Filsafat ilmu



Filsafat Ilmu
Filsafat ilmu adalah sekumpulan pengetahuan yang pdat dan proses mengetahui. Filsafat ilmu mengajarkan untuk berfikir kritis, menyeluruh dan komperehensif. Ilmu bersifat obyektif (bebas nilai) sedangkan nilai bersifat Subyektif (terikat oleh nilai) tetapi dalam penggunaanya, ilmu harus memiliki aksiologi ilmu.Filsafat ilmu diawli oleh yunani kuno abad 16SM. Pada awalnya filsafat = Mitologi. Gerakan demitologi oleh trio filsuf : Sokratos – plato – Aristoles(3SM) Tentang berfikir secara rasional terhadap yang da dan yang mungkin ada. Filsafat yunani kuno yang semuala didaasari MITOS – LOGOS. Perkembangan ilmu di dunia barat berakar dari tradisi yunani berlandaskan Logos, Ethos, dan Pathos.
Logos = membimbing ilmuwan yang lebih mendasarkan kepada pemikiran rasional, nalar
Ethos   = membimbing ilmuwan pentingnya rambu normatif sebagai kunci relasi produk dengan masyarakat.
Pathos = menyangkut ususr rasa dalam diri improvisasi bagi pegembangan ilmu pengetahuan.
A.    Definisi Filsafat menurut beberapa para ahli :
1.      Filsof Pra Sochates filsafat adalah ilmu yang untuk memahami hakikat alam dan realitas yang ada dengan mengandalkan akal budi.
2.      Plato, Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berusaha menemukan kebenaran yang asli dan murni
3.      Aristoles, Filsafat adalah ilmu yang berupaya mencari prinsip – prinsip dan penyebab dari realitas yang ada ( being as being ataupun being as such)
4.      Rene Descrates, Filsafat adalah himpunan dari segala pengetahuan yang pangkalnya adalah mengenal tuhan, alam dan manusia.
5.      Filsafat jawa tradisional, Filsafat adalah Weruh sakdurunge winarah, wicak sangkan sak durunge dumadi, tanggaoung sasmito, mumpuni ing sakabehing tek kliwerang jagad ngarsa pada”
6.      Filsafat adalah sekumpulan problema yang mendapat perhatian manusia dan dicarikan jawabannnya secara mendasar dari para filsof – lover of wisdom.
B.     Ciri – ciri berfikir filsafat
1.      Radikal      = keakaranya /substansinya/kehakikatannya
2.      Universal               = menyangkut pengalaman umum manusi.
3.      Konseptual            = hasil generalisasi dan abstraksi pengalaman manusia
4.      Koheren               = sesuai dengan kaidah logika
5.      Konsensus             = tidka mengandung kontradiksi
6.        Sistematik                        = saling berhubungan – teratur engan maksud dan tujuan
tertentu/runtut
7.      Komperhensif       = menyeluruh
8.      Bebas                    = bebas dari prsangka sosial, kultural, bahkan religius
9.      Bertanggung jawab = bertanggung jawab terhadap hasil pemikirannya, hati nurani

C.     Tiga pilar utama filsafat
Ontologi          = bicara apa membedakan antara ilmu yang satu dengan yang lain melalui objek formal
Epistemologi   = bagaimana cara mendapatkan sehingga dapat meciptakan ilmuwan yang bijaksana dalam penerapan ilmunya di masyarakat.
Aksiologi         = untuk apa digunakan apakah bermanfaat untuk umat manusia dan apakah bebas nilai atau tidak masalah etika.   

D.    4 Hal yang menyebabkan manusia ingin berfilsafat
1.         Kekaguman/ketakjuban   = kekaguman hanya mungkin dirasakan dan dialami oleh makhluk yang punya akal budi dan perasaan. Memperhatikan secara seksaama dari apa yang diamati untuk memahami hakikatnya itulah yang melahirkan filsafat
2.         Ketidak puasan    = manusia yang selalu tidak puas karena mampu berfikir secara rasional dan ketika rasio berhasil menurunkan erajat mitos maka lahirlh upaya berfilsafat
3.         Manusia memiliki hasrat untuk bertanya = kekaguman manusia akan sesuatu melahirkan suatu pertanyaan – pertanyaan yang tak kunjung habis. Filsafat akan berhenti apabila manusia telah berhenti bertanya secara radikal dan universal.
4.         Keraguan = pertnyaan yang diajukan untuk memperoleh kejelsn dan keterangan yang pasti pada hakikatnya merupakan suatu pertanyaan tentang adanya “APORIA” keraguan dan kebingungan pada manusia maka bertanya dan bertanya dan kemudian lahirlah keinginan untuk berfilsafat.

