakan kumpulan pengetahuan sistematis yang merupakan produk dari aktivitas penelitian dengan metode ilmiah/ sebagai sistem pengetahuan, ilmu mempunyai obyek material dan obyek formal. Obyek material sering disebut pokok soal (subject matter), sedangkan obyek formal dinamakan titik perhatian (focus of interest) atau sikap pikiran (attitude of mind). Lebih lazim, obyek formal dinamakan sudut pandang.
            Ilmu sebagai pengetahuan atau pengetahuan ilmiah menurut The Liang Gie mempunyai lima ciri pokok, yaitu:
1.      Empiris, pengetahuan itu diperoleh berdasarkan pengamatan dan percobaan.
2.      Sistematis, berbagai keterangan dan data yang tersusun sebagai kumpulan pengetahuan itu mempunyai hubungan ketergantungan dan teratur.
3.      Objektif, ilmu berarti pengetahuan itu bebas dari prasangka perseorangan dan kesukaan pribadi.
4.       Analitis, pengetahuan ilmiah berusaha membeda-bedakan pokok soalnya ke dalam bagian yang terperinci untuk memahami berbagai sifat, hubungan, dan peranan dari bagian-bagian itu.
5.      Verifikatif, dapat diperiksa kebenarannya oleh siapa pun juga.

DIMENSI ILMU
1.      Cabang ilmu
a.       Dimensi ekonomik
Dimensi ekonomi, ilmu memiliki dimensi ekonomis, dalam arti, ilmu dilihat sebagai salah satu faktor utama dalam mempertahankan dan mengembangkan produksi.
b.      Dimensi linguistik
Dimensi linguistik, bahwa ilmu dipahami sebagai suatu bahasa buatan. Ilmu, dalam hal ini, dilihat sebagai suatu konstruksi kebahasaan (a construction of language), dengan seperangkat tanda dan hubungan-hubungan spesifik tertentu serta antara obyek-obyek, dan dengan prakterk.
c.       Dimensi matematis
Dimensi matematis, ilmu berdimensi matematis dalam hal menekankan segi-segi kuantitatif dan proses-proses kuantifikasi dalam ilmu. Ilmu, dalam hal ini, mencakup penalaran matematis dan analisis data atas fenomena alamiah.
d.      Dimensi politik
Dimensi politik, bahwa ilmu memiliki dimensi kekuasaan (power) sebagaimana ditunjukkan oleh Francis Bacon: knowledge is power. Ilmu, dalam hal ini cenderung dipahami sebagai kekuatan dalam hal membangun dan menyelenggarakan pemerintahan atau kekuasaan serta mempertahankannya.
e.       Dimensi psikologis
Dimensi psikologis; bahwa ilmu bukanlah kumpulan keajaiban, melainkan suatu sikap terhadap dunia dengan kreativitas kejiwaan yang penuh daya seni serta keindahan yang tinggi.
f.       Dimensi sosiologi
Dimensi sosiologis, bahwa ilmu, dalam hal ini, cenderung dipahami sebagai sebuah lembaga sosial (social institution), mendorong aktivitas sosial (social aktivity), serta membangun jaringan-jaringan yang menghimpun, menguji, serta menyebarkan pengetahuan, dan menciptakan sebuah masyarakat ilmuwan.

2.      Pengetahuan reflektif – abstrak
a.       Dimensi filsafati
Dari sudut pandang filsafat maka ilmu dapat dipandang misalnya sebagai pandangan dunia atau pandangan manusiawi
b.      Dimensi logis
Dimensi logic, bahwa ilmu konsistensi proposisi-proposisi ilmu dalam membangun sebuah penalaran yang sehat dan lurus guna mencapai kesimpulan-kesimpulan keilmuan yang bersifat valid dan obyektif. Melalui itu, ilmu, secara formal, dapat diterima sebagai sebuah ilmu yang resmi, valid, dan obyektif.

