Keterampilan dalam bahasa jawa
Keterampilan berbahasa sebagai wujud pembelajaran bahasa jawa
- Keterampilan menyimak (listening skills)
- Keterampilan berbicara ( speaking skills)
- Keterampilan membaca ( reading skills)
- Keterampilan menulis ( writing skills)
Keempat
keterampilan tersebut pada dasarnya merupakan satu kesatuan. Dalam memperoleh
keterampilan berbahasa biasanya berurutan secara teratur, yaitu pada mulanya di
masa kecil seorang anak belajar menyimak / mendengarkan bahasa dari lingkungan
sekitarnya, kemudian berbicara dengan mencoba menirukan dan mengucap bahasa –
bahasa sederhana, sesudah itu belajar membaca dan dilnjutkan menulis. Keempat
keteranpilan itu semakin intensif dipelajari ketika anak masuk ke jenjang
pendidikan formal. Setiap keterampilan bebhasa erat sekali hubungannya dengan
proses berpikir yang mendasari bahasa. Bahasa seseorang mencerminkan
pikirannya, artinya semakin terampil seseorang berbahasa, semakin cerah dan
jelas jalan pikirannya.
A. Keterampilan
menyimak
Hakikat menyimak : ketermpilan memahami
bahasa lisan yang bersifat reseptif (menerima pesan) disebut dengan menyimak.
Menyimakn adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang – lambnag lisan
dengan penuh perhatian , pemahaman, apresiasi, dan interprestasi untuk
memperoleh informasi, menangkap isi atau pesanserta memahami makna komunikasi
yang telah disampaikan oleh pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan (
Tarigan, 1990:25). Dalam bahasa pertama (bahasa ibu), perolehan keterampilan
menyimak melalui proses yang tidak disadari, sehingga kompleksitas proses
pemerolehan keterampilan menyimak itu juga tidak disadari.
Faktor
– faktor yang dilibatkan dalam kemampuan menyimak sebagai salah satu
keterampilan berbahasa reseptif (menerima pesan), yaitu :
1. Acuity
adalah kesadaran akan adanya suara diterima oleh telinga, misalnya mendegar
suara musik tetangga, mendengar suara anak lain yang sedang bermain, mendengar
suara mesin printer
2. Auditory
discrimination adalah kemampuan membedakan persamaan dan perbedaan suara atau
bunyi, misalnya suara hujanberbeda dengan suara musik, pertanyaan seseorang
tidka sama dengan pernyataan seseorang, diri dan duri berbeda bunyinya.
3. Auding
adalah suatuat asosiasi antara arti dengan pesan yang diungk.pemahaman terhadap
isi dan maksud kata – kata yang diungkapkan. Contoh memehami pernyataan : “
kamu boleh bermin min di halaman”, “gerakkan tanganmu ke atas dan ke bawah”.
- Ada dua jenis situasi dalam menyimak, yaitu situasi menyimak ssecara interaktif dan situasi menyimak secara non – interaktif. Menyimak secara interaktif terjadi dalam percakapan tatap muka dan percakapan di telepon. Menyimak secara non – interaktif, yakni para pelibat bicara tidak dapat meminta penjelasan dari pembicara, tidak bisa pembicara mengulangi apa yang diucapkan, dan tidak bisa meminta pembicaraan diperlmbat. Contoh :situasi mendengarkan non interaktif yaitu mendengarkan lagu, fil,radio, TV, kotbah atau menyimak acara – acara seremonial.
Manfaat
menyimak menurut Soedjiatno ( 1983:18) mengemukakan empat tataran pokok dalam
mengembangkan keterampilan menyimak yaitu :
1. Tataran
identifikasi adalah tahap pengenalan. Tahap ini dimulai terampil dalam mengenal
berbagai jenis bunyi bahasa, kata – kata, frasa – frasa struktur kalimat,
dengan pertimbangan waktu, modifikasi, maupun logika. Jadi pada tahap ini
menyimak dilibatkan langsung untuk segera mengenal elemen – elemen kebahasaan
dan maknanya, baik elemen segmental maupun suprasegmental ( intonasi, jeda,
nada dan tekanan). Menyimak pada tataran ini disebut juga dengan istilah
menyimak bahasa.
