Ilmu Filsafat
PENGANTAR FILSAFAT ILMU (2)
YUNANI KUNO
Setelah abad ke-6 SM muncul sejumlah
ahli pikir yang menentang adanya mitos. Mereka menginginkan adanya pertanyaan
tentang isteri alam semesta ini, jawabannya dapat diterima akal (rasional).
Keadaan yang demikian ini sebagai suatu demitiologi, artinya suatu kebangkitan
pemikiran untuk menggunakan akal pikir dan meninggalkan hal-hal yang sifatnya
mitologi. Upaya para ahli pikir untuk mengarahkan kepada suatu kebebasan
berfikir , ini kemudian banyak orang mencoba membuat suatu konsep yang
dilandasi kekuatan akal pikir secara murni, maka timbullah peristiwa ajaib The
Greek Miracle yang artinya dapat dijadikan sebagai landasan peradaban dunia.
Pelaku filsafat adalah akal dan musuhnya
adalah hati. Pertentangan antara akal dan hati itulah pada dasarnya isi sejarah
filsafat. Di dalam sejarah filsafat kelihatan akal pernah menang, pernah kalah,
hati pernah berjaya, juga pernah kalah, pernah juga kedua-duanya sama sama-sama
menang. Diantara keduanya , dalam sejarah, telah terjadi pergugumulan berebut
dominasi dalam mengendalikan kehidupan manusia.
Yang dimaksud dengan akal disini ialah
akal logis yang bertempat di kepala, sedangkan hati adalah rasa yang kira-kira
bertempat di dalam dada. Akal itulah yang menghasilkan pengethauan logis yang
disebut filsafat, sedangkan hati pada dasarnya menghasilkan pengetahuan
supralogis yang disebut pengetahuan mistik, iman termasuk disini. Ciri umum
filsafat yunani adalah rasionalisme yang dimana mencapai puncaknya pada
orang-orang sofis.
Dalam sejarah filsafat biasanya filsafat
yunani dimajukan sebagai pangkal sejarah filsafat barat, karena dunia barat
(Erofa Barat) dalam alam pikirannya berpangkal kepada pemikiran yunani. Pada
masa itu ada keterangan-keterangan tentang terjadinya alam semesta serta dengan
penghuninya, akan tetapi keterangan ini berdasarkan kepercayaan. Ahli-ahli
pikir tidak puas akan keterangan itu lalu mencoba mencari keterangan melalui
budinya. Mereka menanyakan dan mencari jawabannya apakah sebetulnya alam itu.
Apakah intisarinya? Mungkin yang beraneka warna yang ada dalam alam ini dapat
dipulangkan kepada yang satu. Mereka mencari inti alam, dengan istilah mereka :
mereka mencari arche alam (arche dalam bahasa yunani yang berarti mula, asal).
Terdapat tiga faktor yang menjadikan
filsafat yunani ini lahir, yaitu:
1.
Bangsa yunani yang kaya akan mitos
(dongeng), dimana mitos dianggap sebagai awal dari upaya orang untuk mengetahui
atau mengerti. Mitos-mitos tersebut kemudian disusun secara sistematis yang
untuk sementara kelihatan rasional sehingga muncul mitos selektif dan rasional,
seperti syair karya Homerus, Orpheus dan lain-lain.
2.
Karya sastra yunani yang dapat dianggap
sebagai pendorong kelahiran filsafat yunani, karya Homerous mempunyai kedudukan
yang sangat penting untuk pedoman hidup orang-orang yunani yang didalamnya
mengandung nilai-nilai edukatif.
3.
Pengaruh ilmu-ilmu pengetahuan yang
berasal dari Babylonia (Mesir) di lembah sungai Nil, kemudian berkat kemampuan
dan kecakapannya ilmu-ilmu tersebut dikembangkan sehingga mereka mempelajarinya
tidak didasarkan pada aspek praktis saja, tetapi juga aspek teoritis kreatif.
Dengan adanya ketiga faktor tersebut,
kedudukan mitos digeser oleh logos (akal), sehingga setelah pergeseran tersebut
filsafat lahir.
FILSAFAT
Phoedjawijatna (1974:1) menyatakan
bahwa kata filsafat berasal dari kata arab yang berhubungan rapat dengan kata
yunani, bahkan asalnya memang dari kata yunani. Kata yunaninya ialah phylo
shopia. Dalam bahasa yunani kata phylo shopia merupakan kata majemuk yang
terdiri atas phylo dan shopia; phylo artinya cinta dalam arti luas, yaitu
ingin, dan karena itu lalu berusaha mencapai yang diinginkan itu;shopia artinya
kebijakan yang artinya pandai, pengertian yang mendalam. Jadi, menurut namanya
saja filsafat boleh diartikan ingin mencapai pandai cinta pada kebijakan (lihat
juga windelband, 1958:1:1)
A. MITOLOGI
Sekumpulan mitos dan legenda yang
berasal dari yunani kuno dan berisi kisah-kisah mengenai dewa dan pahlawan,
sifat dunia da nasal usul serta makna dari praktik ritual dan kultus orang
yunani kuno. Mitologi yunani merupakan bagian dari agama di yunani kuno. Para
sejarawan modern mempelajari mitologi yunani untuk mengetahui keadaan polotik,
agama dan peradaban di yunani kuno serta untuk memperoleh pemahaman mengenai
pembentukan mitos itu sendiri. Mitologi sendiri mempunyai periode berbeda namun
kisah dan turunan yang sama. Seperti kisah dewa, kisah dewa dan manusia maupun
kisah titan atau moster.
B. DEMITOLOGI
Bangsa yunani yang hidup pada abad
ke-6 SM memiliki system kepercayaan yang di percaya olehnya adalah benar,
kepercayaan tersebut bersumber pada mitos (dongeng-dongeng) dan anehnya suatu
kebenaran lewat akal pikiran atau logos menurut mereka tidak berlaku. Kemudian
setelah lensernya abad ke-6 SM mulai muncul sejumlah ahli piker yang menentang
adanya mitos. Hal yang mendasar yang tidak dapat diterima oleh pemikir-pemikir
hebat kala itu adalah tentang mistri alam semesta ini. Keadaan yang demikian
ini sebagai suatu demitologi, artinya suatu kebangkitan pemikiran untuk mengguakan
akal piker dan meninggalkan hal-hal yang sifatnya mitologi. Zaman yuani kuno
dipandang sebagai zaman keemasan filsafat, karna pada masa ini orang memiliki
kebebasan untuk mengungkapkan ide-ide atau pendapatnya. Yunani pada masa itu
dianggap gudang ilmu dan filsafat karna bangsa yunani pada masa itu tidak
mempercayai mitologi-mitologi.
1. Thales
(624-548)
Nama
Thales muncul atas penuturan sejarawan Herodotus pada abad ke -5 SM. Thales
sebagai salah satu dari tujuh orang bijaksana (Seven Wise Men of Greece). Aristoteles memberikan gelar The Father of Philosopy. Juga menjadi penasihat teknis ke-12 kota
Ionia. Salah satu jasanya yang besar adalah meramal gerhana matahari pada tahun
585 SM.
Thales
mengembangkan filsafat alam kosmologi yang mempertanyakan asal mula, sifat
dasar, dan struktur komposisi alam semesta. Menurut pendapatnya, semua yang
berasal dari air sebagai materi dasar kosmis. Sebagai ilmuwan pada masa itu ia
mempelajari magnetism dan listrik yang merupakan pokok soal fisika. Ia juga
mengembangkan astronomi dan matematika dengan mengemukakan pendapat bahwa bulan
bersinar karena memantulkan cahaya matahari, menghitung terjadi gerhana
matahari, dan bahwa kedua sudut alas dari suatu segitiga sama kaki sama
besarnya. Dengan demikian, Thales merupakan ahli matematika yang pertama dan
juga sebagai the father of deductive
reasoning (bapak penalaran deduktif).
2. Anaximandors
(610-518 SM)
Ia
adalah orang pertama yang mengarang suata traktat dalam kesusteraan Yunani, dan
berjasa dalam bidang astronomi, geografi. Jadi, ia merupakan orang pertama yang
membuat peta bumi. Ia berhasil memimpin sekelompok orang yang membuat kota baru
di Appollonia, Yunani.
Pemikirannya
dalam memberikan pendapat tentang arche (asas
pertama alam semesta) ia tidak menunjuk pada salah satu unsure yang dapat
diamati indra, tetapi ia menunjuk dan memilih pada sesuatu yang tidak dapat
diamati indra, yaitu to aperion,
sebagai sesuatu yang tidak terbatas, abad sifatnya, tidak bnerubah-ubah, ada
pada segala-galanya, dan sesuatu yang paling dalam. Alasannya, apabila tentang arche
ia menunjuk pada salah satu unsure, maka unsure tersebut akan
mempunyai sifat yang dapat bergerak sesuai dengan sifatnya sehingga tidak ada
tempat bagi unsure yang berlawanan.
Pendapatnya
yang lain, bumi seperti silinder, lebarnya tiga kali lebih besar dari
tingginya. Bumi tidak terletak atau bersandar pada sesuatu pun. Mengapa bumi
tidak jatuh? Karena bumi berada pada pusat jagad raya. Pemikirannya ini harus
kita pandang sebagai titik ajaran yang mengherankan bagi orang-orang modern.
3. Anaximanes
(590-518 SM)
Anaximanes
hidup sekitar 590-518 SM. Ia berpendapat bahwa hakikat segala sesuatu yang satu
itu adalah udara. Jiwa adalah udara, api adalah udara yang encer, jika
dipadatkan pertama-tama udara akan menjadi air, dan jika dipadatkan lagi akan
menjadi tanah, dan akhirnya menjadi batu. Ia berpendapat bahwa bumi itu
berbentuk seperti meja bundar.
4. Pythagoras
(580-500 SM)
Mengenai riwayat hidupnya, ia dilahirkan di Pulau Samos,
Ionia. Tanggal dan tahunnya tidak diketahui secara pasti. Ia juga tidak
meninggalkan tulisan-tulisan sehingga apa yang diketahui tentang Pythagoras
diperlukan kesaksia-kesaksian. Menurut Aristoxenos seorang murid Aristoteles
Pythagoras pindah ke kota Kroton, Italia Selatan karena tidak setuju dengan
pemerintahan Polykrates yang bersifat tirani. Di kota ini ia mendirikan sekolah
agama, selama 20 tahun ia di Kroton,
kemudian pindah ke Metapontion dan meninggal di kota ini.
Pemikirannya, substansi dari semua benda adalah bilangan,
dan segala gejala alam merupakan pengungkapan indrawi dari
perbandingan-perbandingan matematis. Bilangan merupakan inti sari dan dasar
pokok dari sifat-sifat benda (number
rules the universe = bilangan memerintah jagat raya). Ia juga mengembangkan
pokok soal matematik yang termasuk teori bilangan. Umpanya, dikembangkannya
susunan bilangan-bilangan yang mempunyai
bentuk geometris.
Pemikirannya tentang bilangan, ia mengemukakan bahwa
setiap bilangan dasar dari 1 sampai 10
mempunyai kekuatan dan arti sendiri-sendiri. Satu adalah asal mula segala
sesuatu sepuluh, dan sepuluh adalah bilangan sempurna. Bilangan gasal (ganjil)
lebih sempurna daripada bilangan genap dan identik dengan finite
(terbatas), salah seorang penganut Pythagoras mengatakan bahwa Tuhan adalah
bilangan tujuh, jiwa itu bilangan enam, badan itu bilangan empat.
Pythagoraslah yang mengatakan pertama kali bahwa alam
semesta itu merupakan satu keseluruhan
yang teratur, sesuatu yang harmonis seperti dalam musik. Keharmonisan dapat
tercapai dengan menggabungkan hal-hal yang berlawanan, seperti :
-
Terbatas – tak terbatas;
-
Ganjil – genap;
-
Satu – banyak;
-
Laki-laki – perempuan;
-
Bujur sangkar – empat persegi panjang;
-
Diam – gerak;
-
Lurus – bengkok;
-
Baik – buruk;
-
Terang – gelap;
-
Kanan – kiri.
Menurut
Pythagoras, kearifan yang sesungguhnya hanya dimiliki oleh Tuhan saja, oleh
karenanya ia tidak mau di sebut sebagai orang arif seperti Thales, akan tetapi
menyebut dirinya sebagai philosophos yaitu
pencipta kearifan atau kebijaksanaan. Sampai sekarang secara etimologis dan
singkat sederhana filsafat dapat diartilkan sebagai cinta kearifan atau
kebijaksanaan (love of wisdom).
Sebagai
seorang ahli matematika abadi ia dengan dalilnya: jumlah dari luas dua sisi
sebuah segitiga siku-siku adalah sama dengan luas sisi miringnya( a2 +
b2 = c2).
5. Democritos
(460-370 SM)
Ia lahir di kota Abdera di pesisir Thrake di Yunani
Utara. Karena ia berasal dari keluarga yang kaya raya, maka dengan kekayaannya
itu ia berpergian ke Mesir dan negeri-negeri Timur lainnya. Dari karya-karyanya
ia telah mewariskan sebanyak 70 karangan tentang bermacam-macam masalah,
seperti kosmologi , matematika, astronomi, logika, etika, teknik, musik, puisi,
dan lain-lainnya. Oleh karena itu, ia dipandang sebagai seorang sarjana yang
menguasai banyak bidang.
Pemikirannya adalah bahwa realitas bukanlah satu, tetapi
terdiri dari banyak unsur dan jumlahnya tak terhingga. Unsur-unsur tersebut
merupakan bagian materi yang sangat kecil sehingga indra kita tidak mampu
mengamatinya dan tidak dapat dibagi-bagi. Unsur-unsur tersebut dikatakan
sebagai atom yang berasal dari satu dari yang lain karena tiga hal yaitu
bentuk, urutan, dan posisinya. Atom-ayom ini tidak dijadikan dan tidak dapat
dimusnahkan, tidak berubah, dan tidak berkualitas.
Menurut pendapatnya, atom-atom itu selalu bergerak,
berarti harus ada ruang kosong. Satu atom hanya dapat bergerak dan menduduki
satu tempat. Maka, Democritos berpendapat bahwa realitas itu ada dua, yaitu
atom itu sendiri (yang penuh) dan ruang tempat atom bergerak (yang kosong).
SOCRATES (469 – 399 SM)
Merupakan filsuf pertama yang
terlahir di atena. Jalan berfikirnya Socrates dapat diringkas sebagai berikut.