3.      Aspek realitas
a.       Dimensi kebudayaan
Dimensi kultur, bahwa ilmu sebagai produk budaya manusia yang sekaligus ditempatkan menjadi kekuatan budaya (cultural force) dalam membangun peradaban manusia dan dunia sebagai pribadi dan dunia yang berbudaya.
b.      Dimensi sejarah
Dimensi sejarah, ilmu, dalam hal ini, dipahami sebagai bagian dari perkembangan sejarah manusia dan kebudayaan. Ilmu, karenanya, merupakan sebuah kekuatan sejarah yang sangat besar peranannya bagi setiap generasi manusia di dalam periodenya masing-masing. Ilmu sebagai kekuatan sejarah, selalu membangun eksistensi sosial manusia dalam arahnya yang selalu baru.
c.       Dimensi kemanusiaan
Dimensi kemanusiaan; ilmu adalah produk daya cipta, rasa, dan karsa manusia yang bertautan langsung dengan nilai rasa (cita rasa) manusia dan kemanusiaan itu sendiri. Manusia adalah obyek sekaligus subyek bagi ilmu itu sendiri, dan ilmu selalu berorientasi pada manusia sebagai kausa ontologis (penyebab ada) bagi ilmu itu sendiri. Manusia lah yang mengembangkan ilmu, tetapi sekaligus mendapatkan keuntungan (benefit) dari ilmu itu sendiri.
d.      Dimensi rekreasi
Dimensi rekreatif, bahwa ilmu memiliki dimensi permaianan yang dilombahkan dan dilakukan dengan kegembiraan. Ilmu, dalam hal ini, dilihat sebagai suatu permainan yang ditimbulkan oleh keingintahuan untuk menemukan alam semesta dan dirinya sendiri, serta memperluas atau memperbesar kesadaran manusia akan dunia tempat ia hidup dan berkarya.
e.       Dimensi sistem
Dimensi sistem; ilmu, dalam hal ini, merupakan suatu kebulatan sistem yang terdiri dari unsur-unsur yang berada dalam keadaan yang saling berinteraksi. Jadi, ilmu dipahami sebagai pengetahuan sistematis yang memiliki ciri sistematis, sistim penjelasan (a system of explanation), dan terpola atau terstruktur, serta menjadi suatu sistim keyakinan tentang alam, kaidah-kaidah alam, kaidah-kaidah pembilangan, serta hubungannya dengan manusia.
f.       Dimensi lainnya

PENGGOLONGAN PENGETAHUAN ILMIAH
A.  Ragam Pengetahuan Ilmiah dapat dibedakan/digolongkan menjadi 2 yaitu:
1.    Ilmu Teoritis
2.    Ilmu Praktis
3.     
1.      Ilmu Teoristis
Yaitu terdiri atas kajian-kajian pendidikan ditinjau dari nilai-nilai dan prinsip agama, filsafat, ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, dan humaniora. Pendidikan teoristis ini mengkaji tentang bidan keilmuannya secara luas (profesional) sampai hal-hal yang sekecil-kecilnya (atomistik). Dalam ilmu mendidik teoritis para cerdik pandai mengatur dan mensistemkandidalam pemikiran masalah yang tersusun sebagai pola pemikiran masalah yang tersusun sebagai pola pemikiran pendidikan.
Manfaat Ilmu Teoritis
Penelitian ini bertitik tolak dengan meragukan suatu teori tertentu. Adanya keraguan terhadap teori itu muncul apabila yang terlibat tidak dapat lagi menjelaskan kejadian-kejadian aktual yang tengah dihadapi. Dilakukannya pengujian atas teori tersebut bisa melalui penelitian secara empiris serta hasilnya dapat menolak ataupun menukuhkan serta merevisi teori yang berhubungan. Pada intinya ilmu teoris dilaksanakan berdasarkan teori yang sudan ada untuk mempermudah jalannya pendidikan.

2.      Ilmu  Praktis
Pendidikan ini mencakup ilmu pengetahuan normative dan finalistic.
-Ilmu pengetahuan normative berkaitan dengan kajian norma-norma sebagai standaryang digunakan dalam pendidikan,
-Ilmu pengetahuan finalistik mengkaji hasil akhir pendidikan dalam bentuk keluaran (output) maupun pengaruh (outcome) bagi peserta didik dalam lingkungannya
Dalam ilmu pendidikan praktik termasuk pula pendidikan terapan. Ilmu pendidikan terapan mengkaji aplikasi ilmu penddikan untuk memenuhi kebutuhan tertentu. Dari penjelajsandiatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan sebagai ilmu praktis adalah suatu praktek pendidikan untuk mendapatkan kemudahan dan kenyamanan dalam mencari pengetahuan.
Manfaat Ilmu Praktis
Sebagai masukkan yang membangun guna meningkatkan kualitas lembaga penddikanyang ada, termasuk para pendidik yang ada di dalamnya, dan penentu kebijakan dalam lembaga pendidikan, serta pemerintah secara umum.