2. Tataran
identifikasi dan seleksi tanpa retensi (penyimpanan) adalah ttaran menyimak
dimana penyimak dihrapkan memperoleh kemampuan mengenal dan memahami sesuatu
unit kontinum bunyi/ujaran, tetapi belum dituntut adanya kemampuan retensi (kemampuan
mencamkan, menyimpan, dan memproduksikn) hasil pemahaman itu. Penyimak hanya
dituntut mampu mengenk, memhami maksud tuturan, belum dituntut adanya kemampuan
mengingat – ingat.
3. Tataran
identifikasi dengan seleksi terpimpin dan retensi jangka panjang adalah tetaran
menyimak untuk menuntut penyimak mengenal bunyi – bunyi dan kemampuan memahami,
tetapi msih dalam tahap terpimpin. Misalnya, dengan memberikan daftar
pertanyyan terlebih dahulu kepada penyimak supaya dapat dipelajari sebelum
bahan simakan diberikan.
4. Tataran
identifikasi dengan seleksi retensi jangka panjang adalah taraf menyimak yang
menuntut penyimak untuk mampu mengenal bunyi – bunyi dalam kontinum bunyi yang
panjang, mampu memahami makna pesan secara tepat, dengan kemampuan mengingat
dalam jangka waktu yang relatif lama. Tuntunan pada menyimak pada fase ini
ialah menyimak mampu menyimak kontinum wacana yang panjang, baik ragam bacaan,
cerita – cerita menarik, berita surat kabar, percakapan – percakapan panjang,
ujran – ujaran ekspresif, percakapan lewat telepon, puisi, drama rekaman.
Tujuan
dan fungsi menyimak
Tujuan menyimak menurut Tarigan (1990
:35) adalah
1.
Untuk belajar
2.
Untuk memecahkan masalah
3.
Untuk mengevaluasi
4.
Untuk mengapresiasi
5.
Untuk mengkomunikasikan ide – ide
6.
Untuk membedakan bunyi – bunyi
7.
Untuk menyakinkan
Tujuan menyimak menurut Bromley (1991)
1. Anak dan orang dewasa sebagian besar
menghabiskan waktunya untuk mendengar
2. Kemampuan mendengar sangat penting tidak
hanya ketika beljar di dalam kelas tetapi juga dalam kehidupan sehari – hari.
Fungsi
keterampilan menyimak
1. Menjadi
dasar belajar bahasa baik bahasa pertaa maupun bahasa kedua
2. Menjadi
dasar pengembangan kemampauan bahasa tulis ( membaca dan menulis)
3. Menunjang
keterampilan berbahasa lainnya
4. Memperlancar
komunikasi lisan
5. Menambah
informasi dan pengetahuan.
Ø Jenis
jenis menyimak yang dapat dikembangakan dalam pembelajaran adalh menyimak informatif,
menyimak kritis, menyimak apresiatif (kretif), dan menyimak eksploratif.
1.Menyimak
informatif adalah kegiatan mendengarkan informasi untuk mengidentifikasikan dan
mengingat fakta – fakta , ide – ide, hubungan – hubungan. Ada beberapa kegiatan
yang dapat direncanakan untuk mengembangkan kemmpuan menyimak informatif pada
anak – anak, seperti contoh berikut.:
- Membiarkan anak menyuruh anak menutup mata lalu menundukkan kepalanya di atas meja, kemudian suruh mereka untuk membedakan bunyi (merobek kertas, meraut pensil, membuka pintu) lalu tanyakan kepada mereka untuk menebak suara apa yang muncul.mengajarkan kepada anak bagaimana menerima pesan telepon secara singkat
- Membacakan paragraf pendek tentang ilmu pengetahuan, kemudian mengajukan pertanyyan tentang apa, siapa, mengapa, dan kapan
- Membacakan sajak atau cerita, hilangkan kata / kalimat kemudian suruh anak – anak melengkapi kata atau kalimat yang hi;ang (metode close)
2. Menyimak
kritis adalah kegiatan menyimak yang dilakukkan dengan sungguh – sungguh untuk
memberikan penilaian secara objektif, menentukkan keaslian, kebenaran, dan
kelebihan serta kekurangan – kekurangan bahan simakan. Hal – hal yang perlu
diperhatikan dalam menyimak kritis adalah mengamati tepat tidaknya ujaran
pembicaraan, mencari jawaban atau pertanyaan penyebab, perbandingan,dan simpulan.