E.     Karakteristik masalah Filsafat
1.      Bersifat sangat umum tidak bersangkutan dengan objek khusus(deduiktif)
2.      Tidak menyangkut hanya fakta, persoalan filsafat lebih bersifat spekulatif melamp[ui batas – batas pengetahuan yang dijangkau
3.      Bersangkutan dengan nilai moral, estetika, maupun agama
4.      Bersifat kritis artinya dalam berfilsafat merupakan analisis secara kritis terhadap konsep – konsep dan arti – arti yang biasanya diterima begitu saja oleh ilmu tanpa pemeriksaan yang kritis dan salah satu tugas filsafat adalah memeriksa dan menilai sumsi – asumsi ilmu, mengungkapkan arti, dan menentukkan batas – batas penerapannya.
5.      Bersifat sinoptif persoalan filsafat mencakup struktur kenyataan secara keseluruhan
6.      Bersifat implikatif dalam persoalan filsafat sudah dijawab maka dari jawaban tersebut akan memunculkan persoalan baru yang saling berhubungan.

F.      Beberapa kesalah pahaman tentang filsafat
1.      Filsafat adalah suatu yang rahasia, mistik, dan aneh
2.      Filsafat sebagai master scientiarium (induk segala ilmu) karena filsafat ialah ilmu tertinggi sehingga hanya dapat dipahami oleh orng – orang yang jenius, orang – orang yang mempunyai kemampuan intelektual luar biasa.
3.      Filsafat tidak berhargauntuk diepalajari karena tidak memiliki kegunaan praktis
4.      Filsafat ukan disiplin ilmu karena bebicara tentang apa saja sehingga tidak memiliki pijakan konkret yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
5.      Di kalangan para rohaniawan dan theolog ada yang memperlakukkan filsafat hanya sebagai “ANCILLA THEOLOGIAE” Pemahaman theologi argumentasi yang kuat untuk membela keyakinan dan ajaran agma tanpa mempedulikan apakah cara itu benar atau salah.
6.      Dalam pengertian sehari – hari filsafah diartikan sebagai sikap, pandangan, dan gagasan yang dipegang oleh sesorang untuk menghadapi segala persoaland an tantangan.
7.      Karena semua orang berfikir, sesungguhnya semua orang adalah filsuf, berfikir secara filsafati ada persyaratan tertentu yang harus dipenuhi.