B.  Jenis Ilmu
1.  Ilmu Matematis
Pengertian Matematika dilihat dari asal muasal bahasanya ternyata diambil dari bahasa Yunani. Matematika dalam bahasa Yunani disebut dengan Mathematikos. Mathematikos memiliki arti ilmu pasti dalam Bahasa Yunani. Dengan demikian, benarlah jika Matematika merupakan sesuatu ilmu yang pasti.
Dalam Bahasa Belanda, Matematika disebut dengan Wiskunde. Wiskunde dalam Bahasa Belanda memiliki arti Ilmu tentang Belajar. Berikut definisi dari Matematika yang dikutip dari  Kamus Besar Bahasa Indonesia
“Matematika adalah ilmu  yang didalamnya adalah tentang bilangan. Segala sesuatu  yang berubungan dengannya adalah yang mencakup segala bentuk prosedur operasioal. Itu semua digunakan dalam menyelesaikan masalah mengenai bilangan”.
Beberapa ahli lainnya juga ikut andil dalam mengartikan ilmu Matematika.
Menurut Johnson dan Rising“Matematika adalah pola berpikir. Ini merupakan suatu pembuktian yang logik dan pola mengorganisasikan, Matematika adalah suatu bahasa dengan menggunakan istilah yang dapat didefinisikan secara akurat, cermat, dan jelas.
Yansen Marpaung“Ilmu Matematika merupakan suatu ilmu yang dalam perkembangannya serta penggunaannya dengan menganut metode deduksi”
Susilo“Ilmu Matematika bukanlah hanya sekedar kumpulan angka serta berbagai rumus yang tidak ada hubungannya dalam kehidupan sehari-hari. Namun sebaliknya, ilmu Matematika tumbuh dan berakar dari kehidupan sehari-hari”.
Dengan demikian, segala bentuk operasional seperti pertambahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian dipastikan dipelajari dalam Ilmu Matematika.
Dari semua penjelasan tentang pengertian Matematika menurut pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa Matematika merupakan suatu ilmu yang pasti yang bisa digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Perlunya pemahaman tentang Matematika dapat diaplikasikan dalam menjalani kehidupan sehari-hari dengan cara yang lebih mudah.
Seseorang yang ahli dalam bidang Matematika disebut dengan Matematikus atau disebut juga dengan Matematikawan. Sedangkan untuk sesuatu yang sangat pasti dan sangat tepat biasanya disebut dengan Matematis.

2.      Ilmu Fisis
Fisika (bahasa Yunani: φυσικός (fysikós), "alamiah", dan φύσις (fýsis), "alam") adalah sains atau ilmu alam yang mempelajari materi [1] beserta gerak dan perilakunya dalam lingkup ruang dan waktu, bersamaan dengan konsep yang berkaitan seperti energi dan gaya.[2] Salah satu ilmu sains paling dasar, tujuan utama fisika adalah memahami bagaimana alam semesta berkerja.[a][3][4][5]
Fisika adalah salah satu disiplin akademik paling tua, mungkin yang tertua melalui astronomi yang juga termasuk di dalamnya.[6] Lebih dari dua milenia, fisika menjadi bagian dari Ilmu Alam bersama dengan kimia, biologi, dan cabang tertentu matematika, namun ketika munculnya revolusi ilmiah di abad ke-17, ilmu alam berkembang sebagai program penelitian sendiri.[b] Fisika berpotongan dengan banyak area penelitian bidang ilmu lain, seperti biofisika dan kimia kuantum, dan batasan fisiknya tidak didefinisikan dengan jelas. Ilmu baru dalam fisika terkadang digunakan untuk menjelaskan mekanisme dasar sains lainnya[3] serta membuka jalan area penelitian lainnya seperti matematika dan filsafat.
Fisika juga menyumbangkan kontribusi yang penting dalam pengembangan teknologi yang berkembang dari pemikiran teoretis. Contohnya, pemahaman lebih lanjut mengenai elektromagnetisme atau fisika nuklir mengarahkan langsung pada pengembangan produk baru yang secara dramatis membentuk masyarakat modern, seperti televisi, komputer, peralatan rumah tangga, dan senjata nuklir;[3] kemajuan termodinamika mengarah pada pengembangan industrialisasi, dan kemajuan mekanika menginspirasi pengembangan kalkulus.


3.      Ilmu Biologis
Biologi merupakan ilmu alam yang mempelajari tentang kehidupan, serta organisme hidup, termasuk didalamnya berupa struktur, evolusi, persebaran, fungsi, pertumbuhan, serta taksonominya. Ilmu biologi yang modern saat ini sangat luas, eklektik, dan terdiri atas maca-macam cabang ilmu biologi, serta subdisiplin. Namun, meskipun ruang lingkupnya luas, terdapat konsep umum yang mengatur semua penelitian tersebut, sehingga dapat menyatukannya ke dalam 1 bidang.
Pengertian biologi pada umumnya mengakui tentang sel sebagai satuan dasar dari kehidupan, gen sebagai satuan dasar dari pewarisan, serta evolusi sebagai sebuah mekanisme yang dapat mendorong terciptanya spesies yang baru. Selain itu, organisme juga diyakini bertahan dengan cara mengonsumsi serta mengubah energi dengan meregulasi keadaan dalamnya supaya tetap stabil, dan vital.
Pengertian biologi adalah salah satu ilmu yang sangat penting bagi kehidupan. Hal ini karena biologi ialah suatu ilmu pengetahuan alam yang mempelajari mengenai kehidupan dunia dari segala aspek, mempelajari tentang makhluk hidup, lingkungan, ataupun interaksi antara makhluk hidup dengan lingkungannya tersebut. Oleh sebab itu, tidak jarang juga banyak ditemukan berbagai hal yang luar biasa yang disebut keajaiban pada saat biologi.
Pembelajaran biologi yang diterapkan di kehidupan saat ini adalah hasil dari penelitian dari para ilmuan, serta hasilnya dapat dibuktikan dan tidak melenceng dari fakta. Saat ini perkembangan ilmu biologi sudah didukung oleh kemajuan teknologi yang telah banyak melahirkan berbagai cabang ilmu pengetahuan yang lainnya.
Pengertian biologi adalah salah satu ilmu yang ikut menentukan dalam kemajuan serta perkembangan pengetahuan dan teknologi, karena dengan belajar tentang biologi dapat memiliki kemampuan untuk berpikir lebih logis, sistematis, serta lebih kreatif dalam memecahkan suatu masalah.