Adalah tugas manusia untuk menjaga keslamatan jiwanya, yang lebih berharga
disbanding raganya. Jiwa bukan sekedar nyawa manusia ,melainkan suatu asas
hidup dalam arti yang lebih dalam ia adalah hakikat manusia sebagai pribadi
yang bertanggungjawab. Sekedar hidup begitu saja tidak ada artinya, yang
penting ialah hidup secara baik. Untuk dapat mencapainya manusia harus
mempunyai penglihatan dalam yang murni. mana kala ia melakukan perbuatan yang
salah, maka ada yang tidak beres pada penglihatan dalam tersebut. Maka yang
pokok ialah membuat manusia mempunyai penglihatan yang benar. Apa yang baik dan
apa yang buruk tak mungkin tergantung pada selera manusia masing-masing,
melaikan terikat pada penglihatan dalam yang tidak berbeda-beda sesuai dengan
waktu dan ruang, melaikan bersifat universal, berlaku sepanjang masa. Kebijakan
bersifat tunggal, ia bukan suatu cara berbuat yang dapat diajarkan, yang secara
cermat disesuaikan dengan keadaan seperti yang dikehendaki oleh sofis,
melainkan berupa satu hal belaka menurut
penglihatan dalam.
Socrates tidak bermasud untuk
memaksakan orang lain menerima sesuatu ajaran. Ia memakai siasat ibunya sebagai
seorang bidan. Dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan ia bermaksud agar
manusia memperoleh penglihatan dalam bahwa pendapat yang sudah terpateri dalam
dirinya sesungguhnya kurang berisi kebijakan serta mengandung pertentanggan
dalam. Namun ia tidak tetap betahan pada kegiatan yang negative ini. Ia
melangkah lebih maju dan seraya mengajukan pertanyaan-pertanyaan ia berusaha
agar teman berbicaranya memperoleh keinsyafan yang lebih dalam mengenai sesuatu
masalah yang sedang dihadapi, yang pada umumnya bertalian dengan perilaku
manusia. Yang selalu di utamakannya ialah agar teman berbicaranya menginsyafi,
bahwa berdasarkan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan Socrates, ia sendiri
telah berasih memperoleh penglihatan dalamnya. Socrates yakin bahwa hanya
dengan cara yang demikian penglihatan dalam dapat menjadi milik rohani
seseorang. Dan yang demikian ini terutama penting bila menyangkut penglihatan
dalam di bidang kesusilaan, yang mempunyai arti penentu bagi seluruh kehidupan
manusia.
Daya fikir Socrates merembesi apa
yang dinamakan mazhab-mazhab Socrates. Mazhab-mazhab ini tidak merupakan
satuan-satuan tertutup seperti yang terdapat di kalangan para penganut ajaran
Pythagoras dan kemudian terdapat pada akademi plato. Yang paling terkenal ialah
dua buah mazhab yang mempunyai pengaruh yang sangat besar:mazhab sinik dengan
tokohnya Antisthenes dan mazhab cyrene dengan tokohnya aristippus.
PLATO (427-347 SM)
Plato lahir pada tahun 427 di Athena
dari keturunan bangsawan. Setelah runtuhnya pemerintahan tigapuluh penguasa
lalim ia terpaksa meninggalkan Athena, dan dengan demikian ia tidak hadir pada
peristiwa kematian serta proses peradilan Socrates. Agaknya ia selama delapan
tahun menjadi murid Socrates. Karena sring mengadakan perlawatan ia memperoleh
pengetahuan yang banyak jumlahnya. Usaha untuk menerapkan teori-teorinya pada
pemerintahan Dionysius I di Syracuse mengalami kegagalan. Kemudian plato dijual
sebagai budak. Setelah terbebas ia pergi ke Athena, dan dikota ini ia mulai
mengajar pada tahun 387. Pada tahun 387 pemerintahan Dionysius II di Syracuse
plato sekali lagi mencoba menerapkan teori-teorinya, namun kembali mengalami
kegagalan. Percobaan ke-3 yang dilakukan pada tahun 361 akhirnya juga kandas.
Plato meninggal di Athena pada tahun 347.
Sejauh yang dapat disajikan kepada
umum, kita memiliki banyak karya plato secara lengkap. Satu-satunya kesukaran
yang kita hadapi ialah mengadakan pemilahan antara karya-karyanya yang sejati
dengan yang palsu. Sejumlah dialog yang singkat sangkat boleh jadi bersifat
palsu.
Isi pemikiran plato ialah pemikiran
mengenai idea. Dalam dunia ini kita hanya menangkap hal-hal yang berubah-ubah
dan fana. Bagaimana dapat terjadi sehingga kita dapat mencapai mengetahuan yang
berlaku abadi? Apakah tidak demikian keadaannya, sehingga apa yang baik, benar
dan indah juga baik, benar dan indah bagi setiap orang untuk selama-lamanya dan
dimana-mana? Maka ada pertentangan antara yang selalu berubah, satu-satunya hal
yang diamati oleh Heraclitus, dengan tetap berubah, satu-satunya hal yang
diperhatikan oleh Parmenides.
Dengan demikian idea-idea merupakan
gambaran-gambaran pikiran yang memimpin pemikiran kita. Idea-idea ini bukan
merupakan gambaran-gambaran fikiran yang kita ciptakan, melainkan tampil dalam
fikiran kita secara murni dengan sifat-sifatnya yang abadi serta tak
berubah-ubah. Jika orang yang satu berbeda dari orang yang lain, maka yang
demikian ini disebabkan setiap orang dengan caranya yang masing-masing ambil
bagian dalam idea manusia. Idea ini bersifat abadi dan tak berubah-ubah , namun
tak pernah diwujudkan secara penuh oleh manusia yang manapun. Itulah sebabnya
terdapat perbedaan dalam bangun tubuh serta watak, dan itulah pula sebabnya
manusia dapat berubah-ubah dan mati.
Seperti halnya bagi setiap orang
yunani yang hidup pada masa jayanya yunani, juga para plato etika dan filsafat
Negara berkaitan erat. Wajib susila manusia senantiasa betalian dengan
kewarganegaraannya, kedudukannya sebagai anggota Negara polis. Plato memandang
jiwa manusia terpenjara dalam raganya.
Bagian tertinggi jiwa ialah akal
budi, yang tertuju untuk menatap idea serta memberikan tuntunan atas segenap
kegiatan manusia, apabila jiwa ini teratur secara baik. Tetapi akal budi tak
dapat secara langsung mentertibkannya, melainkan hanya dengan perantaraan
bagian tegah jiwa, yang didiami oleh rasa-rasa yang lebih tinggi : rasa ingin
dihormati, rasa birahi, rasa amarah yang dapat dibenarkan, dll. Dalam hal ini
plato menarik konsekuensi-konsekuensi yang amat penting bagi pendidikan.
Pendidikan bukan hanya merupakan urusan akal budi, melainkan urusan pimpinan
yang lurus yang dilakukan oleh rasa-rasa yang lebih tinggi. Rasa-rasa ini harus
diatur sedemikian rupa sehingga secara sertamerta diberi arah oleh akal budi,
dan dengan demikian ada gilirannya memberikan pengarahan kepada rasa-rasa yang
lebih rendah. Dalam pendidikan rasa-rasa ini dapat dibangkitkan, terutama
dengan melakukan kegiatan di bidang seni,puisi dan music.
Plato membedakan 3 kelompok dalam
Negara : yang tertinggi kelompok mereka yang memerintah, dibawahnya terdapat
kelompok prajurit, dibawahnya lagi kelompok orang awam (petani,tukang,
pedagang). Berat sekali syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk memerintah
Negara secara lurus. Mereka yang memerintah tidak boleh mempunyai milik pribadi
serta kluarga pribadi. Kedua hal ini kiranya dapat menyebabkan mereka yang
memerintah mengutamakan kepentingannya sendiri atau kepentingan kluarganya
sendiri diatas kesejahteraan Negara karenanya para calon anggota pemerintah
perlu mendapat pendidikan yang sangat kusus. Hendaknya mereka para filsuf,
karna mereka hanya dapat memimpin Negara, jika mereka sendiri senantiasa
diarahkan oleh idea kebaikan, yang secara demikian memberikan pedoman
memerintah bagi mereka yang memerintah.
ARISTOTELES (384-322
SM)
Aristoteles dilahirkan pada tahun 384 di
Stagira daerah Thracia. Warisan aristoteles berupa tulisan mengemukakan banyak
masalah yang sukar. Seperti halnya Plato, Aristoteles menulis dialog-dialog
yang ditujukan bagi kalayak ramai, namun tulisan-tulisan tersebut telah hilang.
Karya Aristoteles yang masih tersimpan berupa buku-buku yang dipakai sebagai
pegangan ketika mengajar. Karya-karya ini menghadapkan pada kita
masalah-masalah besar. Sebagai pegangan buku-buku ini tersusun secara
sistematik. Aristoteles tidak memiliki semangat keagamaan yang dipunyai
gurunya, melainkan ia seorang yang ahli dalam menyusun serta menjelaskan
hal-hal yang faktual.
Yang menjadi titik tolak metafisika,
Aristoteles ialah kecamannya terhadap ajaran idea Plato. Tetapi kecamannya
sekaligus hendak mempertahankan ide ungkapan yang umum serta hendak
mempertahankan pengutamaan yang umum. Namun yang benar-benar berada secara
kongkrit bukanlah yang umum, melainkan yang satu demi satu atau orang seorang :
bukannya manusia yang berada, melainkan manusia ini yang berada.
Inti pokok logika Aristoteles ialah
ajaran mengenai penalaran dan pembuktian. Baginya penalaran pertama berupa
silogisme, yang didalamnya berdasar dua buah tanggapan orang menyimpulkan
tanggapan ketiga. Untuk dapat secara lurus melakukan penyimpulan ini, perlu
diketahui mengenai hakekat tanggapan. Ada tanggapan yang mengukuhkan dan
tanggapan yang mengingkari : ada tanggapan singular, artikular dan umum.
Yang amat penting ialah ajaran
Aristoteles mengenai nyawa, terutama dalam hal ini dapat di ikuti secara jelas
perkembangan ajarannya yang bertolak dari pendirian plato sampai pada
pendiriannya sendiri. Berangkat dari dualism ajaran Plato, melalui ajaran
mekanisme yang dianutnya sementara, Aristoteles tiba pada kenyataan adanya
persatuan hakiki antara nyawa dan tubuh. Nyawa adalah bentuk tubuh, dan
karenanya bersama dengan tubuh merupakan satu kesatuan tak terceraikan manakala
nyawa sebagai asas hidup bersifat fana maka Aristoteles berkeyakinan mengenai
keabadian jiwa manusia. Mengenai hubungan nyawa dengan jiwa, Aristoteles tak
dapat memberikan penjelasan.
Etika adalah seni untuk mencapai
kebaikan. Kebaikan merupakan tujuan yang hendak dicapai setiap benda, yang
diupayakan dengan perbuatan. Apakah sesuatu yang dipunyai manusia, yang
memperbedakannya dengan benda-benda yang lain? Itulah akalnya. Karena perbuatan
susila yang dilakukan manusia mencapai titik puncaknya pada pemikiran yang
murni. Inipula sekaligus terletak kebahagiaan tertinggi manusia, yang dengan
sendirinya diupayakan oleh manusia, meskipun ia dapat keliru pendapatnya
mengenai sifat yang dipunyai oleh kebahagiaan. Namun titik puncak ini hanya
dapat dicapai oleh para dewa: manusia yang hidup dipermukaan bumi hanya dapat
berusaha untuk mendekatinya dengan cara jalan menertipkan usaha-usaha nya yang
bermaksud mencapai tujuan. Dalam filsafat masyarakatnya Aristoteles lebih individualistrik
serta realistic dibanding Plato. Ia menolak setiap bentuk komunisme: manusia
ada tidak untuk Negara, melaikan Negara ada untuk manusia.
ABAD PERTENGAHAN
Zaman pertengahan merupakan suatu
kurun waktu yang ada hubungannya dengan sejarah bangsa-bangsa di benua Eropa .
pengetahuan umum tentang zaman pertengahan yang berkaitan dengan perkembangan
pengetahuan ialah suatu periode panjang yang dimulai dari jatuhnya kekaisaran Romawi
Barat tahun 476 M hingga timbulnya Renaissancedi
Italia.
Zaman pertengahan (Middle Age) ditandai dengan pengaruh
yang cukup besar dari agama Katolik terhadap kekaisaran dan perkembangan
kebudayaan pada saat itu. Pada umumnya orang Romawi sibuk dengan masalah
keagamaan tanpa memperhatikan masalah duniawi dan ilmu pengetahuan. Pada masa
itu yang tampil dalam lapangan ilmu pengetahuan adalah para teolog. Para
ilmuwan pada masa ini hampir semua adalah para teolog sehingga aktivitas ilmiah
terkait dengan aktivitas keagamaan. Dengan kata lain, kegiatan ilmiah diarahkan
untuk mendukung kebenaran agama. Semboyan yang berlaku bagi ilmu pada masa ini
adalah ancillatheologiae, abdi agama.
Oleh karena itu sejak jatuhnya kekaisaran Romawi Barat hingga kira-kira abad
ke-10, di Eropa tidak ada kegiatan dalam bidang ilmu pengetahuan yang
spektakuler yang dapat dikemukakan. Periode ini dikenal pula dengan sebutan
abad kegelapan.
Menjelang berakhirnya Abad
Pertengahan, ada beberapa kemajuan yang tampak dalam masyarakat yang berupa
penemuan-penemuan. Penemuan-penemuan tersebut antara lain pembaruan bajak yang
dapat mengurangi penggunaan energi petani. Kincir angin mulai digunakan untuk
menggiling jagung, ada pula kemajuan dan pembaruan dalam bidang perkapalan dan navigasi
perlayaran.
Berbeda dengan keadaan di Eropa yang
mengalami abad kegelapan, didunia islam pada masa yang sama justru mengalami
masa keeamasan ilmu pengetahuan dan teknologi. Peradaban dunia islam, terutama
pada zaman bani umayah telah menemukan suatu cara pengamatan astronomi pada
abad ke-7M, delapan abad sebelum Galileo Galilei dan Copernicus melakukannya.
Pada zaman keemasan kebudayaan islam juga dilakukan penerjemahan berbagai karya
Yunani, dan bahkan khalifah Al-Makmun telah mendirikan Rumah Kebijaksanaan
(House of Wisdom) pada abad ke-9M.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang pesat pada dunia islam tersebut dimungkinkan oleh adanya
pengamatan yang terus-menerus dan pencatatan yang teratur serta adanya dorongan
dan bantuan dari pihak para raja yang pemerintah. Dengan demikian untuk pertama
kalinya dalam sejarah, tiga faktor penting, yaitu politik, agama dan ilmu
pengetahuan, berada pada satutangan, aja atau sultan. Keadaan ini sangat
mengutungkan perkembangan ilmu pengetahuan lebih lanjut. Selama 600-700 tahun
lamanya kemajuan kebudayaan dan ilmu pengetahuan tetap ada pada bangsa-bangsa
yang beragama islam.