A.    Teori kebenaran
1.      Teori pragmatisme adalah teori mengukur kebenaran melalui konsekuensi praktis dan kesan subyek. Tanggapan belum dikatakan benar sebelum teruji dalam praktek. Idea ( kesan atau pendapat dinyatakan benar, jika jadi kebenaran sesuatu terletak pada ada tidaknya daya guna sesuatu tersebut. Permasalahan pada teori ini adalah bahwa pandangan orang tentang kegunaan atau daya guna berbeda dari orang ke orang, dari waktu ke waktu dan dari kondisi ke kondisi yng lain.
2.      Teori korespondensi adalah kebenaran perbandingan antara realita dan oyek ( informasi, fakta, peristiwa, pendapat dengan sesuatu yang ditangkap oleh subyek (idea, kesan). Jika secara serentak tanggapan subyek yang mengamati bersesuaian dengan kenyataan objek yang diketahui, maka benarlah sesuatu itu. Jadi kebenaran korespondensi adalah kebenaran antara subyek dan obyek. Kebenaran pada suatu obyek, subyek tinggal; mencarinya. Dalam kehidupan masyarakat, mencari kebenaran melalui gaya korespondensi ini merupakan hal yang umum dilakukkan.
3.      Teori koheren (konsistensi) adalah kebenaran bukanlah didasarkan pada hubungan kesan pada subyek dengan kenyataan (realita) obyek, jika itu didasarkan pastilah ada subyektifitas, sebab subjek dengan segala apa yang ada padanya ( potensi dan sifat), cenderung subjektif. Jadi kebenaran adalah konsistensi disebut juga konerensi karena suatu proposisi (pernyataan) cenderung benar jika proposisi tersebut berada dalam keadaaan saling berhubungan dengan proposisi lain yang benar, atau jika makna yang dikandungnya berada dalam keadaan saling berhubungan dengn pengalaman yang ada.
4.      Teori kebenaran religius yaitu kebenaran yang bersumber dari tuhan dan disebut kebenaran illahi. Kebenaran yang mengatasi rasio manusia ( super rational) dan yang mengatasi kodrat alam ( super natural) kebenaran ini bersifat objektif universal artinya berlaku bagi seluruh manusia di semua tempat dan di segala zaman. Kebenaran itu bersifat mutlaj berada di atas kemampuan dan kemauan manusia, oleh karena itu ada kemungkinan kebenaran ini tidak dimengerti dan tidak dikehendaki manusia. Sebenarnya pengetahuan mengajarkan kebenaran. Karena sasaran pengetahuan beraneka ragam, maka tolok ukur kebenaran yang menjadi syarat diterimanya pengetahuan berlainan. Sasaran pengetahuan yang berupa obyek empiris, ukuran kebenarannya adalah bukti kenyataan (faktual). Sasaran pengetahuan yang berupa obyek ideal.
B.     Aliran filsafat
1.      Rasionalisme adalah merupakan suatu paham filsafat yang menyatakan bahwa akal merupakan suatu alat terpenting di dalam memperoleh pengetahuan dan menguji kebenaran pengetahuan. Jika empirisme mengtakan bahwa pengetahuan diperoleh dengan jalan mengalami objek empiris, maka rasinalisme mengajarkan bahwa pengetahuan diperoleh dengan cara berfikir, alat alam berfikir itu adalah kaidah – kaidah logika/berdasarkan pengalaman. Sebagai lawan dari epirisme, rasinalisme berpendapat bahwa sebagian penting pengetahuan datang dari penemuan akal. Contoh : pemahaman kita tentang ligik dan matematika, begitu pasti tidak hanya melihat yang benar, tetapi lebih daripada itu melihatnya sebagai kebenaran yang tidak mungkin salah. Kebenarannya universal.
2.      Idealisme adalah suatu aliran filsafat yang mengajarkan bahwa hakikat dunia fisik hanya dapat dipahami dalam kebergantungan pada jiw (mind) dan spirit ( roh). Istilah ini diambil dari “IDEA” yaitu sesuatu yang hadir dalam jiwa keyakinan ini berasal dari plato. Alam filsafat modern padangan ini mula – mula dikemukakkan oleh george bearkley yang mengatakan bahwa hakekat obyek – obyek fisik adalah idea – idea. Idealisme  mempunyai arugumen epistemologi tersendiri. Mereka mempunyi argumen yang mengatakan bahwa objek – objek fisik pada akhirnya adalah ciptaan tuhan. Idealisme berhubungan dengan rasionalisme, ini adalah mahzab epistemologi yang mengajarkan bahwa pengetahuan apriori atau deduktif dapat diperoleh manusia dengan akalnya. Lawan rasionalisme dalam epistemologi adalah empirisme yang menyatakan bahwa pengetahuan bukan diperoleh dari rasio (akal) melainkan melalui empiris (pengalaman). Orang – orang empirisme amat sulit menerima paham bahwa semua realitas adalah mental atau bergantungan pada jiwa atau roh karena hal ini meibatkan dogma metafisik.
3.      Empirisme adalah suatu doktrin filsafat yang menemukkan peranan pengalaman dalam memperoleh pengetahuan serta pengetahuan itu sendiri dan mengecilkan peranan akal. Empirisme berasal darai bahasa yunani yaitu empiria yang berarti coba – coba atau pengalaman. Untuk memahami empirisme perlu diketahui teori tentang makna dan teori tentang asal pengetahuan teori makna pada aliran ini biasanya dinyatakan sebagai teori tentang asal pengetahuan, yaitu asal susul idea atau konsep. Teori dan makna selalu harus dipahami lewat penafsiran, pengalaman bagi orang empiris jiwa dapat dipahami sebagai gelombang pengalaman kesadaran materai sebagai pola jumlah yang dapat diinera dan hubungan kausalitas sebagai urutn peristiwa yang sama. Tentang teori pengetahuan menurut orang rasional ada beberapa kebenaran umum seperti kejadian tentu memppunyai sebab dasar- dasar matematika dan beberapa prinsip dasar etika. Dan kebenaran itu benar dengan sendirinya yang dikenal dengan istilah kebenaran apriori yang diperoleh lewat intuisi rasional. Orang empirisme menolak pendapat itu, mereka berpendapat tidak ada kemampuan intuisi rasional itu. Semua kebenaran adalah kebenaran yang diperoleh lewat observasi yang disebut dengan kebenaran “APOSTERIORI”.