4.      Ilmu Psikologis
Psikologi berasal dari kata dalam bahasa Yunani Psychology yang merupakan gabungan dan kata psyche dan logos. Psyche berarti jiwa dan logos berarti ilmu. Secara harafiah psikologi diartikan sebagal ilmu jiwa. Istilah psyche atau jiwa masih sulit didefinisikan karena jiwa itu merupakan objek yang bersifat abstrak, sulit dilihat wujudnya, meskipun tidak dapat dimungkiri keberadaannya. Dalam beberapa dasawarsa ini istilah jiwa sudah jarang dipakai dan diganti dengan istilah psikis.
Pengertian Psikologi Menurut Beberapa Ahli
Ada banyak ahli yang mengemukakan pendapat tentang pengertian psikologi, diantaranya:
Pengertian Psikologi menurut Ensiklopedi Nasional Indonesia Jilid 13 (1990), Psikologi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dan binatang baik yang dapat dilihat  secara langsung maupun yang tidak dapat dilihat secara langsung.
Pengertian Psikologi menurut Dakir (1993), psikologi membahas tingkah laku manusia dalam hubungannya dengan lingkungannya.
Pengertian Psikologi menurut Muhibbin Syah (2001), psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku terbuka dan tertutup pada manusia baik selaku individu maupun kelompok, dalam hubungannya dengan lingkungan. Tingkah laku terbuka adalah tingkah laku yang bersifat psikomotor yang meliputi perbuatan berbicara, duduk , berjalan dan lain sebgainya, sedangkan tingkah laku tertutup meliputi berfikir, berkeyakinan, berperasaan dan lain sebagainya.
Dari beberapa definisi tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku manusia, baik sebagai individu maupun dalam hubungannya dengan lingkungannya. Tingkah laku tersebut berupa tingkah laku yang tampak maupun tidak tampak, tingkah laku yang disadari maupun yang tidak disadari.