Menurut Slamet Iman Santoso (1997:64) sumbangan sarjana islam
dapat diklafikasikan dalam tiga hal, yaitu (1) menerjemahkan peningggalan
bangsa Yunani dan menyebarluaskannya sedemikian rupa, sehingga pengetahuan ini
menjadi dasar perkembangan dan kemajuan di dunia barat sampai sekarang, (2)
memperluas pengamatan dalam lapangan ilmu kedokteran, obat-obatan, astronomi,
ilmu kimia, ilmu bumi, dan ilmu tumbuh-tumbuhan, dan (3) menegaskan sistem
desimal dan dasar-dasar aljabar. Beberapa orang memberi sumbagan besar dalam
perkembangan pengetahuan dan teknologi didunia Islam antara lain Al Khawarizmi,
Omar Khayam, Jabir Ibnu Hayan, Al-Razi, Ali Ibnu Sina, Al-Idrisi dan Ibn
Khaldun.
Muhammad Ahmad Al-Khawarizmi menyusun
buku Aljabar pada tahun 825 M, yang menjadi buku standar beberapa abad lamanya
di Eropa, ia juga menulis buku tentang perhitungan biasa (aritbmetics). Buku
tersebut menjadizat pembuka jalan di Eropa untuk mempergunakan cara desimal,
yang menggantika penulisan dengan angka Romawi, Khawarizmi juga telah
memperkenalkan persamaan pangkat dua dalam aljabar.
Jabir Ibnu Hayan (720-800M) banyak
mengadakan eksperimen, antara lain tentang kristalisasi, melarutkan, sublimasi,
dan reduksi. Disamping mengadakan eksperimen, ia juga banyak menulis antara
lain tentang proses pembuatan baja, permurnian logam, memberi warna pada kain
dan kulit, cara membuat kain tahan air, cara pembuatan zat warna untuk rambut.
Ia juga menulis tentang pembuatan tinta, pembuatan gelas, cara memekatkan asam
cuka dengan cara distilasi. Mengenai unsur-unsur ia berpendapat bahwa logam
atau mineral itu sendiri atas dua unsur penting yakni raksa dan belerang dengan
berbagai macam susunan. Logam atau mineral berbeda karena susunan
unsur-unsurnya berbeda.
Dalam bidang kedokteran muncul nama-nama
terkenal seperti Abu Bakar Muhammad Ibnu Zakaria Al-Razi atau dinegara Barat
dikenal dengan sebutan Razes (850-923M) dan Ibn Sina atau Avicenna (980-1037M).
Razes sangat banyak menulis buku, di antaranya 100 buah buku tentang ilmu
pengetahuan alam termasuk alkimia, 11 buah buku tentang matematika dan
astronomi, dan lebih dari 45 buah buku tentang filsafat dan teologia. Salah
satu hasil karyanya tersebut adalah sebuah ensiklopedia kedokteran berjudul
Continens.
Sementara itu Ibn Sina juga menulis
buku-buku tentang kedokteran yang diberi nama Al-Qur’an. Buku ini menjadi buku
standar dalam ilmu kedokteran di Eropa samapai ± tahun 1650. Buku tersebut
ditulis dengan sangat sistematis dan teliti. Mungkin itulah sebabnya, buku
tersebut dapat bertahan sekian lamanya (santoso, 1997:63). Selain itu Abu’l
Qasim atau Abu’l Casis menulis sebuah ensiklopedi kedoteran, yang antara lain
menelaah ilmu bedah serta menunjukkan peralatan yang dipakai masa itu (±tahun
1013).
Ibn Rushd atau Averoes (1126-1198M)
seorang ahli kedokteran yang menerjemahkan dan mengometari karya-karya
Aristoteles. Dari tulisannya terbukti bawah Ibn Rushd mengikuti aliran evolusionisme,
yaitu aliran yang berkeyakinan bahwa semua yang ada didunia tidak tercipta
tiba-tiba dan dalam keadaan yang selesai, melaikan semuanya terjadi melalui
perkembangan, untuk akhirnyamenjelma dalam keadaan yang selesai.
Tokoh lain yang juga turut berjasa dalam
pengembangan ilmu pengetahuan di dunia islam, terutama dalam bidang geografi
adalah Al-Idrisi (1100-1166M). Ia telah membuat 70 peta dari daerah yang
dikenal pada masa itu untuk disanpaikan kepada Raja Roger II dari kerajaan
Sicilia.
Dalam khasanah pengetahuan sosial,
didunia Islam terhadap nama Ibn Khaldun (1332-1406M), yang memiliki nama
lengkap Abu Zaid Abdal-Rahman ibn Muhammad ibn Khaldun al-Hadrami. Ia merupakan
seorang ahli sejarah, politik, sosiologi, dan ekonomi. Ia sering dianggap sebagi
perintis ilmu sosial dan peletak dasar sosiologi. Hasil karyanya yang
termasyhur adalah sebuah buku berjudul Al-Muqaddimah. Dalam bukunya tersebut,
ia membahas tentang perkembangan masyarakat dan perubahan dalam masyarakat.
Sebagai penemu ilmu masyarakat dan perubahan dalam masyarakat. Sebagai penemu
ilmu masyarakat yang baru, Ibn Khaldun berusaha keras agar objektif dalam
memaparkan masyarakat ketimbang menemukan obat untuk menyembuhkan “penyakit”
masyarakat (Baali, 1989:191).
Dalam pandangan Ibn Khaldun, gejala
sosial mengikuti pola dan hukum tertentu, dan dengan sendirinya akan
menghasilkan akibat-akibat tertentu pula. Dikatakan bahwa hukum-hukum sosial
tidak hanya mengena pada perseorangan, tetapi pada semua orang. Hukum-hukum
sosial akan berlaku sama bagi masyarakat, meskipun terpisah ruang dan waktu.
Oleh karena itu hukum-hukum ini tidak dipengaruhi oleh seseorang. Seorang
pemimpin tidak dapat memperbaiki keadaan sosial, kalau tidak mendapat dukungan
dari masyarakat.
Sebagai peletak dasar sosiologi, Ibn
Khaldun mempergunakan banyak metode dan teori untuk menjelaskan faktor yang ada
dalam masyarakat. Misalnya, bangsa terjajah akan meniru bangsa yang menjajah,
karena merasa bahwa kemenangan disebabkan oleh keunggulan, baik teknik maupun
lembaganya, dan hal itu perlu ditiru supaya yang terjajah juga mendapatkan
kesuksesan.
Pokok pemikiran dari Ibn Khaldun
terletak pada ‘asabiyah atau solidaritas sosial yang menjadi kodrat manusia
yang tidak dapat hidup sendiri. Manusia ialah makhluk sosial, oleh karena itu diperlukan
suatu ikatan dalam bentuk negara. Solidaritas sosial ini amat kuat pada
masyarakat pengembara. Negara dapat terbentuk dan menjadi kuat atas dasar
solidaritas ini, tetapi setelah terbentuk berkuranglah ikatan solidaritas,
ikatan adanya kekuasaan yang harus dipatuhi. Dengan demikian tujuan dari
solidaritas adalah kekuasaan.
PERMULAAN ABAD MODERN
1.
RENAISSANCE
(14-15 Masehi)
Istilah Renaissance
berasal dari bahasa Perancis. Dalam bahasa Latin berarti “re + nasci”
berarti lahir kembali (rebirth). Istilah ini biasanya digunakan oleh
sejarawan untuk menunjuk berbagai periode kebangkitan intelektual, khususnya
yang terjadi di Eropa. Dan lebih khusus lagi di Italia, sepanjang abad ke-15
dan ke-16. Istilah ini mula-mula digunakan oleh seseorang sejarawan terkenal,
Michelet dan dikembangkan oleh J. Burckhardt (1860) untuk konsep sejarah yang
menunjuk kepada periode yang bersifat individualism, kebangkitan kebudayaan
antik, penemuan dunia dan manusia, sebagai periode yang dilawankan dengan
periode abad pertengahan (runes:270). Karya filsafat pada abad ini sering
disebut filsafat Renaissance (runes:271).(ahmad tafsir, 2010:124).
a. Leonardo
da Vinci (1452 – 1519)
Leonardo da Vinci adalah arsitek, musisi, penulis, pematung,
dan pelukis Renaisans Italia.Ia digambarkan sebagai arketipe ”manusia
renaisans” dan sebagai jenius universal yang diakui hingga saat ini. Leonardo
terkenal karena lukisannya yang piawai, seperti Jamuan Terakhir dan Mona
Lisa. Ia juga dikenal karena mendesain banyak ciptaan yang mengantisipasi
teknologi modern tetapi jarang dibuat semasa hidupnya, sebagai contoh
ide-idenya tentang tank dan mobil yang dituangkannya lewat gambar-gambar
dwiwarna. Selain itu,ia juga turut memajukan ilmu anatomi, astronomi,
dan teknik sipil bahkan juga kuliner.
b. Nicolaus Copernicus (1473-1543)
Ia dilahirkan di Torun, Polandia dan belajar di Universitas
Cracow. Walaupun ia tidak mengambil studi astronomi, namun ia mempunyai
koleksi buku-buku astronomi dan matematika. Ia sering disebut sebagai Founder
of Astronomy. Ia mengembangkan teori bahwa matahari adalah pusat jagad raya dan
Bumi mempunyai dua macam gerak, yaitu : perputaran sehari-hari pada
porosnya dan perputaran tahunan mengitari matahari. Teori itu disebut Heliocentric
menggeser teori Ptolemaic. Ini adalah perkembangan besar, tetapi yang
lebih penting adalah metode yang dipakai Copernicus, yaitu metode mencakup
penelitian terhadap benda-benda langit dan kalkulasi matematik dari pergerakan
benda-benda tersebut.
c.
Johannes Keppler
(1571-1630)
Seorang
ahli matematika yang melanjutkan penelitian Brahe tentang gerak benda-benda
angkasa. Menemukan tiga buah hukum, yaitu: Bahwa gerak benda angkasa ternyata
bukan bergerak mengikuti lintasan circle seperti yg dikemukakan oleh Brahe
namun gerak itu mengikuti lintasan elip (Orbit semua planet berbentuk elips).
Dalam waktu yang sama, maka garis penghubung antara planet dan matahari selalu
melintasi bidang yang luasnya sama. Dalam perhitungan matematik terbukti bahwa
bila jarak rata-rata dua planet A & B dengan matahari adalah X & Y,
sedangkan waktu untuk melintasi orbit masing-masing adalah P & Q maka P2:
Q2 = X2 : Y2
d. Galileo Galilei (1564-1642)
Galileo Galilei adalah salah seorang penemu terbesar
dibidang ilmu pengetahuan.
Ia
Menemukan bahwa sebuah peluru yang ditembakkan membuat suatu gerak parabola,
bukan gerak horizontal yang kemudian berubah menjadi gerak vertical. Ia
menerima pandangan bahwa matahari adalah pusat jagad raya. Dengan teleskopnya,
ia mengamati jagad raya dan menemukan bahwa bintang Bimasakti terdiri dari
bintang-bintang yang banyak sekali jumlahnya dan masing-masing berdiri sendiri.
Selain itu, ia juga berhasil mengamati bentuk Venus dan menemukan beberapa
satelit Jupiter.
e. Francis Bacon (1561-1626)
Francis Bacon adalah seorang filosof dan plitikus Inggris.
Ia belajar di Cambridge
University
dan kemudian menduduki jabatan penting dipemerintahan serta pernah terpilih
menjadi anggota parlemen. Ia adalah pendukung penggunaan Scientific Methods,
ia berpendapat bahwa pengakuan tentang pengetahuan pada zaman dahulu kebanyakan
salah, tetapi ia percaya bahwa orang dapat mengungkapkan kebenaran dengan Inductive
Methods, tetapi lebih dahulu harus membersihkan pikiran dari prasangka yang
ia namakan idols (arca). Bacon telah memberi kita pernyataan yang klasik
tentang kesalahan-kesalahan berpikir dalam Idols of the Mind. (ahmad
tafsir, 1990:162).
2.
AUFKLARUNG
Zaman Aufklarung
ini dikenal dengan “zaman pencerahan” atau “zaman fajar budi”, (dalam bahasa
inggris “Enlightenment” dan dalam bahasa jerman “Aufklarung”). Aufklarung
merupakan kelanjutan dari renaissance, kalau renaissance dipandang sebagai
peremajaan pikiran, maka aufklarung menjadi masa pendewasaannya. Dalam zaman
ini juga banyak muncul tokoh-tokoh filsuf, seperti di Inggris: J. Locke
(1632-1704), G.Berkeley (1684-1753) dan D. Hume (1711-1776), di Prancis: JJ.
Russeau (1712-1778).
Umumnya
tokoh-tokoh ini mendasarkan pengetahuannya pada pengalaman nyata, sehingga
mengarah kepada realisme yang naïf, yang mengakui kebenaran objektif atas dasar
pengalaman yang tanpa penelitian lebih lanjut. Tetapi kenyataan ini berubah
ketika filsuf Jerman, Immanuel Kant (1724-1804), muncul yang mencoba
menciptakan suatu sintesis dari rasionalisme dan empirisme, sehingga ia
dianggap sebagai filsuf terpenting zaman modern.
Keberagaman
pemikiran yang berkembang melahirkan berbagai pemahaman dan kepercayaan,
masing-masing mulai membentuknya menjadi semacam paradigma yang diakui dan
diterima oleh sebuah kelompok. Paradigma yang diakui inilah kemudian muncul dan
menjadi semacam sekte atau aliran-aliran dalam perkembangan filsafat Barat,
seperti yang akan diuraikan berikut ini. .
1. Rasionalisme
Nuansa
pemikiran yang berkembang dalam zaman Renaissance dan aufklarung membawa ciri
khas yang berbeda. Ini terlihat melalui dua aliran besar yang menjadi titik
tolak munculnya berbagai macam aliran lain dalam perkembangan pemikiran
filsafat selanjutnya. Dua aliran yang di maksud adalah “ rasionalisme” dan
“empirisme”, yang memperlihatkan kontradiksi yang sangat menyolok.
Secara
umum, Rasionalisme merupakan pendekatan filosofis yang menekankan akal budi
(rasio) sebagai sumber utama pengetahuan, mendahului atau unggul atas dan bebas
dari pengamatan indrawi. Hanya pengetahuan yang di peroleh melalui akal yang
memenuhi syarat yang di tuntut oleh sifat umum, juga oleh semua pengetahuan
ilmiah.
Hampir semua ahli pikir yang muncul pada zaman ini merupakan ahli matematika, seperti Descrates, Spinoza dan Leibniz. Mereka mencoba menyusun suatu sistem filsafat dengan manusia yang sedang berfikir.
Hampir semua ahli pikir yang muncul pada zaman ini merupakan ahli matematika, seperti Descrates, Spinoza dan Leibniz. Mereka mencoba menyusun suatu sistem filsafat dengan manusia yang sedang berfikir.
Akal budi (rasio) menurut pendapat
mereka merupakan alat terpenting bagi manusia untuk mengerti dunianya dan
mengatur hidupnya, namun demikian, tidaklah berarti gagasan baru yang
diperkenalkan renaissance berjalan mulus tanpa rintangan. Rasionalisme mendapat
tanggapan dari tokoh lain yang mencoba memperlihatkan unsur rasa(hati) benih
penting di bandingkan rasio.