4.      Pragmatisme istilah pragmatisme diambil dari kata pragma (bahasa yunani) yang berarti tindakan atau perubahan. Pragmatisme adalah realitas sebagaimana diketahui didalam pragmatisme lebih banyak berarti sebagai metode untuk memperjelas suatu konsep ketimbang suatu doktrin filsafat.aliran ini mengingatkan kita akan pentingnya tindakn dan tujuan manusia dalam pengalaman, pengetahuan dan pengertian. Dalam aliran rasionalis mengatakan bahwa konsep dapat muncul dari intuisi, maka aliran pragmatis mengatakan bahwa konsep hanya dpaat muncul dari pengalaman.bagi alira pragmatisme amatlah pentig faktor usaha dan kesukrelaan dalam pengambilan keputusan, maslah moral dan keyakinan agama tidak dapat dipisahkan secara intelektual.
5.      Eksistensialisme berasal dari kata EXIST ( bahasa yunani yang berarti keluar dan sistere yang berarti berdiri. Eksistensi adalah keluar dari diri sendiri dalam bahasa jerman disebut DASSEIN yang berarti berada di sana. Manusia selalu sadar akan tempatnya dengan demikian manusia sadar akan dirinya sendiri. Dengan keluar dari dirinya sendiri manusia sadar tentang dirinya.ia berdiri sebagai aku atau pribadi. Manusia selalu mengkontruksi dirinya dalam hal jasmani sebagai satu susunan. Bagi aliran ini yang dibicarakan adalah cara berda manusia di dunia ini karena manusialah yang bereksistensi sedangkan makhluk lain tidak. Eksistensi manusia mendahului eksistensinya, ini berada engan makhluk lainnya yang eksistensinya mendahului eksistensinya di dalam filsafat idealisme wujud nyata eksistensi.
6.      Naturalisme mempunyai pandangan bahwa kenyataan yang sebenarnya adalah alam semesta. Jiwa dapat menurun kedudukannya menjadi dan mempunyai hakekat sebagai unsur – unsur materi. Naturalisme dapat menjadi materilisme, segala sesuatu berasal dari alam menjadi pluralisme, suatu faham yang berpendirian bahwa kenyataan itu dapat terdiri dari banyak tipe – tipe benda alamiah.
C.     Cabang – cabang ilmu filsafat
1.      Metafisika terdiri dari kata Metata + Physika yang berarti suatu yang ada di balik yang fisik /nyata. Membahas tentang keberadaan (being) eksistensi (existence). Meta = beyond, metafisika = beyond experience. Aristoles menggunakkan proto philosophia (filsafat pertama) pemikiran tentang sifat yang terdalam (uitimte nature) misal: bergerak, hidup, mati, keberadaan. Metafisika tidak termasuk ilmu karena yang dimaksud ilmu itu sesuatu yang bersifat fixed ( pasti) dan final. Termasuk ilmu jika itu suatu kajin yang dikaitkan dengan attitude (sikap) dan metode tertentu.
2.      Epistemologi = theory of knowledge terdiri dari kata Episteme + logos yang artinya teori pengetahuan. Obyek material adalah pengetahuan, obyek formal adalah hakekat pengetahuan. Masalah yang dikaji adalah asal usul pengetahuan, peran akal, kebenaran, jenis – jenis pengetahuan. Dan 8 hal yang dapat membentuk struktur pemikiran manusia adalah : mengobati (obsrves), menyelidiki ( Inquires), percaya (believe), hasrat (desires), maksud (Intends), mengatur
( Organizes), menyesuaikan (adapts), menikmati (enjoys)
3.      Aksiologi = teori nilai/filsafat etika/moral. Teridiri dari kata Axios + logos yang berarti nilai yang berharga dan ilmu yang bermanfaat.
4.      Logika / logos merupakan teori ilmu untuk berfikir secara lurus dan rasionalitas sesuai dengan akal pikiran.
5.      Etika / ethos (watak) merupakan teori ilmu dari baik buruknya yng bermoral/value dan yang mempunyai nilai.
6.      Estetika adalah teori ilmu filsafat tentang keindahan /aisthetis (serapan indera).
Perbedaan antara filsafat dengan ilmu (titus,smith) antara filsafat dengan ilmu mempunyai persamaan yang tumbuh dari sikap reflektif yang dilandasi oleh kencintaan yang tidak memihak terhadap kebenaran.
Filsafat :
1.      Dengan metodenya mampu mempertanyakankeabsahan ilmu
2.      Lebih bersifat inklusif – bukan ekslusif – bersifat umum di segala bidang dan pengalaman manusia.
3.      Lebih sintetik atau sinoptik yaitu menghadapi sifat dan kualitas alam dan kehidupan sebagai keseluruhan. Dengan sintesa yang interpretatif dan menemukkan arti benda – benda.
4.      Merelevansikan dengan personalitas, nilai – nilai dan bidang pengalaman.

Comments

Popular posts from this blog

Lagu Sayang dan makna bahasa jawa

Teaching Writing

Evaluasi pembelajaran dalam literasi