Beberapa contoh kegiatan untuk mengembangkan kemampuan menyimak kritis :
- Membacakan cerita pendek lalu sajak kepada anak – anak mengungkapkan ide utama dari cerita yang didengar. Kegiatan ini bisa dipandu dengan pertanyaan guru
- Membacakan teka – teki dan mengajak anak untuk menebak berbagai jawaban
- Mengajak anak menonton cerita pada televisi atau VCD, lalu mintalah kesan anak tentang cerita tersebut.
3. Menyimak
kreatif/Apresiatif adalah kegiatan menyimak yang bertujuan untuk mengembangkan
daya imajinasi dan kreatifitas anak. Kreatifitas penyimak dapat dilakukkan
dengan cara menirukan lafal atau bunyi bahasa asing atau bahasa daerah,
mengemukakkan gagasan yang sama dengan pembicr, namun struktur dan pilihan
katanya berbeda, merekonstruksi pesan yang disampaikan, menyusun petunjuk atau
nasehat berdasarkan materi yang disimak.ada tiga media yang dapat digunakn
untuk mengembangkan kemampuan menyimak apresiatif yaitu :
- Musik merupakana media yang paling nyata untuk membantu anak menghargai dan menikmati apa yang di dengar.
- Bahas yang berirama, meliputi semua karya sastra
- Patung visual meruupakan media yang mendukung ketertarikan dan imajinasi.
Beberapa
kegiatan yang dapat meningkatkan kemampuan menyimak apresiatif antara lain :
- Membacakan anak koleksi cerita, kemudin membicarakan perasan, suasana hati, dan gambaran yang muncul dalam cerita
- Membacakan semua jenis puisi pada anak n membantu mereka merespons isi puisi dengan visualisasi dan perasaan
- Berbagi buku cerita bergambar tau buku puisi bergambar dan
- Mengundang seorang pencerita untukmengunjungi kelas, sehingga anak menikmati bentuk kesenian yang khusus. Contoh pembelajaran menyimak apresiatif adalah diperdengerkan puisi.
4. Menyimak
eksploratif ialah kegiatan menyimak yang dilakukkan dengan penuh perhatian
untuk mendapatkan informasi baru. Pada akhir kegiatan seorang penyimak
eksploratif akan menemukan gagasan baru, informasi baru, dan informasi tambahan
dari bidang tertentu, menemukkan topik – topik baru, dan menemukkan unsur –
unsur bahasa yang bersifat baru. Contoh membaca cerita tentang rekreasi di
alun- alun kraton ngayogyakarta.
5. Menyimak
interogratif adalah menyimk intensif yang menuntut konsentrasi dan seleksi. Dalam
menyimak integoratif, penyimak mengarahkan perhatiannya pada pemerolehan
informasi dengan cara mengintogerasikan atau menanyai pembicara atau
narasumber. Informasi yang diharapkan penyimak dapat mencakup apa, sipa,
mengapa, dimana, kemana, untuk apa, benarkah.
Ø Strategi
dalam menyimak
- Memusatkan perhatian pada tuturan pembicara ditunjukkan agar dapat menyimak bahasa dengan baik. Penutur atau pembicara biasanya menggunakkan isyarat visual dan verbal untuk menympaikan pesan dan mengarahkan perhatian penyimak. Isyarat visual meliputi gerak tubuh (gesture), tulisan atau kerangka informasi penting, dan perubahan ekspresi wajah (mimik), isyarat verbal meliputi perhentian, naik – turun suara, lambatnya pengucapan butir – butir penting, an pengulangan informasi penting.