2. Empirisme
Doktrin
empirisme adalah lawan dari rasonalisme yang menganggap bahwa sumber seluruh
pengetahuan harus di cari dalam pengalaman.Tokoh empirisme pada umumnya
memberikan tekanan lebih besar pada pengalaman di bandingkan dengan
filsuf-filsuf lain. Pengalaman indrawi menurut mereka adalah satu-satunya
sumber pengetahuan, bukan akal(rasio). Akal budi sendiri tidak dapat memberikan
pengetahuan kepada kita tentang realitas tanpa acuan pengalaman indrawi dan
panca indra kita. Informasi yang di peroleh indera merupakan fundamen semua
ilmu pengetahuan, sedang akal budi (rasio) mendapat tugas untuk mengolah
bahan-bahan yang di peroleh dari pengalaman, metode yang di terapakan adalah
metode induksi.
Aliran
empirisme mengakui langkah yang telah ditanamkan Francis Bacon (1561-1626),
yang memberi tekanan kepada pengalaman sebagai sumber pengenalan. Warisan ini
diterima dan dikembangkan oleh tokoh-tokoh terkemuka empirisme, seperti Thomas
Hobbes (1588-1679), John Locke (1632-1704) dan D.Hume (1711-1776).
Sasaran
filsafat menurut Thomas Hobbes adalah fakta-fakta yang diamati, tujuannya
mencari sebab-sebab, sedangkan alatnya adalah pengertian-pengertian yang
diungkapkan dalam kata-kata yang menggambarkan fakta-fakta itu. Di dalam
pengamatan disajikan fakta-fakta yang dikenal dalam bentuk
pengertian-pengertian yang ada dalam kesadaran kita. Sasaran ini diperoleh
melalui perantaraan pengertian tentang ruang, waktu, bilangan dan gerak yang
diamati pada benda-benda yang bergerak . Dapat dipahami bahwa tidak semua yang
diamati pada benda-benda itu bersifat nyata, yang benar-benar nyata adalah
gerak, sedang yang lainnya hanya nyata ada dalam perasaan si pengamat saja. Segala
yang ditentukan oleh hukum kausalitas (sebab-akibat), termasuk di dalamnya
kesadaran kita.
Epistimologi-empiris
Hobbes mengajarkan bahwa pengenalan atau pengetahuan diperoleh karena
pengalaman dan pengalaman merupakan awal segala pengetahuan. Segala jenis
pengetahuan diturunkan dari pengalaman, dan hanya pengalaman yang dapat memberi
jaminan akan sebuah kepastian .
Sementara itu, John Locke
(1632-1704), menerima keraguan sebagaimana diajarkan Descartes. Ia mencoba
menggantikannya dengan generalisasi yang berlandaskan pada pengalaman
(induksi). Locke menolak asal dari sumber pengetahuan, tetapi ia menerima
kepastian matematis dan cara penarikan metode induksi. Menurut John Locke, semua jenis
pengetahuan lahir dari pengalaman. Hal ini menghapus kesan filsafat Plato
tentang ide, sebab tidak ada ide diturunkan, juga tidak ada innatea idea
seperti yang dipahami Descartes, yang ada hanyalah persetujuan umum sebagai
sebuah argumen yang kuat. Sebagai sebuah konsekuensi yang hendak diperoleh John
Locke dalam sistem pemikirannya, ia berusaha mempertemukan empirisme dengan
rasionalisme.
Dengan
lapangan ilmu pengetahuan, Locke membedakan antara pengetahuan sensation
(lahiriah) dengan reflection (batiniah), keduanya saling berkaitan. Pengetahuan
lahiriah menghasilkan gejala-gejala psikis yang harus ditanggapi oleh
pengetahuan batiniah. Objek-objek tampil dalam kesadaran disebabkan oleh
pengalaman lahiriah yang telah diperoleh pengalaman batiniah, yang pada
akhirnya manusia dapat melahirkan gagasan-gagasan. Gagasan-gagasan ini oleh
Hobbes dijadikan sebagai sasaran utama bagi pengenalan .
Pengenalan
yang dimaksud adalah pengenalan terhadap ide-ide sebagai kesan yang dimiliki
oleh subjek yang mengenal. Gagasan-gagasan tunggal yang dimiliki dari
pengalaman batiniah olehnya dianggap objektif, sebab dikenal dalam kesadaran
sebagaimana adanya.
Akan tetapi Locke menganggap semua
gagasan tunggal dari pengalaman lahiriah adalah benar, sejauh gagasan itu
disebabkan oleh realitas yang ada di luar diri kita serta hadir dalam kesadaran.
Implikasi dari teori pengenalannya,
Locke dalam filsafat etikanya menolak adanya pengertian kesusilaan (seperti
perintah tuhan yang harus ditaati supaya tidak dinilai sebagai pendosa) sebagai
bawaan tabiat manusia. Baginya, kebebasan kehendak adalah hak asasi manusia
dalam menentukan apa yang akan dilakukan. Hal ini semata-mata karena pandanagan
dan pertimbangan rasional, bukan paksaan dari luar. Atas dasar ini pula Locke
menentang bentuk pemerintahan negara Absolut dan juga menentang kekuasaan negara
atas agama. Negara tidak boleh memeluk agama dan negara juga tidak berhak
memerintahkan atau meniadakan dogma-dogma. Tiap warga negara bebas dalam soal
keagamaan.
Terlihat bahwa Locke filsuf
teistis. Memang agama Kristen merupakan agama yang paling masuk akal dibanding
dengan agama-agama lain, karena dogma-dogma hakiki agama dapat dibuktikan
dengan akal bahkan pengertian tentang Tuhan disusun melalui
pembuktian-pembuktian, yang berpangkal pada eksistensi manusia sebagai makhluk
yang berakal, bukan pada pembuktian adanya Tuhan.
Tokoh lain adalah D. Hume
(1711-1776), seorang empiris yang konsisten. Dalam karya terbesarnya, Hume
memperkenalkan metode eksperimental sebagai dasar menuju subjek-subjek moral
dengan mengupas panjang lebar mengena emosi manusia dan prinsip-prinsip moral.
Apabila merujuk kepada era
perkembangan filsafat, tokoh rasionalisme seperti Descartews dan John Locke
dapat tergolong filsuf abad 17 yang dikenal dengan zaman barok (renaissance),
sedang D. Hume termasuk filsuf abad 18 yang dikenal dengan Zaman Fajar Budi
(aufklarung).
3. Kantianisme.
Sejarah
filsafat adalah sejarah pertarungan akal dan hati (iman) dalam berebut dominasi
dan mengendalikan jalan hidup manusia. Kadang-kadang akal yang menang, tetapi
di waktu lain iman yang menang mutlak dan keduanya membahayakan hidup manusia.
Sebenarnya yang menguntungkan hidup manusia adalah apabila akal dan iman
mendominasi hidup manusia secara seimbang. Terdapat sekurang-kurangnya tiga
filosof besar dalam masalah ini yaitu: Sokrates yang berhasil menghentikan
pemikiran sufisme dan menundukkan akal dan iman pada posisinya. Descrates yang
berhasil menghentikan dominasi iman (kristen) dan menghargai kembali akal. Kant
yang berhasil menghentikan sufisme modern untuk untuk menundukkan kembali akal
dan iman pada kedudukan masing- masing. Dalam kerangka inilah agaknya Kant
mendapat tempat yang lebih lumayan dalam sejarah filsafat. Nama lengkapnya
Immanuel Kant (1724-1804) adalah salah seorang kritikus dan pemikir besar di
Barat. Dia dengan gigih berupaya mendamaikan pertentangan yang terjadi antara
rasionalisme daengan empirisme. Kalau di timur al-Ghazali dikenal sebagai tokoh
yang sebanding dengannya, yang mampu menghapus kekacauan dalam agama disebabkan
kerancuan pemahaman mengenai filsafat.
Kant
mencoba merumuskan kebenaran ilmu pengetahuan melalui dua paham yang
bertentangan, yakni rasionalisme dan empirisme. Ia berpendapat bahwa
pengetahuan adalah hasil kerjasama dua unsur, yakni pengalaman dan kearifan
akal budi. Pengalaman indrawi adalah adalah unsur a posteriori (yang datang
kemudian), sedangkan akal budi merupakan unsur a priori (yang datang lebih
dulu)
Kedua
aliran bersebrangan ini hanya mengakui salah satu unsur saja sebagai sumber
pengetahuan, sehingga menjadi tidak seimbang. Ketidakseimbangan ini
diselesaikan Kant dengan membedakan kebenaran menjadi 3 macam, kebenaran akal
budi, kebenaran rasio dan kebenaran inderawi .
Idealisme.
Idealisme mempunyai argumen epistimologi tersendiri.
Oleh karena itu tokoh-tokoh teisme yang mengajarkan bahwa materi tergantung
pada spirit (roh). Argumen yang diajukan bahwa objek-objek fisik pada akhirnya
adalah ciptaan Tuhan. Argumen orang-orang idealis mengatakan bahwa objek-objek
fisik tidak dapat dipahami terlepas dari spirit .
Idealis secara umum berhubungan dengan rasionalisme.
Ini adalah madzhab epistimologi yang mengajarkan bahwa pengetahuan deduktif
dapat diperoleh manusia dengan akalnya. Lawan rasionalisme dalam epistimologi
ialah empirisme yang mengatakan bahwa pengetahuan bukan dari akal, melainkan
melalui pengalaman empiris.
Aliran idealisme ini diwakili oleh beberapa tokoh,
diantaranya J.G.Fitche (1762-1914), F.W.S.Schelling (1775-1854), dan F.Hegel
(1770-1031). J.G.Fitche lahir di Rilsaammenau, Jerman pada tahun 1762, Filsafat
Fitiche adalah filsafat pengetahuan yang sekarang dikenal dengan sebutan
epistimologi. Ia membedakan pengetahuan membedakan pengetahuan menjadi dua,
pengetahuan teoritis dan pengetahuan praktis.
Schelling lahir di Leonberg pada tahun 1775. Dia
belajar teologi protestan di Tubingen, ketika usia masih remaja ia sudah
menerbitkan berbagai tulisan-tulisan yang sangat penting. Schelling juga
menjadi guru besar untuk ilmu alam dan filsafat di Leipzing Jena . Corak
berfikir Schelling di masa akhir hidup sangat berbeda dengan masa mudanya.
Biasanya dibedakan 4 periode dalam pikiran Schelling, yaitu:Periode filsafat
alam, Periode sistem idealism, Periode sinkretisme dan Periode teosofi.
4. Positivisme.
Pada dasarnya positivisme bukanlah suatu aliran yang
berdiri sendiri. Ia hanya menempurnakan empirisme dan rasionalisme yang bekerja
sama. Artinya ia menyempurnakan metode ilmiah dengan memasukkan perlunya
eksperimen dan ukuran-ukurannya. Jadi pada dasarnya positivisme itu sama dengan
empirisme dan rasionalisme. Hanya bedanya empirisme menerima pengalaman
batiniah sedangkan positivisme membatasi pada pengalaman objektif saja
Pelopor utama positivisme adalah Auguste Comte
(1798-1857), seorang filsuf perancis yang besar pengaruhnya terhadap
perkembangan sains dan teknologi modern.
5. Pragmatisme.
Pragmatisme merupakan aliran yang inti filsafatnya
adalah pragmatik dan menentukan nilai pengetahuan berdasarkan kegunaan
praktisnya. Pragmatisme kritis terhadap spekulasi metafisik dalam meraih
kebenaran. Dalam pragmatisme, realitas objektif diidentikkan dengan pengalaman
dan pembagian pengetahuan ke dalam subjek dan objek hanya dilakukan di dalam
pengalaman. Tentang logika, aliran ini jatuh kepada irrasionalisme. Pragmatisme
juga menganggap hukum-hukum dan bentuk-bentuk logika seperti fiksi-fiksi yang
berguna.
William
James (1842-1910), salah satu yang populer dalam aliran ini, mengatakan di
dalam bukunya The Meaning of Truth, bahwa tidak ada kebenaran yang mutlak,
berlaku umum, yang bera yang kisifat tetap dan yang berdiri lepas dari akal
yang mengenal. Sebab pengalaman kita berjalan terus dan segala yang kita anggap
benar dalam perkembangan pengalaman itu senantiasa berubah, karena di dalam
praktek, apa yang kita anggap benar dapat dikoreksi oleh pengalaman berikutnya
.
6. Fenomenologi.
Ahli fenomenologi yang pertama dan penting adalah
Edmund Husserl (1859-1938) yang memulai karir filsafatnya dengan suatu buku
tentang dasar-dasar ilmu hitung, yang sekarang terutama terkenal dengan kritik
Frenge yang sangat kejam terhadapnya. Tulisan Hasserl yang paling menarik
perhatian adalah Logical Investigation (1900-1901). Idea for a Pure
Phenomenology (1913) dan Corestian Meditations (1929) .
Husserl dikenal dengan doktrin ajarannya tentang
“fenomenologi murni’’. Dalam menjelaskannya ia menggunakan “metode reduksi
fenomenologis’’. Ada prioritas ilmu fenomenologi di atas ilmu fisika dan
psikologi apapun. Fenomenologi merupakan bentuk mendasar dari ontologi. Hal ini
terlihat dari gaya fenomenologisnya Heidegger tentang doktrinnya Dasein. Hasil
dari analisis fenomenologi bahwa esensi Dasein terletak pada eksistensinnya.
Penjelasan Heiddeger tentang Dasein, yang mendahului penjelasannya tentang
segala yang ada, membawa kepada pembicaraannya tentang esistensi manusia,
sehingga Heiddeger lebih tepat di golongkan kedalam kelompok eksistensialisme.
7. Eksistensialisme
Eksistensialisme adalah aliran pemikiran yang
menekankan bahwa sesuatu itu ada. Berbeda dengan esensi, yang menekankan
keapaan sesuatu. Lebih jauh eksistensi adalah kesempurnaan. Dengan
kesempurnaan, sesuatu menjadi suatu eksisten. Eksisitensialisme merupakan
sebuah gerakan filosofis yang menentang esensialisme. Pusat pertahiannya adalah
situasi manusia. Segala gejala berpangkal pada eksisitensi dan pandangan mereka
relatif modern dalam filsafat meskipun benih-benihnya sudah ada dalam filsafat
Yunani dan Zaman Pertengahan.
AGAMA DAN FILSAFAT MULAI DIPISAHKAN
A. FILSAFAT
DIDASARI OLEH OLAH PIKIR:
1. Rasionalisme
adalah
paham yang mengatakan bahwa akal itulah alat pencari dan pengukur pengetahuan.
Pengetahuan dicari dengan akal, temuannya diukur dengan akal pula. Dicari
dengan akal ialah dicari dengan berfikir logis. Diukur dengan akal artinya
diuji apakah temuan itu logis atau tidak. Bila logis: benar, bila tidak: salah. Dengan akal itulah aturan untuk
mengatur manusia dan alam itu dibuat. Ini juga berarti bahwa kebenaran itu
bersumber pada akal.