5.      Ilmu Sosial
Pengertian ilmu sosial diartikan sebagai suatu ilmu yang berisi mengenai interaksi antara manusia dengan manusia secara individu, manusia dengan manusia secara individu dan kelompok, manusia dengan manusia secara sama sama berkelompok. Dengan adanya interaksi semacam ini manusia satu dengan manusia lainnya pastilah akan saling berkomunikasi, saling mengenal satu dengan lainnya, bisa jadi saling bergotong royong bahu membahu saling tolong menolong satu dengan lainnya namun bisa jadi pula justru dengan adanya interaksi tersebut terjadilah konflik karena adanya ketidakcocokan antara manusia satu dengan lainnya tersebut. Akan tetapi pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat benar benar hidup seorang diri. Manusia membutuhkan manusia lainnya untuk dapat hidup saling beriringan bersama sama.
Pengertian Ilmu Sosial Menurut Beberapa Ahli
Pengertian atau definisi dari ilmu sosial tidaklah hanya satu saja, ada beberapa versi lainnya menurut beberapa ahli sosial yang datang dari berbagai penjuru dunia. Yang pertama adalah seorang ahli sosial dari negeri seberang yang bernama Peter Herman, ia mengatakan bahwa ilmu sosial merupakan pelajaran berharga mengenai perbedaan namun tetap menjadi kesatuan. Yang berarti adalah manusia hidup di muka bumi ini dikaruniai akal pikiran yang tentu berbeda beda dengan manusia satu dan lainnya lagi. Akan tetapi pada prinsipnya adalah sama, semua manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan manusia lain untuk saling berinteraksi satu denga lainnya. Setiap manusia tidak ada yang bisa benar benar hidup seorang diri, tanpa bantuan manusia lain untuk melangsungkan kehidupannya setiap hari.
Pengertian ilmu sosial juga diberikan oleh ahli yang bernama Gross, menurut Gross ilmu sosial merupakan ilmu yang mempelajari tentang manusia yang merupakan bagian dari suatu anggota masyarakat, atau pada kelompok tertentu atau bahkan suatu kelompok masyarakat yang ia bentuk sendiri. Dalam hal ini manusia tidak hanya berinteraksi saja namun manusia juga akan mendapatkan pelajaran hidup seperti konflik yang kecil hingga peperangan antar kelompok manusia. Hal ini sangat lumrah terjadi mengingat setiap manusia tidak dikaruniai isi akal pikiran yang sama satu dengan lainnya, pasti akan ada saja perbedaan yang terjadi.
Dari kedua pengertian ilmu sosial menurut para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa ilmu sosial memang merupakan ilmu yang mempelajari tentang manusia, baik kehidupan berinteraksi satu dengan lainnya, kehidupan saling menguntungkan atau mutualisme, karena manusia tidak dapat hidup sendiri. Akan tetapi dalam interaksi tersebut pastilah akan ada konflik konflik yang terjadi baik antar manusia secara individu, manusia individu dengan kelompok, ataupun antar manusia secara berkelompok. Meski begitu pasti akan ada penyelesaian yang didapatkan dari hasil interaksi lagi nantinya.
6.      Ilmu Linguistik
Bahasa adalah satu-satunya alat komunikasi terbaik yang hanya dimiliki manusia. Maka orang yang profesinya berkenaan dengan bahasa perlu mempelajari  dan memiliki pengetahuan tentang linguistik, karena linguistik akan memberi pemahaman kepada kita mengenai hakikat dan seluk beluk bahasa.
Beberapa istilah awal yang harus dketahui :
Linguistik adalah ilmu tentang bahasa. Dan objek kajiannya adalah bahasa.
Lingua adalah kata lain dari bahasa
Linguis adalah orang yang ahli dalam dalam ilmu linguistik atau pakar linguistik
Perlu diperhatikan, bahwa bahasa Perancis mempunyai dua istilah mengenai bahasa, yaitu langue dan langage. Langue adalah suatu bahasa tertentu, seperti bahasa Inggris, bahasa Arab, bahasa Perancis, bahasa Jawa, dll. Sedangkan langage adalah bahasa secara umum, seperti tampak dalam ucapan "manusia memiliki bahasa sedangkan binatang tidak". Disamping istilah langue dan langage masih ada istilah lain dalam bahasa Perancis yaitu parloe. Parloe adalah wujud bahasa yang kongkret yang diucapkan anggota masyarakat dalam kegiatan sehari-hari.
Ilmu linguistik sering juga disebut sebagai linguistik umum (general linguistics) karena ilmu linguistik tidak hanya mengkaji satu bahasa saja, seperti bahasa Jawa saja atau bahasa Indonesia saja, melainkan mengkaji seluk-beluk bahasa pada umumnya.
Seperti pembahasan di atas bahwa linguistik adalah ilmu yang menjadikan bahasa sebagai objek kajiannya, ternyata dalam dunia keilmuan, tidak haknya linguistik yang menjadikan bahasa sebagai objek kajiannya ada pula disiplin ilmu lain yg menggunakan bahasa sebagai objek kajiannya seperti ilmu susastra, ilmu sosial, psikologi dan fisika. Namun walaupun ilmu tersebut memiliki kajian objek yang sama yaitu bahasa, terdapat perbedaan pendekatan ilmu-ilmu tersebut terhadap bahasa itu yaitu :
Ilmu susastra mendekati bahasa / memandang bahasa sebagai wadah seni, sebagai sarana untuk mengungkapkan karya seni.
Ilmu sosial/sosiologi mendekatkan dan memandang bahasa sebagai alat interaksi sosial di dalam masyarakat.
Ilmu psikologi mendekati dan memandang bahasa sebagai gejala pelahiran kejiwaan.
Ilmu fisika mendekati dan memandang bahasa sebagai fenomena alam, yani gelombang bunyi yang merambat dari mulut pembicara ke telinga pendengar
Bahasa adalah satu-satunya alat komunikasi terbaik yang hanya dimiliki manusia. Maka orang yang profesinya berkenaan dengan bahasa perlu mempelajari  dan memiliki pengetahuan tentang linguistik, karena linguistik akan memberi pemahaman kepada kita mengenai hakikat dan seluk beluk bahasa.
Beberapa istilah awal yang harus dketahui :
Bahasa adalah satu-satunya alat komunikasi terbaik yang hanya dimiliki manusia. Maka orang yang profesinya berkenaan dengan bahasa perlu mempelajari  dan memiliki pengetahuan tentang linguistik, karena linguistik akan memberi pemahaman kepada kita mengenai hakikat dan seluk beluk bahasa.
Beberapa istilah awal yang harus dketahui :
Linguistik adalah ilmu tentang bahasa. Dan objek kajiannya adalah bahasa.
Lingua adalah kata lain dari bahasa
Linguis adalah orang yang ahli dalam dalam ilmu linguistik atau pakar linguistik
Perlu diperhatikan, bahwa bahasa Perancis mempunyai dua istilah mengenai bahasa, yaitu langue dan langage. Langue adalah suatu bahasa tertentu, seperti bahasa Inggris, bahasa Arab, bahasa Perancis, bahasa Jawa, dll. Sedangkan langage adalah bahasa secara umum, seperti tampak dalam ucapan "manusia memiliki bahasa sedangkan binatang tidak". Disamping istilah langue dan langage masih ada istilah lain dalam bahasa Perancis yaitu parloe. Parloe adalah wujud bahasa yang kongkret yang diucapkan anggota masyarakat dalam kegiatan sehari-hari.

