Kisah Telaga sarangan magetan



Legenda Telaga Pasir (Sarangan )
Pada zaman dahulu di suatu tempat di daerah kaki gunung lawu daerh magetan jawa timur hiduplah pasngan suami istri yang bernama kyai pasir dan nyai pasir.
Latar belakang / setting di hutan gunung lawu di sebuah gubuk yang terbuat dari kayu dan beratapkan dedaunan, dinding gubuk terbuat dari kulit kayu yang diikatkan pada sebuah tiang kayu dengan menggunakkan rotan. Dinding – dinding kayu itu diberi sedikit celah sebagai ventilasi sehingga udara segar dapat keluar masuk ke dalam gubuk.
Kyai Pasir  : Bu, saya berangkat dulu ke ladang.
Nyai Pasir : Iya, Hati – hati pak nanti jangan lupa pulang buat makan siang.
Kyai Pasir : Kyai pasir pergi dengan membawa kapak di pundak dan melihat lihat daerah yang akan dijadikan ladang baru.
                “ Sepertinya ini cocok untuk saya buat ladang ya sudah akan saya tebang dan pohon         ini”
                (pada saat menebang pohon menemukkan sebuah telur yang besar sekali)
“ Haaa... telur binatang apa ini tidak mungkin kalau telur ayam  lagian tidak ada  ayam di daerah ini. Lebih baik saya bawa pulang saja lumayan untuk makan siang.
(pulang ke rumah dengan membawa telur tadi dengan penuh semangat)
                “Assalamualaikum Bu, bapak pulang”
Nyai Pasir : “Walaikum sallam pak, udah pulang ya ini ibu sudah siapin makanan ayo pak kita  makan siang bareng.
Kyai Pasir  : “Bu, aku mau makan siang pake ini “(dengan memberikan sebuah telur yang besar)
Nyai Pasir : “Ini telur apa pak kok besar banget “ (Dengan muka heran dan kaget bertanya kepada ke Kyai Pasir)
Kyai Pasir : “Ini telur tadi saya temukan di dekat pohon besar, udah sana masak saja aku pengen makan telur ini jangan terlalu banyak nanya”
                (Menaruh kapak dan kemudian rebahan karena kecapekan)
Nyai Pasir : “ iya pak saya masak dulu “
                (pergi ke dapur dengan membawa telur tersebut dan menyalakan tungku kayu untuk memasak telur tersebut)
Kyai Pasir : “Masih lama ya telurnya matang”
Nyai Pasir : “Ini pak sudah matang, ayo kita segera makan siang”
                ( membawa telur yang sudah matang dan membaginya menjadi 2)
Kyai Pasir : “bapak makan duluan ya bu, sepertinya ini telur sangat lezat “
                (Dengan penuh semangat memakan telur tersebut)
Nyai Pasir : “Rasa telur ini benar – benar lezat pak “
                (sangat menikmati makan telur)
Kyai Pasir : “Bu saya merasa kenyang sekali dan telur ini rasaanya beda dari telur pada umumnya. Ya sudah saya berangkat ke ladang lagi ya bu”
Nyai Pasir : “iya pak berangkat hati – hati jangan lupa kapaknya dibawa”
                (Pergi ke dapur dengan membawa piring dan membereskan tempat makan)
Kyai Pasir : ”Iya bu pasti, tapi sepertinya nanti bapak pulang agak sore ya mau segera menyelesaikan membuat ladang baru”
                ( Pergi ke ladang dengan perasaan bahagia karena perut kenyang dan rasa lezat yang masih tebayangkan serta melanjutkan menebang pohon, beberapa saat setelah menebang beberapa pohon badan kyai pasir sakit dan susah di gerakkan)
                “Kenapa dengan tubuhku kenapa rasanya begitu sakit”
                (Merasakan sakit yang luar biasa dan kemudian jatuh ke tanah kemudian guling – guling di badan tumbuhlah sisik serta  mulut moncong ke depan dan jadilah seekor naga jantan)
Nyai Pasir : “ Kenapa badanku rasanya sakit ya ada apa dengan tubuhku, lebih baik aku pergi ke ladang menyusul bapak”
                (Nyai pasir sampai di ladang dan kaget karena melihat perubahan yang terjadi pada suaminya menjadi seekor naga, karena tidak kuat juga akhirnya Nyai pasir jatuh ke tanah kemudian guling – guling di badan tumbuhlah sisik serta  mulut moncong ke depan dan jadilah seekor naga betina).
Kemudian keduanya berguling – guling tanpa mereka sadari, mereka membentuk sebuah cekungan.Namun, lama – kelamaan cekungan tersebut semakin luas dan dalam. Tiba – tiba, muncullah semburan air yang amat deras keluar dari cekungan tanah itu. Dalam waktu sekejap saja, cekungan itu sudah penuh dengan air dan ladang kyai pasir berubah menjadi kolam besar. Kemudian muncul sebuah semburan air yang deras dari dasar cekungn, dan akhirny menjadi sebuah telaga, oleh masyarakat setempat telaga itu dinamakan telaga pasir yaitu diambil dari nama kyai pasir dan nyai pasir, namun karena lokasinya di sebuah kelurahan sarangan telaga ini disebut telaga sarangan. Pulau yang ada di tengah telaga diyakini sebagai tempat bersemayamnya roh leluhur pencipta telaga sarangan, yaitu kyai pasir dan nyai pasir.
        Dengan luas 3.265 m2 di kaki gunung lawu kecamatan Plaosan kabupaten magetan. Keindahan alam telaga pasir sarangan dan pegunungan nan elok menjadikan objek wisata yang dapat menarik wisatawan sehingga mampu menggerakkan roda perekonomian masyarakat kabupaten magetan. Di sekitaran telaga sarangan banyak penjual sate kelinci, dan juga kios – kios yang menjual hasil home industri setempat yang mampu memproduksi kerajinan – kerajinan souvenir seperti kerajinan kulit, kerajinan sepatu kulit, anyaman bambu dan produk makanan seperti emping mlinjo dan lempeng.
       

Asal usul magetan ini mempunyai makna yang dapat kita tangkap jika kita tidak boleh mengambil barang yang bukan milik kita (dalam cerita ini sebuah telur) karena akan ada akibat jika kita mengambil barang apa yang bukan menjadi hak kita. Selalu berlaku jujurlah apalagi jika kita terapkan di anak sd soal bab kejujuran.

Comments

Popular posts from this blog

Lagu Sayang dan makna bahasa jawa

Teaching Writing

Evaluasi pembelajaran dalam literasi