2. Empirisme adalah
paham filsafat yang mengajarkan bahwa yang benar ialah yang logis dan ada bukti
empiris. Dengan empirisme aturan (untuk mengatur manusia dan alam) itu dibuat.
Empirisme juga memiliki kekurangan yaitu ia belum terukur. Empirisme hanya
sampai pada konsep-konsep yang umum. Seorang empirisme biasanya berpendirian,
kita dapat memperoleh pengetahuan melalui pengalaman. Pengetahuan diperoleh
dengan perantaraan indera.
3. Positivisme
adalah
mengajarkan bahwa kebenaran ialah yang logis, ada bukti empirisnya, yang
terukur. “Terukur” inilah sumbangan penting positivisme.Positivisme sudah dapat
disetujui untuk memulai upaya membuat aturan untuk mengatur
manusia dan mengatur alam. Positivisme adalah bahwa ilmu adalah
satu-satunya pengetahuan yang valid, dan fakta-fakta sajalah yang dapat menjadi
obyek pengetahuan.Dengan demikian, positivisme menolak keberadaan segala
kekuatan atau subyek dibelakang fakta, menolak segala penggunaan metoda diluar
yang digunakan untuk menelaah fakta.
4. Kritisisme
adalah
menolak paham salinan yang menyangkut penerapan dan pengetahuan berdasarkan
alasan-alasan.
5. Idealisme
adalah suatu pandangan dunia atau metafisik yang
mengatakan bahwa realitas dasar terdiri atas, atau sangat erat hubungannya
dengan ide, fikiran,atau jiwa.
B. TUMBUH
ILMU-ILMU CABANG(“MENINGGALKAN FILSAFAT”)
1.
Astronomi ialah cabang ilmu alam yang melibatkan pengamatan benda-benda langit (seperti
halnya bintang, planet, komet, nebula, gugus bintang, atau galaksi) serta fenomena-fenomena alam yang terjadi di luar atmosferBumi (misalnya radiasi latar belakang kosmik (radiasi CMB)). Ilmu ini secara pokok mempelajari berbagai sisi
dari benda-benda langit seperti asal usul, sifat fisika/kimia, meteorologi, dan gerak dan bagaimana pengetahuan akan benda-benda tersebut menjelaskan pembentukan dan
perkembangan alam semesta.
2.
Biologi
adalah kajian tentang kehidupan, dan organisme hidup, termasuk struktur,
fungsi, pertumbuhan, evolusi, persebaran, dan taksonominya. Ilmu biologi
modern sangat luas, dan eklektik, serta terdiri dari berbagai macam cabang, dan
subdisiplin.
3.
Matematika
adalah
ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran dan konsep-konsep yang
berhubungan satu dengan yang lainnya dengan jumlah yang banyak dan terbagi
kedalam tiga bidang, yaitu aljabar, analisis dan geometri.
4.
fisika
merupakan sebagai suatu teori yang menerangkan gejala-gejala alam sesederhana
mungkin dan berusaha menemukan hubungan antara kenyataan-kenyataannya.
Permasalahan dasar untuk memecahkan persoalannya ialah mengamati gejala-gejala
tersebut.
5. Sosiologi
adalah ilmu yang mempelajari tentang perilaku sosial antara individu dengan
individu, individu dengan kolompok, dan kelompok dengan kelompok. Manusia
sebagai makhluk sosial tidak pernah jauh dengan yang namaya hubungan sosial,
karena bagaimanapun hubungan tersebut memengaruhi perilaku orang-orang.
PENGERTIAN ILMU
1. Pengertian
ilmu dapat ditunjukkan pada kata’ilm(Arab), science ( inggris), watenschap (
belanda ), dan wissenschaf (jerman).
(imam syaf’I konsep olmu pengetahuan dalam al-Quran (Yogyakarta; uli press,
2000 hal,26)
2. R
. Harre menulis ilmu adalah kumpulan teori-teori yang sudah diuji coba yang
menjelaskan tentang pola-pola yang teratur atau pun tidak teratur di antara
fenomena yang dipelajari secara hati-hati. (R.Harre, The Philosopies of
Science, an Introductory Survey, (London: the Oxford University Press 1995) hal
62)
Pengetahuan yang dapat disepakati hingga menjadi suatu
“Ilmu” ,menurut Archie J.Bahm dapat diuji dengan enam komponen utama yang di
sebut dengan six kind of scince,yang meliputi
problems,attitude,method,activity,conclusions dan effecs.
(Archie J. Bahm, What’s
silence, hal. 1)
Seringkali
di artikan sebagai pengetahuan,tetapi tidak semua pengetahuan dapat di namakan
sebagai ilmu,melainkan pengetahuan yang di peroleh dengan cara-cara tertentu
berdasarkan kesepakatan para ilmuan.
(Dawam Raharjo, “ilmu,
Ensiklopedi al- Quran”, dalam Jurnal Ulumul Qur’an, No, 4. Vol. 1, Jakarta,
1990, hal. 56.)
Ilmu dapat di definisikan dengan
rangkaian aktivitas manusia yang rasional dan kognitif dengan berbagai metode
berupa aneka prosedur dan tata langkah sehingga menghasilkan kumpulan
pengetahuan yang sistematis mengenai gejala-gejala kealaman, kemasyarakatan
atau individu untuk tujuan mencapai kebenaran, memperoleh pemahaman, memberikan
penjelasan ataupun melakukan penerapan.
Liberty, Yogyakarta,
1991, hal.90
HAKEKAT
ILMU
1.
Ilmu Sebagai Aktifitas (Proses)
Ilmu secara nyata dan khas adalah suatu
aktivitas manusiawi, yakni perbuatan melakukan sesuatu yang dilakukan manusia.
Ilmu tidak hanya satu aktivitas tunggal saja, malainkan suatu rangkaian
aktivitas sehingga merupakan sebuah proses. Rangkaian aktivitas itu bersifat
rasional, kognitif, dan teleologis.
1. Rasional
Aktivitas
rasional berarti kegiatan yang mempergunakan kemampuan pikiran untuk menalar
yang berbeda dengan aktivitas berdasarkan perasaan dan naluri. Ilmu menampakkan
diri sebagai kegiatan penalaran logis dari pengamatan empiris.
Penalaran
merupakan suatu proses berpikir dalam menarik suatu kesimpulan yang berupa
pengetahuan. Manusia pada hakikatnya merupakan makhluk yang berpikir, merasa,
bersikap, dan bertindak. Sikap dan tindakannya bersumber pada pengetahuan yang
didapatkan lewat kegiatan merasa atau berpikir. Penalaran menghasilkan
pengetahuan yang dikaitkan dengan berpikir bukan dengan perasaan, meskipun
seperti itu dikatakan Pascal, hati pun mempunyai logika tersendiri. Meskipun
demikian patut kita sadari bahwa tidak semua kegiatan berpikir menyadarkan diri pada penalaran. Jadi penalaran merupakan kegiatan berpikir
yang mempunyai karakteristik tertentu dalam menemukan kebenaran.
Berpangkal pada
hasrat kognitif dan kebutuhan intelektualnya, manusia melakukan rangkaian
pemikiran dan kegiatan rasional dengan lingkungan atau masyarakat yang kemudian
melahirkan ilmu.
2. Kognitif
Pada dasarnya ilmu adalah sebuah proses
yang bersifat kognitif, proses mengetahui dan pengetahuan. Proses kognitif
(cognition) adalah suatu rangkaian aktvitas seperti pengenalan, penyerapan,
pengkonsepsian, dan penalaran (antara lain) yang dengannya manusia dapat
mengetahui dan memperoleh pengetahuan tentang suatu hal.
Menurut Piaget
menyatakan bahwa di dalam diri individu terjadi adaptasi terhadap lingkungan
dilakukan melalui dua proses yaitu asimilasi dan akomodasi.
a.
AsimilasiAsimilasi adalah proses kognitif dimana seseorang mengintegrasikan
persepsi, konsep ataupun pengalaman baru ke dalam skema atau pola yang sudah
ada dalam pikirannya; proses menambahkan informasi baru ke dalam skema yang
sudah ada. Proses ini bersifat subjektif, karena seseorang akan cenderung
memodifikasi pengalaman atau informasi yang diperolehnya agar bisa masuk ke
dalam skema yang sudah ada sebelumnya. Asimilasi dipandang sebagai suatu proses
kognitif yang menempatkan dan mengklasifikasikan kejadian atau rangsangan baru
dalam skema yang telah ada. Proses asimilasi ini berjalan terus. Asimilasi
tidak akan menyebabkan perubahan/pergantian skemata melainkan perkembangan
skemata. Asimilasi adalah salah satu proses individu dalam mengadaptasikan dan
mengorganisasikan diri dengan lingkungan baru pengertian orang itu berkembang.
Dalam contoh di atas, melihat burung kenari dan memberinya label “burung”
adalah contoh mengasimilasi binatang itu pada skema burung si anak.
b.
AkomodasiAkomodasi, dalam menghadapi rangsangan atau pengalaman baru seseorang
tidak dapat mengasimilasikan pengalaman yang baru dengan skemata yang telah
dipunyai. Pengalaman yang baru itu bisa jadi sama sekali tidak cocok dengan
skema yang telah ada. Dalam keadaan demikian orang akan mengadakan akomodasi.
Akomodasi terjadi untuk membentuk skema baru yang cocok dengan rangsangan yang
baru atau memodifikasi skema yang telah ada sehingga cocok dengan rangsangan
itu. Bagi Piaget adaptasi merupakan suatu kesetimbangan antara asimilasi dan
akomodasi. Bila dalam proses asimilasi seseorang tidak dapat mengadakan
adaptasi terhadap lingkungannya maka terjadilah ketidaksetimbangan
(disequilibrium). Akibat ketidaksetimbangan itu maka tercapailah akomodasi dan
struktur kognitif yang ada yang akan mengalami atau munculnya struktur yang
baru. Pertumbuhan intelektual ini merupakan proses terus menerus tentang keadaan
ketidaksetimbangan dan keadaan setimbang (disequilibrium-equilibrium). Tetapi
bila terjadi keseimbangan maka individu akan berada pada tingkat yang lebih
tinggi daripada sebelumnya.Akomodasi adalah bentuk penyesuaian lain yang melibatkan pengubahan atau
penggantian skema akibat adanya informasi baru yang tidak sesuai dengan skema
yang sudah ada. Dalam proses ini dapat pula terjadi pemunculan skema yang baru
sama sekali. Dalam contoh di atas, melihat burung unta dan mengubah skemanya
tentang burung sebelum memberinya label “burung” adalah contoh mengakomodasi
binatang itu pada skema burung pada fikiran si anak.Melalui kedua proses penyesuaian tersebut, sistem kognisi seseorang
berubah dan berkembang sehingga bisa meningkat dari satu tahap ke tahap di atasnya.
Proses penyesuaian tersebut dilakukan seorang individu karena ia ingin mencapai
keadaan equilibrium, yaitu berupa keadaan seimbang antara struktur kognisinya
dengan pengalamannya di lingkungan. Seseorang akan selalu berupaya agar keadaan
seimbang tersebut selalu tercapai dengan menggunakan kedua proses penyesuaian
di atas.Dengan demikian, kognitif seseorang berkembang bukan karena menerima
pengetahuan dari luar secara pasif tapi orang tersebut secara aktif
mengkonstruksi pengetahuannya.
3.
TeleologisIlmu selain merupakan sebuah proses yang bersifat rasional dan kognitif,
juga bercorak teleologis, yakni mengarah pada tujuan tertentu karena para
ilmuwan dalam melakukan aktivitas ilmiah mempunyai tujuan-tujuan yang ingin
dicapai. Ilmu melayani sesuatu tujuan tertentu yang diinginkan oleh setiap
ilmuwan. Dengan demikian, ilmu adalah aktivitas manusiawi yang bertujuan.
Tujuan ilmu itu dapat bermacam-macam sesuai dengan apa yang diharapkan oleh
masing-masing ilmuwan.Misalnya tujuan ilmu mencapai kebenaran, memperoleh pemahaman, memberikan
penjelasan, melakukan penerapan dengan melalui peramalan atau pengendalian.
2. Ilmu
Sebagai Metode Ilmiah (Prosedur)
Ilmu
sebagai metode ilmiah ( prosedur ) adalah ilmu merupakan kegiatan penelitian
yang menggunakan metode ilmiah. Metode ilmiah pada umumnya menyangkut empat hal
yaitu : pola prosedural, tata langkah, berbagai teknik dan aneka alat.
1.
Pola
Prosedural
a.
Pengamatan
Seorang ilmuwan yang baik akan
selalu melakukan pengamatan terhadap gejala dan kejadian sehari-hari yang
terjadi di sekitarnya. Tentu saja gejala dan kejadian yang menarik
perhatian peneliti itu adalah yang berhubungan dengan bidang kajiannya.
Pengertian observasi di sini adalah luas. Bisa saja pengamatan itu adalah
terhadap bacaan sumber pustaka yang sedang ada di hadapannya. Peneliti
mengamati dan mempelajari laporan-laporan penelitian yang dibuat oleh peneliti
sebelumnya.
b.
Pengukuran
Pengukuran
objek-objek yang berkaitan dengan objek penelitian. Hasil pengamatan dan
pengukuran biasanya akan ditabulasikan dalam bentuk tabel dan disajikan dalam
bentuk grafik ataupun diagram yang dibuat dengan menggunakan perhitungan
statistika.
c.
Deduksi/ Prediksi
Jika hipotesis
yang dibuat berguna, maka peneliti dapat segera membuat prediksi dari kejadian
yang diamatinya. Prediksi biasanya dibuat untuk meramalkan hasil akhir dari
sebuah eksperimen yang dilakukan oleh seorang peneliti. Hasil peramalan atau
pun prediksi yang dibuat bersifat statistik dan belum diketahui tingkat
kebenarannya.
d.
Analisis
Analisis
data adalah upaya atau cara untuk mengolah data menjadi informasi sehingga
karakteristik data tersebut bisa dipahami dan bermanfaat untuk solusi
permasalahan, tertutama masalah yang berkaitan dengan penelitian. Atau definisi
lain dari analisis data yaitu kegiatan yang dilakukan untuk menubah data hasil
dari penelitian menjadi informasi yang nantinya bisa dipergunakan dalam
mengambil kesimpulan.
e.
Percobaan
Suatu tindakan dan pengamatan yang dilakukan untuk
mengecek dan menyalahkan hipotesis atau mengenali hubungan sebab akibat antara
gejala.
f.
Survey
Merupakan pemeriksaan secara teliti tentang fakta atau fenomena perilaku
dan sosial terhadap subyek dalam jumlah besar.
g.
Induksi
Proses pengambilan
kesimpulan (atau pembentukan hipotesis) yang didasarkan pada satu atau dua fakta
atau bukti-bukti.
2.
Tata Langkah
a.
Menentukan
Masalah
Berpikir
ilmiah melalui metode ilmiah didahului dengan kesadaran akan adanya masalah.