7.      Ilmu Interdipliner
Prentice (1990) menyatakan Ilmu Informasi sebagai disiplin, dan khususnya memakai pendekatan interdispliner (interdisciplinary approach). Dia menyatakan disiplin sebagai struktur, isi, dan implikasi dari sekumpulan pengetahuan tertentu (body of knowledge). Dalam perkembangan pesat saat ini, maka disiplin menjadi semakin kompleks.
Ada banyak disiplin yang berbeda-beda tetapi mungkin memiliki titik-awal dan tujuan yang sama, dan mungkin hanya berbeda dalam cara masing-masing memandang persoalan (subject matter) yang sama. Di dalam masyarakat, sebuah disiplin akademik biasanya membentuk organisasi profesional yang menerbitkan jurnal ilmiah, mengadakan konferensi, atau memberi penghargaan kepada ilmuwan atau peneliti yang dianggap mumpuni. Selain memiliki organisasi, sebuah disiplin juga biasanya memiliki “bahasa khusus” untuk memperlancar komunikasi ilmiah antar ilmuwan, strategi kebenaran (truth strategies) yang mempertegas perbedaan satu disiplin dari yang lainnnya., dan organisasi pengetahuan.
Sebuah disiplin lahir dan tumbuh dengan berbagai cara, misalnya:
Pecahan dari disiplin yang sudah ada.
Berada di pinggiran dari sebuah disiplin, dan tidak lagi menjadi pusat perhatian disiplin itu, lalu memisahkan diri menjadi disiplin khusus.
Gabungan dari berbagai disiplin karena ada kesamaan –> bisa berbentuk disiplin baru atau interdisciplinary.
Kebutuhan untuk mengatasi persoalan penting yang khas.
Selain Ilmu Informasi, Prentice memberi beberapa contoh disiplin baru. misalnya sosiologi pedesaan (rural sociology), arkeologi industri (industrial archeology), kajian penduduk setempat (native studies), sejarah ilmu pengetahuan, antropologi wanita , dan komunikasi ujaran (speech communication). Di Indonesia kita juga memiliki kajian ketahanan nasional, kajian lingkungan, dan kajian wanita.
Beberapa disiplin juga memperlihatkan fokus kepada upaya mengatasi masalah-masalah spesifik melalui kerjasama berbagai ilmu, misalnya:
Kedokteran hewan menggabungkan pengetahuan yang didapat dari ilmu tentang genetik, patologi, dan ilmu-ilmu dasar (basic sciences).
Kerja sosial menggabungkan pengetahuan yang didapat dari bidang hukum, ilmu perilaku dan psikologi.
Perencanaan sosial menyempat dari kerja sosial dan menambahkan bidang pengetahuan perencanaan regional (regional planning) ke dalamnya.
Kedokteran gigi menyempal dari kedokteran umum dan menambahkan pengetahuan budaya, terutam aspek estetika ke dalamnya.
Terkadang penggabungan berbagai disiplin memperlihatkan berbagai ciri yang berbeda, sehingga Prentice membedakan antara tiga hal, yaitu:
Interdisipliner (interdisciplinary) adalah interaksi intensif antar satu atau lebih disiplin, baik yang langsung berhubungan maupun yang tidak, melalui program-program pengajaran dan penelitian, dengan tujuan melakukan integrasi konsep, metode, dan analisis.
Multidisipliner (multidisciplinay) adalah penggabungan beberapa disiplin untuk bersama-sama mengatasi masalah tertentu.
Transdisipliner (transdisciplinarity) adalah upaya mengembangkan sebuah teori atau aksioma baru dengan membangun kaitan dan keterhubungan antar berbagai disiplin.
 Sementara itu, menurut Paisley (1990), Ilmu Informasi merupakan bagian dari sebuah konstelasi berbagai disiplin dan wilayah penelitian interdisipliner yang punya fokus sama, yaitu komunikasi manusiawi (human communication). Dia merujuk ke pendapat Fritz Machlup dan Jesse Shera yang sama-sama menganggap bahwa disiplin informas memperhatikan salah satu aspek dari sistem komunikasi yang menyeluruh (total communication system). Tulisan Vannevar Bush – As We May Think, sering dianggap sebagai “the manifesto of information science” walaupun Bush tidak menggunakan kata informasi, melainkan komunikasi dan pengetahuan.
Dalam pandangan Paisley, di dunia barat dan di Amerika Serikat muncul kecenderungan pihak teknologi dan rekayasa menggunakan istilah ‘informasi’ sementara pihak sosial-budaya menggunakan istilah ‘komunikasi’.
Berfiikir menuangkannya dalam tulisan dan ucapan merupakan refleksi dari perilaku intelektual di isyaratkan agar dalam refleksi tersebut menerapkan.


METODE ILMIAH
Menulis adalah melahirkan batin, menulis adalah membatinkan lahir.
SEJARAH PERKEMBANGAN METODE ILMIAH
Jaman sebelum masehi
Di dalam buku kedokteran Mesir Kuno yakni the Edwin Smith papyrus, (kira +2 1600 SM) di sebutkan bahwa beberapa komponen dasarmetode ilmiah telah di lakukan seperti pengujian (examination) diagnosis treatment dan prognosis terhadap sebuah penyakit Papirus Edwin Smith adalah teks medis Mesir Kuno yang berisi mengenai trauma bedah., Papirus Edwin Smith memiliki keunikan tersendiri bila dibandingkan dengan papirus medis lain yang masih bertahan hingga kini. Papirus Edwin Smith menunjukkan pendekatan rasional dan ilmiah terhadap pengobatan di Mesir Kuno. ( Wilkins, Robert H. (1992) [Pertama kali terbit pada 1965]. Neurosurgical Classics (2nd ed.))
Di Babilonia bagaimana termaksud dalam buku the Ebers papyrus (kira +2 1550 SM) juga sudah terdapat upaya pembuktian secara empirik
YUNANI KUNO (500 SM)
Metode ilmiah adalah cara menerapkan prinsip-prinsip logis terhadap penemuan,pengesahan dan   penjelasan tentang suatu kebenaran.Pada zaman dahulu metode penelitian menggunakan asas coba-coba , pengalaman baik sendiri ataupun dari oranglain, dan naluri.
Sehingga perkembangan penelitian terkesan berjalan lambat, apalagi teknologi ketika itu masih belum dapat mendukung penelitian yang lebih lanjut.

Adapun komponen metode ilmiah terdiri dari:
1. Cara ilmiah : Kegiatan penelitian didasarkan ciri-ciri keilmuan yaitu,
  • Rasional : Dilakukan dengan cara masuk akal sehingga terjangkau penalaran manusia
  • Empiris : Dapat diamati oleh indera manusia sehingga orang lain dapat mengamati dan mengetahui cara yang digunakan
  • Sistematis : Proses menggunakan langkah yang logis
2. Data
  • Kualitatif : Data yang dinyatakan dalam bentuk kata, kalimat atau gambar
  • Kuantitif : Data yang dinyatakan dalam bentuk angka atau data kualitatif yang diangkakan.
3. Tujuan
  • Penemuan : Menemukan sesuatu yang sebelumnya belum pernah diketahui
  • Pembuktian : Membuktian atau menghilangkan keraguan benar atau salahnya suatu informasi/pengetahuan tertentu
  • Pengembangan : Memperdalam atau memperluas suatu pengetahuan yang sudah ada
4. Kegunaan
  • Memahami masalah : Memperjelas suatu informasi yang tidak diketahui menjadi diketahui
  • Memecahkan masalah : Menghilangkan/memperkecil masalah
  • Mengantisipasi masalah : Mengupayakan agar masalah tidak terjadi
Pada metode penelitian terdapat 2 metode, yaitu metode kualitatif dan metode kuantitatif.
Metode kualitatif mempunyai sifat :
  • Tunggal, konkrit, dan teramati
  • Independen terhadap hubungan yang diteliti dan peneliti
  • Hubungan variabel yang causalitas
  • Cenderung membuat generalisasi
  • Cenderung terbebas dari nilai
Metode Kuantitatif mempunyai sifat :
  • Ganda, holistik dan dinamis
  • Interaktif dan tidak dapat dipisahkan
  • Hubungan variabel timbal balik
  • Memiliki kemampuan mentransfer dalam ikatan konteks dan waktu
  • Cenderung terikat nilai
Menurut Wright (2002: 181), Geometri adalah ilmu yang mempelajari tentang sifat-sifat, pengukuran-pengukuran, dan hubungan-hubungan titik, garis, bidang dan bangun ruang. Sedangkan menurut Marhijanto (1999: 136), geometri adalah cabang matematika yang mempelajari tentang ilmu ukur.
Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa geometri adalah cabang ilmu matematika yang mempelajari tentang sifat dan hubungan titik, garis, bidang dan bangun ruang serta pengukurannya.
Geometri terdiri dari :
1.        Geometri bidang yaitu mempelajari tentang garis, kurva, sudut, dan polygon dalam bidang.
2.        Geometri bangun ruang yaitu mempelajari tentang kerucut, bola silinder, dan kurva polihedra dalam ruang tiga dimensi
3.        Geometri diferensial yaitu aplikasi kalkulus dalam geometri untuk mempelajari sifat-sifat lokal dari kurva
4.        Geometri deskriptif yaitu teknik matematika yang digunakan untuk mendeskripsikan hubungan geometris dari permukaan tiga dimensi pada suatu permukaan bidang
5.        Geometri analitik yaitu aplikasi metode aljabar pada geometri dimana garis-garis dan kurva-kurva dinyatakan dalam persamaan aljabar.
Metode geometri ini adalah pembuatan pola dengan pengukuran langsung pada kaki pemakai, jadi ukuran kaki digunakan sebagai dasar dalam pembuatan sepatu.
Bagian-bagian yang diukur adalah :
1.      Ukuran panjang telapak kaki.
2.      Ukuran lingkar tumit.
3.      Ukuran lingkar gemur atau ball kaki.
4.      Tinggi hak yang diinginkan.