Permasalahan ini kemudian harus dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya. Dengan
penggunaan kalimat tanya diharapkan akan memudahkan orang yang melakukan metode
ilmiah untuk mengumpulkan data yang dibutuhkannya, menganalisis data tersebut,
kemudian menyimpulkannya.Permusan masalah adalah sebuah keharusan. Bagaimana
mungkin memecahkan sebuah permasalahan dengan mencari jawabannya bila
masalahnya sendiri belum dirumuskan?
b.
Perumusan
Hipotesis (bilaperlu)
Hipotesis
adalah jawaban sementara dari rumusan masalah yang masih memerlukan pembuktian
berdasarkan data yang telah dianalisis. Dalam metode ilmiah dan proses berpikir
ilmiah, perumusan hipotesis sangat penting. Rumusan hipotesis yang jelas dapat
memabntu mengarahkan pada proses selanjutnya dalam metode ilmiah. Seringkali
pada saat melakukan penelitian, seorang peneliti merasa semua data sangat
penting. Oleh karena itu melalui rumusan hipotesis yang baik akan memudahkan
peneliti untuk mengumpulkan data yang benar-benar dibutuhkannya. Hal ini
dikarenakan berpikir ilmiah dilakukan hanya untuk menguji hipotesis yang telah
dirumuskan.
c.
Pengumpulan
Data
Pengumpulan
data merupakan tahapan yang agak berbeda dari tahapan-tahapan sebelumnya dalam
metode ilmiah. Pengumpulan data dilakukan di lapangan. Seorang peneliti yang
sedang menerapkan metode ilmiah perlu mengumpulkan data berdasarkan hipotesis
yang telah dirumuskannya. Pengumpulan data memiliki peran penting dalam metode
ilmiah, sebab berkaitan dengan pengujian hipotesis. Diterima atau ditolaknya
sebuah hipotesis akan bergantung pada data yang dikumpulkan.
d.
Penurunan
Kesimpulan
Rumusan
simpulan harus bersesuaian dengan masalah yang telah diajukan sebelumnya.
Kesimpulan atau simpulan ditulis dalam bentuk kalimat deklaratif secara singkat
tetapi jelas. Harus dihindarkan untuk menulis data-data yang tidak relevan
dengan masalah yang diajukan, walaupun dianggap cukup penting. Ini perlu
ditekankan karena banyak peneliti terkecoh dengan temuan yang dianggapnya
penting, walaupun pada hakikatnya tidak relevan dengan rumusan masalah yang
diajukannya.
e.
Pengujian
Hasil
Sudah
disebutkan sebelumnya bahwa hipotesis adalah jawaban sementaradari suatu
permasalahan yang telah diajukan. Berpikir ilmiah pada hakekatnya merupakan
sebuah proses pengujian hipotesis. Dalam kegiatan atau langkah menguji
hipotesis, peneliti tidak membenarkan atau menyalahkan hipotesis, namun
menerima atau menolak hipotesis tersebut. Karena itu, sebelum pengujian
hipotesis dilakukan, peneliti harus terlebih dahulu menetapkan taraf
signifikansinya. Semakin tinggi taraf signifikansi yang tetapkan maka akan
semakin tinggi pula derjat kepercayaan terhadap hasil suatu penelitian.Hal ini
dimaklumi karena taraf signifikansi berhubungan dengan ambang batas kesalahan
suatu pengujian hipotesis itu sendiri.
3.
Berbagai teknik
a. Daftar
pertanyaan
Sebelum melakukan penelitian harus
dirumuskan terlebih dahulu pertanyaan – pertanyaan yang akan dibahas dalam
penelitian tersebut.
b. Wawancara
Wawancara dilakukan untuk
mendapatkan jawaban dari sumber yang dapat dipercaya seperti seorang ahli.
c. Perhitungan
Setelah menyusun pertanyaan serta
mencari sumber jawaban dari wawancara ahli maka dapat diperkirakan jawaban –
jawaban dari masalah yang ada, naik melalui perhitungan maupun pembandingan.
d. Pemanasan
Sebelum melakukan penelitian harus
mencari sumber dari banyak buku – buku sehingga sudah memiliki bekal sebelum
melakukan penilitian tersebut.
4. Aneka
Alat
a. Timbangan
Timbangan digunakan untuk mengetahui berat
suatu benda yang akan diteliti.
b. Meteran
Untuk mengetahui panjang benda yang
diteliti.
c. Perapian
Untuk membantu proses pemanasan/pembakaran
dalam proses eksperimen.
d. Komputer
Untuk mengolah data yang diperoleh serta
sebagai sumber ilmiah yang lain.
3.
Ilmu Sebagai Pengetahuan Ilmiah (Produk)
|
Ilmu
sebagai Pengetahuan ilmiah
|
|
1. Segi Obyek Pengetahuan
|
|
2. SegiSifatPengetahuan
|
|
1. Obyek Material
2. Obyek Formal
|
|
1. 1. Empiris
2. 2. Sistematis
3. 3. Obyektif
4. 4. Analitis
5. 5. verivikatif
|
Ilmu sebagai pengetahuan
ilmiah (Produk)
Ilmu sebagai pengetahuan ilmiah (Produk) adalah
pengetahuan ilmiah yang kebenarannya dapat diuji secara ilmiah, yang mencakup
jenis-jenis sasaran, bentuk-bentuk pernyataan, ragam-ragam propinsi, ciri-ciri
pokok, pembagian secara sistematis.
Segi obyek pengetahuan terbagi menjadi 2 yaitu :
1.
Obyek
material adalah sasaran material suatu penyelidikan, pemikiran atau penelitian
ilmu, contohnya : objek material dari ssiologi adalah manusia,
2.
Obyek
formal adalah pendekatan-pendekatan secara cermat dan bertahap menurut segi
yang memiliki objek materi dan menurut kemampuan seseorang. Contoh: tingkah laku,kebutuhan dan cara memenuhinya.
Ilmu merupakan kumpulan pengetahuan sistematis
yang merupakan produk dari aktivitas penelitian dengan metode ilmiah/ sebagai
sistem pengetahuan, ilmu mempunyai obyek material dan obyek formal. Obyek material sering disebut pokok
soal (subject matter), sedangkan obyek formal dinamakan titik perhatian
(focus of interest) atau sikap pikiran (attitude of mind). Lebih
lazim, obyek formal dinamakan sudut pandang.
Ilmu sebagai pengetahuan atau
pengetahuan ilmiah menurut The Liang Gie mempunyai lima ciri pokok, yaitu:
1. Empiris,
pengetahuan itu diperoleh berdasarkan pengamatan dan percobaan.
2. Sistematis,
berbagai keterangan dan data yang tersusun sebagai kumpulan pengetahuan itu
mempunyai hubungan ketergantungan dan teratur.
3. Objektif,
ilmu berarti pengetahuan itu bebas dari prasangka perseorangan dan kesukaan
pribadi.
4. Analitis, pengetahuan ilmiah berusaha
membeda-bedakan pokok soalnya ke dalam bagian yang terperinci untuk memahami
berbagai sifat, hubungan, dan peranan dari bagian-bagian itu.
5. Verifikatif,
dapat diperiksa kebenarannya oleh siapa pun juga.
DIMENSI
ILMU
1. Cabang
ilmu
a. Dimensi
ekonomik
Dimensi ekonomi,
ilmu memiliki dimensi ekonomis, dalam arti, ilmu dilihat sebagai salah satu
faktor utama dalam mempertahankan dan mengembangkan produksi.
b. Dimensi
linguistik
Dimensi
linguistik, bahwa ilmu dipahami sebagai suatu bahasa buatan. Ilmu, dalam hal
ini, dilihat sebagai suatu konstruksi kebahasaan (a construction of language), dengan
seperangkat tanda dan hubungan-hubungan spesifik tertentu serta antara
obyek-obyek, dan dengan prakterk.
c. Dimensi
matematis
Dimensi matematis,
ilmu berdimensi matematis dalam hal menekankan segi-segi kuantitatif dan
proses-proses kuantifikasi dalam ilmu. Ilmu, dalam hal ini, mencakup penalaran
matematis dan analisis data atas fenomena alamiah.
d. Dimensi
politik
Dimensi politik,
bahwa ilmu memiliki dimensi kekuasaan (power) sebagaimana ditunjukkan oleh
Francis Bacon: knowledge is power. Ilmu, dalam hal ini cenderung dipahami
sebagai kekuatan dalam hal membangun dan menyelenggarakan pemerintahan atau
kekuasaan serta mempertahankannya.
e. Dimensi
psikologis
Dimensi
psikologis; bahwa ilmu bukanlah kumpulan keajaiban, melainkan suatu sikap
terhadap dunia dengan kreativitas kejiwaan yang penuh daya seni serta keindahan
yang tinggi.
f. Dimensi
sosiologi
Dimensi
sosiologis, bahwa ilmu, dalam hal ini, cenderung dipahami sebagai sebuah
lembaga sosial (social institution), mendorong aktivitas sosial (social
aktivity), serta membangun jaringan-jaringan yang menghimpun, menguji, serta
menyebarkan pengetahuan, dan menciptakan sebuah masyarakat ilmuwan.
2. Pengetahuan
reflektif – abstrak
a. Dimensi
filsafati
Dari sudut pandang filsafat maka
ilmu dapat dipandang misalnya sebagai pandangan dunia atau pandangan manusiawi
b. Dimensi
logis
Dimensi logic, bahwa ilmu konsistensi
proposisi-proposisi ilmu dalam membangun sebuah penalaran yang sehat dan lurus
guna mencapai kesimpulan-kesimpulan keilmuan yang bersifat valid dan obyektif. Melalui
itu, ilmu, secara formal, dapat diterima sebagai sebuah ilmu yang resmi, valid,
dan obyektif.
3. Aspek
realitas
a. Dimensi
kebudayaan
Dimensi kultur,
bahwa ilmu sebagai produk budaya manusia yang sekaligus ditempatkan menjadi
kekuatan budaya (cultural force) dalam membangun peradaban manusia dan dunia
sebagai pribadi dan dunia yang berbudaya.
b. Dimensi
sejarah
Dimensi sejarah,
ilmu, dalam hal ini, dipahami sebagai bagian dari perkembangan sejarah manusia
dan kebudayaan. Ilmu, karenanya, merupakan sebuah kekuatan sejarah yang sangat
besar peranannya bagi setiap generasi manusia di dalam periodenya
masing-masing. Ilmu sebagai kekuatan sejarah, selalu membangun eksistensi
sosial manusia dalam arahnya yang selalu baru.
c. Dimensi
kemanusiaan
Dimensi
kemanusiaan; ilmu adalah produk daya cipta, rasa, dan karsa manusia yang
bertautan langsung dengan nilai rasa (cita rasa) manusia dan kemanusiaan itu
sendiri. Manusia adalah obyek sekaligus subyek bagi ilmu itu sendiri, dan ilmu
selalu berorientasi pada manusia sebagai kausa ontologis (penyebab ada) bagi
ilmu itu sendiri. Manusia lah yang mengembangkan ilmu, tetapi sekaligus
mendapatkan keuntungan (benefit) dari ilmu itu sendiri.
d. Dimensi
rekreasi
Dimensi rekreatif,
bahwa ilmu memiliki dimensi permaianan yang dilombahkan dan dilakukan dengan
kegembiraan. Ilmu, dalam hal ini, dilihat sebagai suatu permainan yang
ditimbulkan oleh keingintahuan untuk menemukan alam semesta dan dirinya
sendiri, serta memperluas atau memperbesar kesadaran manusia akan dunia tempat
ia hidup dan berkarya.
e. Dimensi
sistem
Dimensi sistem;
ilmu, dalam hal ini, merupakan suatu kebulatan sistem yang terdiri dari
unsur-unsur yang berada dalam keadaan yang saling berinteraksi. Jadi, ilmu
dipahami sebagai pengetahuan sistematis yang memiliki ciri sistematis, sistim
penjelasan (a system of explanation), dan terpola atau terstruktur, serta
menjadi suatu sistim keyakinan tentang alam, kaidah-kaidah alam, kaidah-kaidah
pembilangan, serta hubungannya dengan manusia.
f. Dimensi
lainnya
PENGGOLONGAN PENGETAHUAN ILMIAH
A. Ragam
Pengetahuan Ilmiah dapat dibedakan/digolongkan menjadi 2 yaitu:
1. Ilmu
Teoritis
2. Ilmu
Praktis
3.
1.
Ilmu Teoristis
Yaitu terdiri atas kajian-kajian pendidikan ditinjau
dari nilai-nilai dan prinsip agama, filsafat, ilmu pengetahuan alam, ilmu
pengetahuan sosial, dan humaniora. Pendidikan teoristis ini mengkaji tentang
bidan keilmuannya secara luas (profesional) sampai hal-hal yang
sekecil-kecilnya (atomistik). Dalam ilmu mendidik teoritis para cerdik pandai
mengatur dan mensistemkandidalam pemikiran masalah yang tersusun sebagai pola
pemikiran masalah yang tersusun sebagai pola pemikiran pendidikan.
Manfaat Ilmu Teoritis
Penelitian ini bertitik tolak dengan meragukan suatu
teori tertentu. Adanya keraguan terhadap teori itu muncul apabila yang terlibat
tidak dapat lagi menjelaskan kejadian-kejadian aktual yang tengah dihadapi.
Dilakukannya pengujian atas teori tersebut bisa melalui penelitian secara
empiris serta hasilnya dapat menolak ataupun menukuhkan serta merevisi teori
yang berhubungan. Pada intinya ilmu teoris dilaksanakan berdasarkan teori yang
sudan ada untuk mempermudah jalannya pendidikan.
2.
Ilmu
Praktis
Pendidikan ini
mencakup ilmu pengetahuan normative dan finalistic.
-Ilmu pengetahuan normative berkaitan dengan kajian norma-norma sebagai
standaryang digunakan dalam pendidikan,
-Ilmu pengetahuan finalistik mengkaji hasil akhir pendidikan dalam bentuk
keluaran (output) maupun pengaruh (outcome) bagi peserta didik dalam
lingkungannya
Dalam ilmu pendidikan praktik termasuk pula pendidikan
terapan. Ilmu pendidikan terapan mengkaji aplikasi ilmu penddikan untuk
memenuhi kebutuhan tertentu. Dari penjelajsandiatas dapat disimpulkan bahwa
pendidikan sebagai ilmu praktis adalah suatu praktek pendidikan untuk
mendapatkan kemudahan dan kenyamanan dalam mencari pengetahuan.
Manfaat Ilmu Praktis
Sebagai masukkan yang membangun guna meningkatkan
kualitas lembaga penddikanyang ada, termasuk para pendidik yang ada di
dalamnya, dan penentu kebijakan dalam lembaga pendidikan, serta pemerintah
secara umum.
B. Jenis
Ilmu
1. Ilmu
Matematis
Pengertian Matematika dilihat dari asal
muasal bahasanya ternyata diambil dari bahasa Yunani. Matematika dalam bahasa
Yunani disebut dengan Mathematikos. Mathematikos memiliki arti ilmu pasti dalam
Bahasa Yunani. Dengan demikian, benarlah jika Matematika merupakan sesuatu ilmu
yang pasti.