Macam-macam pola antara lain sebagai berikut :
1.      Pola Dasar
            Pola dasar berfungsi sebagai acuan dalam pembuatan pola jadi, perwujudan pola ini berupa satu pola badan produk dengan dilengkapi infomasi-informasi pokok (tanda selut, tanda jahit), aksesoris, dan sebagainya.
2.      Pola Jadi
            Pembuatan pola jadi harus berdasarkan pola dasar, pola ini berfungsi untuk proses pemolaan diatas material (maping). Untuk orang Romawi kuno dan  Yunani pada masa itu alas kaki dijadikan gaya busana yang mennjukkan kasta dalam lingkungan mereka, baxa atau biasa dikenal pada masa sekarang sebagai sandal biasanya dipakai oleh kalangan bawah seperti pendeta, filusuf dan masyarakat kebanyakan baxa biasanya terbuat dari daun palem yang dianyam. Sedangkan sepatu atau pada masa itu biasa disebut calcius biasa dipakai oleh kalangan atas untuk kegiatan mereka diluar rumah.

LANGKAH-LANGKAH KINERJA KAJIAN
Proses produk subjek  : Ilmu yang mempelajari tentang jaringan
                                   Hubungan antar manusia dalam masyarakat

Tradisi (Paradigma)     :
1.      Tradisi fenomenologi:tradisi ini melihat komunikasi dari pengalaman orang lain
2.      Tradisi psikologi sosial:tradisi ini melihat bahwa komunikasi itu sebagai sebuah bentuk ekspresi yang kolektif
3.      Tradisi sociocultural:tradisi ini mirip dengan tradisi psikologi sosial yang mempercayai bahwa proses komunikasi terjadi dalam jalinan interaksi
4.      Tradisi kritik:dalam tradisi ini mengkaji bahwa proses komunikasi tidak selalu equal atau seimbang
Konsensus (kolega)
            Sebuah frasa untuk menghasilkan atau menjadikan sebuah kesepakatan yang telah disetujui secara bersama-sama antar kelompok atau individu setelah adanya perdebatan dan penelitian yang dilakukan dalam kolektif inteljen untuk mendapatkan konsensus pengambilan keputusan

Tujuan :
1.      Memberi bagi masyarakat
2.      Tidak terperangkap ke dalam sikap organisasi intelektual
3.      Sikap keterbukaan
4.      Saling menyapa dan mengarahkan seluruh potensi keilmuan yang dimilikinya untuk kepentingan bersama
Perumusan Masalah Metode :
1.      Cara kerja yang pasti
2.      Controluerbaar
3.      Dipertanggung jawabkan secara akurat
Objek (pokok masalah sosial)
Ø  Objek formal:objek ini menekankan kepada manusia sebagai makhluk sosial/masyarakat
Ø  Objek agama:objek ini dapat menjadi pemicu dalam hubungan sosial kemasyarakatan serta banyak dampak yang mempengaruhi kesatuan manusia sendiri
Ø  Objek material:objek materi ini meliputi kehidupan sosial,gejala-gejala,dan proses hubungan antar manusia yang mempengaruhi hubungan kesatuan manusia sendiri
Ø  Objek budaya:merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hubungan antar satu individu yang lain
Teori :
Ø  Dengan rumusan
Ø  Konsisten
Ø  Sederhana
Ø  Akurat
SUMBER

Achmadi, A. 2010. Filsafat Umum. Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada
Gie, The Liang. 2000. Pengantar Filsafat ilmu. Yogyakarta: Liberti Yogyakarta,
S.Praja.Juhaya. 2005. Aliran-aliran filsafat dan etika.Jakarta : Prenada Media
Akhmadi,Asmoro.2003. Filsafat Umum. Jakarta : RajaGrafindo Persada
Hadiwijono,Harun. 1993. Sari Sejarah Filsafat Barat 2. Yogyakarta : Kanisius
Delfgaauw, Bernard. 1992. Sejarah Singkat Filsafat Barat. Yogyakarta : PT. Tiara Wacana Yogya
Tafsir, Ahmad. 2013. Filsafat Umum. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya

Comments

Popular posts from this blog

Lagu Sayang dan makna bahasa jawa

Teaching Writing

Evaluasi pembelajaran dalam literasi