Dalam Bahasa Belanda, Matematika disebut dengan Wiskunde. Wiskunde
dalam Bahasa Belanda memiliki arti Ilmu tentang Belajar. Berikut definisi dari
Matematika yang dikutip dari Kamus Besar
Bahasa Indonesia
“Matematika adalah ilmu
yang didalamnya adalah tentang bilangan. Segala sesuatu yang berubungan dengannya adalah yang
mencakup segala bentuk prosedur operasioal. Itu semua digunakan dalam
menyelesaikan masalah mengenai bilangan”.
Beberapa ahli lainnya juga ikut andil dalam mengartikan ilmu
Matematika.
Menurut Johnson dan Rising“Matematika adalah pola berpikir. Ini
merupakan suatu pembuktian yang logik dan pola mengorganisasikan, Matematika
adalah suatu bahasa dengan menggunakan istilah yang dapat didefinisikan secara
akurat, cermat, dan jelas.
Yansen Marpaung“Ilmu Matematika merupakan suatu ilmu yang dalam
perkembangannya serta penggunaannya dengan menganut metode deduksi”
Susilo“Ilmu Matematika bukanlah hanya sekedar kumpulan angka serta
berbagai rumus yang tidak ada hubungannya dalam kehidupan sehari-hari. Namun
sebaliknya, ilmu Matematika tumbuh dan berakar dari kehidupan sehari-hari”.
Dengan demikian, segala bentuk operasional seperti pertambahan,
pengurangan, perkalian, dan pembagian dipastikan dipelajari dalam Ilmu
Matematika.
Dari semua penjelasan tentang pengertian Matematika menurut
pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa Matematika merupakan suatu ilmu
yang pasti yang bisa digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Perlunya pemahaman
tentang Matematika dapat diaplikasikan dalam menjalani kehidupan sehari-hari
dengan cara yang lebih mudah.
Seseorang yang ahli dalam bidang Matematika disebut dengan
Matematikus atau disebut juga dengan Matematikawan. Sedangkan untuk sesuatu
yang sangat pasti dan sangat tepat biasanya disebut dengan Matematis.
2. Ilmu Fisis
Fisika (bahasa Yunani: φυσικός (fysikós),
"alamiah", dan φύσις (fýsis), "alam") adalah sains atau
ilmu alam yang mempelajari materi [1] beserta gerak dan perilakunya dalam
lingkup ruang dan waktu, bersamaan dengan konsep yang berkaitan seperti energi
dan gaya.[2] Salah satu ilmu sains paling dasar, tujuan utama fisika adalah
memahami bagaimana alam semesta berkerja.[a][3][4][5]
Fisika adalah salah satu disiplin akademik
paling tua, mungkin yang tertua melalui astronomi yang juga termasuk di
dalamnya.[6] Lebih dari dua milenia, fisika menjadi bagian dari Ilmu Alam
bersama dengan kimia, biologi, dan cabang tertentu matematika, namun ketika
munculnya revolusi ilmiah di abad ke-17, ilmu alam berkembang sebagai program
penelitian sendiri.[b] Fisika berpotongan dengan banyak area penelitian bidang
ilmu lain, seperti biofisika dan kimia kuantum, dan batasan fisiknya tidak
didefinisikan dengan jelas. Ilmu baru dalam fisika terkadang digunakan untuk
menjelaskan mekanisme dasar sains lainnya[3] serta membuka jalan area
penelitian lainnya seperti matematika dan filsafat.
Fisika juga menyumbangkan kontribusi yang
penting dalam pengembangan teknologi yang berkembang dari pemikiran teoretis.
Contohnya, pemahaman lebih lanjut mengenai elektromagnetisme atau fisika nuklir
mengarahkan langsung pada pengembangan produk baru yang secara dramatis
membentuk masyarakat modern, seperti televisi, komputer, peralatan rumah
tangga, dan senjata nuklir;[3] kemajuan termodinamika mengarah pada
pengembangan industrialisasi, dan kemajuan mekanika menginspirasi pengembangan
kalkulus.
3.
Ilmu
Biologis
Biologi merupakan ilmu alam yang
mempelajari tentang kehidupan, serta organisme hidup, termasuk didalamnya
berupa struktur, evolusi, persebaran, fungsi, pertumbuhan, serta taksonominya.
Ilmu biologi yang modern saat ini sangat luas, eklektik, dan terdiri atas
maca-macam cabang ilmu biologi, serta subdisiplin. Namun, meskipun ruang
lingkupnya luas, terdapat konsep umum yang mengatur semua penelitian tersebut,
sehingga dapat menyatukannya ke dalam 1 bidang.
Pengertian biologi pada umumnya mengakui tentang sel sebagai
satuan dasar dari kehidupan, gen sebagai satuan dasar dari pewarisan, serta
evolusi sebagai sebuah mekanisme yang dapat mendorong terciptanya spesies yang
baru. Selain itu, organisme juga diyakini bertahan dengan cara mengonsumsi
serta mengubah energi dengan meregulasi keadaan dalamnya supaya tetap stabil,
dan vital.
Pengertian biologi adalah salah satu ilmu yang sangat penting bagi
kehidupan. Hal ini karena biologi ialah suatu ilmu pengetahuan alam yang
mempelajari mengenai kehidupan dunia dari segala aspek, mempelajari tentang
makhluk hidup, lingkungan, ataupun interaksi antara makhluk hidup dengan
lingkungannya tersebut. Oleh sebab itu, tidak jarang juga banyak ditemukan
berbagai hal yang luar biasa yang disebut keajaiban pada saat biologi.
Pembelajaran biologi yang diterapkan di kehidupan saat ini adalah
hasil dari penelitian dari para ilmuan, serta hasilnya dapat dibuktikan dan tidak
melenceng dari fakta. Saat ini perkembangan ilmu biologi sudah didukung oleh
kemajuan teknologi yang telah banyak melahirkan berbagai cabang ilmu
pengetahuan yang lainnya.
Pengertian biologi adalah salah satu ilmu yang ikut menentukan
dalam kemajuan serta perkembangan pengetahuan dan teknologi, karena dengan
belajar tentang biologi dapat memiliki kemampuan untuk berpikir lebih logis,
sistematis, serta lebih kreatif dalam memecahkan suatu masalah.
4. Ilmu Psikologis
Psikologi berasal dari kata dalam bahasa
Yunani Psychology yang merupakan gabungan dan kata psyche dan logos. Psyche
berarti jiwa dan logos berarti ilmu. Secara harafiah psikologi diartikan
sebagal ilmu jiwa. Istilah psyche atau jiwa masih sulit didefinisikan karena
jiwa itu merupakan objek yang bersifat abstrak, sulit dilihat wujudnya,
meskipun tidak dapat dimungkiri keberadaannya. Dalam beberapa dasawarsa ini
istilah jiwa sudah jarang dipakai dan diganti dengan istilah psikis.
Pengertian Psikologi Menurut Beberapa Ahli
Ada banyak ahli yang mengemukakan pendapat tentang pengertian
psikologi, diantaranya:
Pengertian Psikologi menurut Ensiklopedi Nasional Indonesia Jilid
13 (1990), Psikologi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dan binatang
baik yang dapat dilihat secara langsung
maupun yang tidak dapat dilihat secara langsung.
Pengertian Psikologi menurut Dakir (1993), psikologi membahas
tingkah laku manusia dalam hubungannya dengan lingkungannya.
Pengertian Psikologi menurut Muhibbin Syah (2001), psikologi
adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku terbuka dan tertutup pada
manusia baik selaku individu maupun kelompok, dalam hubungannya dengan
lingkungan. Tingkah laku terbuka adalah tingkah laku yang bersifat psikomotor
yang meliputi perbuatan berbicara, duduk , berjalan dan lain sebgainya,
sedangkan tingkah laku tertutup meliputi berfikir, berkeyakinan, berperasaan
dan lain sebagainya.
Dari beberapa definisi tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa
pengertian psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku manusia,
baik sebagai individu maupun dalam hubungannya dengan lingkungannya. Tingkah
laku tersebut berupa tingkah laku yang tampak maupun tidak tampak, tingkah laku
yang disadari maupun yang tidak disadari.
5. Ilmu Sosial
Pengertian ilmu sosial diartikan sebagai
suatu ilmu yang berisi mengenai interaksi antara manusia dengan manusia secara
individu, manusia dengan manusia secara individu dan kelompok, manusia dengan
manusia secara sama sama berkelompok. Dengan adanya interaksi semacam ini
manusia satu dengan manusia lainnya pastilah akan saling berkomunikasi, saling
mengenal satu dengan lainnya, bisa jadi saling bergotong royong bahu membahu
saling tolong menolong satu dengan lainnya namun bisa jadi pula justru dengan
adanya interaksi tersebut terjadilah konflik karena adanya ketidakcocokan
antara manusia satu dengan lainnya tersebut. Akan tetapi pada dasarnya manusia
adalah makhluk sosial yang tidak dapat benar benar hidup seorang diri. Manusia
membutuhkan manusia lainnya untuk dapat hidup saling beriringan bersama sama.
Pengertian Ilmu Sosial Menurut Beberapa
Ahli
Pengertian
atau definisi dari ilmu sosial tidaklah hanya satu saja, ada beberapa versi
lainnya menurut beberapa ahli sosial yang datang dari berbagai penjuru dunia.
Yang pertama adalah seorang ahli sosial dari negeri seberang yang bernama Peter
Herman, ia mengatakan bahwa ilmu sosial merupakan pelajaran berharga mengenai
perbedaan namun tetap menjadi kesatuan. Yang berarti adalah manusia hidup di
muka bumi ini dikaruniai akal pikiran yang tentu berbeda beda dengan manusia
satu dan lainnya lagi. Akan tetapi pada prinsipnya adalah sama, semua manusia
adalah makhluk sosial yang membutuhkan manusia lain untuk saling berinteraksi
satu denga lainnya. Setiap manusia tidak ada yang bisa benar benar hidup seorang
diri, tanpa bantuan manusia lain untuk melangsungkan kehidupannya setiap hari.
Pengertian
ilmu sosial juga diberikan oleh ahli yang bernama Gross, menurut Gross ilmu
sosial merupakan ilmu yang mempelajari tentang manusia yang merupakan bagian
dari suatu anggota masyarakat, atau pada kelompok tertentu atau bahkan suatu
kelompok masyarakat yang ia bentuk sendiri. Dalam hal ini manusia tidak hanya
berinteraksi saja namun manusia juga akan mendapatkan pelajaran hidup seperti
konflik yang kecil hingga peperangan antar kelompok manusia. Hal ini sangat
lumrah terjadi mengingat setiap manusia tidak dikaruniai isi akal pikiran yang
sama satu dengan lainnya, pasti akan ada saja perbedaan yang terjadi.
Dari kedua pengertian ilmu sosial menurut
para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa ilmu sosial memang merupakan ilmu
yang mempelajari tentang manusia, baik kehidupan berinteraksi satu dengan
lainnya, kehidupan saling menguntungkan atau mutualisme, karena manusia tidak
dapat hidup sendiri. Akan tetapi dalam interaksi tersebut pastilah akan ada
konflik konflik yang terjadi baik antar manusia secara individu, manusia
individu dengan kelompok, ataupun antar manusia secara berkelompok. Meski
begitu pasti akan ada penyelesaian yang didapatkan dari hasil interaksi lagi nantinya.
6. Ilmu Linguistik
Bahasa adalah satu-satunya alat komunikasi
terbaik yang hanya dimiliki manusia. Maka orang yang profesinya berkenaan
dengan bahasa perlu mempelajari dan
memiliki pengetahuan tentang linguistik, karena linguistik akan memberi pemahaman
kepada kita mengenai hakikat dan seluk beluk bahasa.
Beberapa istilah awal yang harus dketahui :
Linguistik adalah ilmu tentang bahasa. Dan objek kajiannya adalah
bahasa.
Lingua adalah kata lain dari bahasa
Linguis adalah orang yang ahli dalam dalam ilmu linguistik atau
pakar linguistik
Perlu diperhatikan, bahwa bahasa Perancis mempunyai dua istilah
mengenai bahasa, yaitu langue dan langage. Langue adalah suatu bahasa tertentu,
seperti bahasa Inggris, bahasa Arab, bahasa Perancis, bahasa Jawa, dll. Sedangkan
langage adalah bahasa secara umum, seperti tampak dalam ucapan "manusia
memiliki bahasa sedangkan binatang tidak". Disamping istilah langue dan
langage masih ada istilah lain dalam bahasa Perancis yaitu parloe. Parloe
adalah wujud bahasa yang kongkret yang diucapkan anggota masyarakat dalam
kegiatan sehari-hari.
Ilmu linguistik sering juga disebut sebagai linguistik umum
(general linguistics) karena ilmu linguistik tidak hanya mengkaji satu bahasa
saja, seperti bahasa Jawa saja atau bahasa Indonesia saja, melainkan mengkaji
seluk-beluk bahasa pada umumnya.
Seperti pembahasan di atas bahwa linguistik adalah ilmu yang
menjadikan bahasa sebagai objek kajiannya, ternyata dalam dunia keilmuan, tidak
haknya linguistik yang menjadikan bahasa sebagai objek kajiannya ada pula
disiplin ilmu lain yg menggunakan bahasa sebagai objek kajiannya seperti ilmu
susastra, ilmu sosial, psikologi dan fisika. Namun walaupun ilmu tersebut
memiliki kajian objek yang sama yaitu bahasa, terdapat perbedaan pendekatan
ilmu-ilmu tersebut terhadap bahasa itu yaitu :
Ilmu susastra mendekati bahasa / memandang bahasa sebagai wadah
seni, sebagai sarana untuk mengungkapkan karya seni.
Ilmu sosial/sosiologi mendekatkan dan memandang bahasa sebagai
alat interaksi sosial di dalam masyarakat.
Ilmu psikologi mendekati dan memandang bahasa sebagai gejala
pelahiran kejiwaan.
Ilmu fisika mendekati dan memandang bahasa sebagai fenomena alam,
yani gelombang bunyi yang merambat dari mulut pembicara ke telinga pendengar
Bahasa adalah satu-satunya alat komunikasi terbaik yang hanya
dimiliki manusia. Maka orang yang profesinya berkenaan dengan bahasa perlu
mempelajari dan memiliki pengetahuan
tentang linguistik, karena linguistik akan memberi pemahaman kepada kita
mengenai hakikat dan seluk beluk bahasa.
Beberapa istilah awal yang harus dketahui :
Bahasa adalah satu-satunya alat komunikasi terbaik yang hanya
dimiliki manusia. Maka orang yang profesinya berkenaan dengan bahasa perlu
mempelajari dan memiliki pengetahuan
tentang linguistik, karena linguistik akan memberi pemahaman kepada kita
mengenai hakikat dan seluk beluk bahasa.
Beberapa istilah awal yang harus dketahui :
Linguistik adalah ilmu tentang bahasa. Dan objek kajiannya adalah
bahasa.
Lingua adalah kata lain dari bahasa
Linguis adalah orang yang ahli dalam dalam ilmu linguistik atau
pakar linguistik
Perlu diperhatikan, bahwa bahasa Perancis mempunyai dua istilah
mengenai bahasa, yaitu langue dan langage. Langue adalah suatu bahasa tertentu,
seperti bahasa Inggris, bahasa Arab, bahasa Perancis, bahasa Jawa, dll.
Sedangkan langage adalah bahasa secara umum, seperti tampak dalam ucapan
"manusia memiliki bahasa sedangkan binatang tidak". Disamping istilah
langue dan langage masih ada istilah lain dalam bahasa Perancis yaitu parloe.
Parloe adalah wujud bahasa yang kongkret yang diucapkan anggota masyarakat
dalam kegiatan sehari-hari.
7. Ilmu Interdipliner
Prentice (1990) menyatakan Ilmu Informasi
sebagai disiplin, dan khususnya memakai pendekatan interdispliner
(interdisciplinary approach). Dia menyatakan disiplin sebagai struktur, isi,
dan implikasi dari sekumpulan pengetahuan tertentu (body of knowledge). Dalam
perkembangan pesat saat ini, maka disiplin menjadi semakin kompleks.
Ada banyak disiplin yang berbeda-beda tetapi mungkin memiliki
titik-awal dan tujuan yang sama, dan mungkin hanya berbeda dalam cara
masing-masing memandang persoalan (subject matter) yang sama. Di dalam
masyarakat, sebuah disiplin akademik biasanya membentuk organisasi profesional
yang menerbitkan jurnal ilmiah, mengadakan konferensi, atau memberi penghargaan
kepada ilmuwan atau peneliti yang dianggap mumpuni. Selain memiliki organisasi,
sebuah disiplin juga biasanya memiliki “bahasa khusus” untuk memperlancar
komunikasi ilmiah antar ilmuwan, strategi kebenaran (truth strategies) yang
mempertegas perbedaan satu disiplin dari yang lainnnya., dan organisasi
pengetahuan.
Sebuah disiplin lahir dan tumbuh dengan berbagai cara, misalnya:
Pecahan dari disiplin yang sudah ada.
Berada di pinggiran dari sebuah disiplin, dan tidak lagi menjadi
pusat perhatian disiplin itu, lalu memisahkan diri menjadi disiplin khusus.
Gabungan dari berbagai disiplin karena ada kesamaan –> bisa
berbentuk disiplin baru atau interdisciplinary.
Kebutuhan untuk mengatasi persoalan penting yang khas.
Selain Ilmu Informasi, Prentice memberi beberapa contoh disiplin
baru. misalnya sosiologi pedesaan (rural sociology), arkeologi industri
(industrial archeology), kajian penduduk setempat (native studies), sejarah
ilmu pengetahuan, antropologi wanita , dan komunikasi ujaran (speech
communication). Di Indonesia kita juga memiliki kajian ketahanan nasional,
kajian lingkungan, dan kajian wanita.
Beberapa disiplin juga memperlihatkan fokus kepada upaya mengatasi
masalah-masalah spesifik melalui kerjasama berbagai ilmu, misalnya:
Kedokteran hewan menggabungkan pengetahuan yang didapat dari ilmu
tentang genetik, patologi, dan ilmu-ilmu dasar (basic sciences).
Kerja sosial menggabungkan pengetahuan yang didapat dari bidang
hukum, ilmu perilaku dan psikologi.
Perencanaan sosial menyempat dari kerja sosial dan menambahkan
bidang pengetahuan perencanaan regional (regional planning) ke dalamnya.
Kedokteran gigi menyempal dari kedokteran umum dan menambahkan
pengetahuan budaya, terutam aspek estetika ke dalamnya.
Terkadang penggabungan berbagai disiplin memperlihatkan berbagai
ciri yang berbeda, sehingga Prentice membedakan antara tiga hal, yaitu:
Interdisipliner (interdisciplinary) adalah interaksi intensif
antar satu atau lebih disiplin, baik yang langsung berhubungan maupun yang
tidak, melalui program-program pengajaran dan penelitian, dengan tujuan
melakukan integrasi konsep, metode, dan analisis.
Multidisipliner (multidisciplinay) adalah penggabungan beberapa
disiplin untuk bersama-sama mengatasi masalah tertentu.
Transdisipliner (transdisciplinarity) adalah upaya mengembangkan
sebuah teori atau aksioma baru dengan membangun kaitan dan keterhubungan antar
berbagai disiplin.
Sementara itu, menurut
Paisley (1990), Ilmu Informasi merupakan bagian dari sebuah konstelasi berbagai
disiplin dan wilayah penelitian interdisipliner yang punya fokus sama, yaitu
komunikasi manusiawi (human communication). Dia merujuk ke pendapat Fritz
Machlup dan Jesse Shera yang sama-sama menganggap bahwa disiplin informas
memperhatikan salah satu aspek dari sistem komunikasi yang menyeluruh (total
communication system). Tulisan Vannevar Bush – As We May Think, sering dianggap
sebagai “the manifesto of information science” walaupun Bush tidak menggunakan
kata informasi, melainkan komunikasi dan pengetahuan.
Dalam pandangan Paisley, di dunia barat dan di Amerika Serikat
muncul kecenderungan pihak teknologi dan rekayasa menggunakan istilah
‘informasi’ sementara pihak sosial-budaya menggunakan istilah ‘komunikasi’.
Berfiikir menuangkannya dalam tulisan dan ucapan
merupakan refleksi dari perilaku intelektual di isyaratkan agar dalam refleksi
tersebut menerapkan.
METODE ILMIAH
Menulis adalah
melahirkan batin, menulis adalah membatinkan lahir.
SEJARAH PERKEMBANGAN METODE ILMIAH
Jaman
sebelum masehi
Di
dalam buku kedokteran Mesir Kuno yakni the Edwin Smith papyrus, (kira +2 1600
SM) di sebutkan bahwa beberapa komponen dasarmetode ilmiah telah di lakukan
seperti pengujian (examination) diagnosis treatment dan prognosis terhadap
sebuah penyakit Papirus Edwin Smith adalah teks medis Mesir Kuno yang berisi
mengenai trauma bedah., Papirus Edwin Smith memiliki keunikan tersendiri bila
dibandingkan dengan papirus medis lain yang masih bertahan hingga kini. Papirus
Edwin Smith menunjukkan pendekatan rasional dan ilmiah terhadap pengobatan di
Mesir Kuno. ( Wilkins, Robert H. (1992) [Pertama kali terbit pada 1965].
Neurosurgical Classics (2nd ed.))
Di
Babilonia bagaimana termaksud dalam buku the Ebers papyrus (kira +2 1550 SM)
juga sudah terdapat upaya pembuktian secara empirik
YUNANI
KUNO (500 SM)
Metode
ilmiah adalah cara menerapkan prinsip-prinsip logis terhadap
penemuan,pengesahan dan penjelasan
tentang suatu kebenaran.Pada zaman dahulu metode penelitian menggunakan asas
coba-coba , pengalaman baik sendiri ataupun dari oranglain, dan naluri.
Sehingga
perkembangan penelitian terkesan berjalan lambat, apalagi teknologi ketika itu
masih belum dapat mendukung penelitian yang lebih lanjut.
Adapun
komponen metode ilmiah terdiri dari:
1. Cara
ilmiah : Kegiatan penelitian didasarkan ciri-ciri keilmuan yaitu,
- Rasional : Dilakukan dengan cara masuk akal sehingga terjangkau penalaran manusia
- Empiris : Dapat diamati oleh indera manusia sehingga orang lain dapat mengamati dan mengetahui cara yang digunakan
- Sistematis : Proses menggunakan langkah yang logis
2. Data
- Kualitatif : Data yang dinyatakan dalam bentuk kata, kalimat atau gambar
- Kuantitif : Data yang dinyatakan dalam bentuk angka atau data kualitatif yang diangkakan.
3. Tujuan
- Penemuan : Menemukan sesuatu yang sebelumnya belum pernah diketahui
- Pembuktian : Membuktian atau menghilangkan keraguan benar atau salahnya suatu informasi/pengetahuan tertentu
- Pengembangan : Memperdalam atau memperluas suatu pengetahuan yang sudah ada
4. Kegunaan
- Memahami masalah : Memperjelas suatu informasi yang tidak diketahui menjadi diketahui
- Memecahkan masalah : Menghilangkan/memperkecil masalah
- Mengantisipasi masalah : Mengupayakan agar masalah tidak terjadi
Pada metode
penelitian terdapat 2 metode, yaitu metode kualitatif dan metode kuantitatif.
Metode kualitatif mempunyai sifat :
Metode kualitatif mempunyai sifat :
- Tunggal, konkrit, dan teramati
- Independen terhadap hubungan yang diteliti dan peneliti
- Hubungan variabel yang causalitas
- Cenderung membuat generalisasi
- Cenderung terbebas dari nilai
Metode
Kuantitatif mempunyai sifat :
- Ganda, holistik dan dinamis
- Interaktif dan tidak dapat dipisahkan
- Hubungan variabel timbal balik
- Memiliki kemampuan mentransfer dalam ikatan konteks dan waktu
- Cenderung terikat nilai
Menurut Wright (2002: 181),
Geometri adalah ilmu yang mempelajari tentang sifat-sifat,
pengukuran-pengukuran, dan hubungan-hubungan titik, garis, bidang dan bangun
ruang. Sedangkan menurut Marhijanto (1999: 136), geometri adalah cabang
matematika yang mempelajari tentang ilmu ukur.
Berdasarkan pendapat tersebut,
dapat disimpulkan bahwa geometri adalah cabang ilmu matematika yang mempelajari
tentang sifat dan hubungan titik, garis, bidang dan bangun ruang serta
pengukurannya.
Geometri terdiri dari :
1.
Geometri
bidang yaitu mempelajari tentang garis, kurva, sudut, dan polygon dalam bidang.
2.
Geometri
bangun ruang yaitu mempelajari tentang kerucut, bola silinder, dan kurva
polihedra dalam ruang tiga dimensi
3.
Geometri
diferensial yaitu aplikasi kalkulus dalam geometri untuk mempelajari
sifat-sifat lokal dari kurva
4.
Geometri
deskriptif yaitu teknik matematika yang digunakan untuk mendeskripsikan
hubungan geometris dari permukaan tiga dimensi pada suatu permukaan bidang
5.
Geometri
analitik yaitu aplikasi metode aljabar pada geometri dimana garis-garis dan kurva-kurva
dinyatakan dalam persamaan aljabar.
Metode geometri ini adalah pembuatan pola dengan
pengukuran langsung pada kaki pemakai, jadi ukuran kaki digunakan sebagai dasar
dalam pembuatan sepatu.
Bagian-bagian yang diukur adalah :
1.
Ukuran panjang telapak kaki.
2.
Ukuran lingkar tumit.
3.
Ukuran lingkar gemur atau ball kaki.
4.
Tinggi hak yang diinginkan.
Macam-macam pola antara lain sebagai berikut :
1.
Pola Dasar
Pola
dasar berfungsi sebagai acuan dalam pembuatan pola jadi, perwujudan pola ini
berupa satu pola badan produk dengan dilengkapi infomasi-informasi pokok (tanda
selut, tanda jahit), aksesoris, dan sebagainya.
2.
Pola Jadi
Pembuatan
pola jadi harus berdasarkan pola dasar, pola ini berfungsi untuk proses
pemolaan diatas material (maping). Untuk orang Romawi kuno
dan Yunani pada masa itu alas kaki dijadikan gaya busana yang mennjukkan
kasta dalam lingkungan mereka, baxa atau biasa dikenal pada masa
sekarang sebagai sandal biasanya dipakai oleh kalangan bawah seperti pendeta,
filusuf dan masyarakat kebanyakan baxa biasanya terbuat dari daun palem yang
dianyam. Sedangkan sepatu atau pada masa itu biasa disebut calcius biasa
dipakai oleh kalangan atas untuk kegiatan mereka diluar rumah.
LANGKAH-LANGKAH
KINERJA KAJIAN
Proses
produk subjek : Ilmu yang mempelajari
tentang jaringan
Hubungan antar
manusia dalam masyarakat
Tradisi
(Paradigma) :
1. Tradisi
fenomenologi:tradisi ini melihat komunikasi dari pengalaman orang lain
2. Tradisi
psikologi sosial:tradisi ini melihat bahwa komunikasi itu sebagai sebuah bentuk
ekspresi yang kolektif
3. Tradisi
sociocultural:tradisi ini mirip dengan tradisi psikologi sosial yang
mempercayai bahwa proses komunikasi terjadi dalam jalinan interaksi
4. Tradisi
kritik:dalam tradisi ini mengkaji bahwa proses komunikasi tidak selalu equal
atau seimbang
Konsensus
(kolega)
Sebuah frasa untuk menghasilkan atau
menjadikan sebuah kesepakatan yang telah disetujui secara bersama-sama antar
kelompok atau individu setelah adanya perdebatan dan penelitian yang dilakukan
dalam kolektif inteljen untuk mendapatkan konsensus pengambilan keputusan
Tujuan :
1. Memberi
bagi masyarakat
2. Tidak
terperangkap ke dalam sikap organisasi intelektual
3. Sikap
keterbukaan
4. Saling
menyapa dan mengarahkan seluruh potensi keilmuan yang dimilikinya untuk
kepentingan bersama
Perumusan
Masalah Metode :
1. Cara
kerja yang pasti
2. Controluerbaar
3. Dipertanggung
jawabkan secara akurat
Objek
(pokok masalah sosial)
Ø Objek
formal:objek ini menekankan kepada manusia sebagai makhluk sosial/masyarakat
Ø Objek
agama:objek ini dapat menjadi pemicu dalam hubungan sosial kemasyarakatan serta
banyak dampak yang mempengaruhi kesatuan manusia sendiri
Ø Objek
material:objek materi ini meliputi kehidupan sosial,gejala-gejala,dan proses
hubungan antar manusia yang mempengaruhi hubungan kesatuan manusia sendiri
Ø Objek
budaya:merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hubungan antar satu
individu yang lain
Teori
:
Ø Dengan
rumusan
Ø Konsisten
Ø Akurat
SUMBER
Achmadi, A.
2010. Filsafat Umum. Jakarta : PT.
Rajagrafindo Persada
Gie, The Liang. 2000. Pengantar Filsafat ilmu. Yogyakarta:
Liberti Yogyakarta,
S.Praja.Juhaya. 2005. Aliran-aliran filsafat dan
etika.Jakarta : Prenada Media
Akhmadi,Asmoro.2003. Filsafat Umum. Jakarta :
RajaGrafindo Persada
Hadiwijono,Harun. 1993. Sari Sejarah Filsafat
Barat 2. Yogyakarta : Kanisius
Delfgaauw, Bernard. 1992. Sejarah Singkat Filsafat Barat. Yogyakarta : PT. Tiara Wacana Yogya
Tafsir, Ahmad. 2013. Filsafat Umum. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya
Comments
Post a Comment