- Membuat catatan dapat membantu aktivitas menyimak karena mendorong berkonsentrasi, menyediakan bahan – bahan untuk mereviu, dan dapat membantu mengingat – ingat. Agar membuat catatan sewaktu menyimak tidak mengganggu konsentrasi dapat dilakukkan dengan cara catatan sederhana, pendek dan singkat ( menggunakkan singkatan dan simbol) dan jelas. Terdapart enam kiat yang dapat dilakukan untuk belajar menangkap gagasan inti simakan menurut Tompkins and hosskison 1991: 137) yaitu
a. membentuk gambar dalam pikiran
b. mengelompokkan informasi
c. mengajukan pertanyaan
d. menemukkan pola organisasi informasi
e. mencatat informasi penting
f. memusatklan perhatian
Ø Teknik
pembelajaran keterampilan menyimak antara lain menyimak lagu, menyimak cerita,
menyimak berantai, mentimak ekstensif, menyimak berita/pidato, menyimak
diskusi/debat, menyimak iklan.
Ø Hakikat
menyimak adalah sebagai sarana, sebagai suatu keterampilan, sebagai seni,
sebagai suatu proses, sebagai suatu respons, dan sebagai suatu pengalaman
kreatif. Menyimak dikatakan sebagai suatu sarana, sebab adanya kegiatan yang
dilakukkan seseorang pada waktu menyimak yang harus melalui tahap mendengar
bunyi – bunyi yang telah dikenalnya dan secara bersamaan memaknai bunyi – bunyi
itu sehingga mampu mengintrepentasikan dan memahami makna rentetan bunyi itu.
Ø Pengertian membaca
Salah
satu keterampilan berbahasa yang bersifat menerima pesan selain keterampilan
menyimak adalah membaca. Bedanya menyimak dan membaca adalah jika menyimak
menerima pesan dari sumber lisan, akan tetapi membaca menerima pesan dari
sumber yang tertulis. Hakikat membaca adalah suatu proses, bertujuan, bersifat
aktif, dan memerlukan strategi. Banyak pendapat tentang batasan membaca yang
telah dikemukakkan oleh para pakar. Beberapa diantaraya sebagai berikut :
membaca adalah proses pengenalan simbol tertulis (Depdikbud, 1985:9)
selanjutnya Hodgson (dalam Tarigan, 1985:7) mengemukakkan bahwa membaca adalah
suatu proses yang dilakukkan serta digunakan oleh pembaca untuk memperoleh
pesan yng disampaikan penulis melalui media bahasa tulis. Dalam batasan yang kedua
ini, membaca selain sebagai suatu prsoses, juga bertujuan. Finochiaro dan
Bonono (dalam Tarigan, 1985:5) menyatakan bahwa membaca adalah proses memetik
serta memahami arti/makna yang terkandung dalam bahasa tulis. Anderson dalam
tarigan (1985:7) berpendapat bahwa membaca adalh proses kegiatan mencocokkan
huruf atau melafalkan lambang – lambang bahasa tulis. Batasan membaca tersebut
itu dikenakan pada membaca level paling rendah, yakni memaca permulaan. Atasan
itu lebih tepat dikenakan pada membaca literal. Membaca merupakan salah satu
keterampilan berbahasa, merupakan proses aktif, dan bertujuan serta memerlukan
strategi tertentu sesuai dengan tujuan dan jenis membaca yang diterapkan.
Ø Tujuan
membaca
Tarigan
(1985 : 9) menyatakan bahwa tujuan utama dalam membaca adala untuk mencari
serta memperoleh informasi, mencakup isi, memahami makna bacaan.
1.
Membaca untuk memperoleh rincian –
rincian atau fakta – fakta ( reading for details of facts)
2.
Membaca untuk memperoleh ide –ide utama
(reading for main ideas)
3.
Membaca untuk mengetahui urutan atau
susunan , organisasi cerita (reading for sequence or organization)
4.
Membaca untuk menyimpulkan, membaca
referensi ( reading for inferense)
5.
Membaca untuk mengklarisifikasikan
(reading to classify)
6.
Membaca mengevaluasi ( reading to
evaluate)
7.
Membaca untuk memperbandingkan atau
mempertentangkan (reading to compare or control)
Ø Manfaat
membaca
Manfaat
membaca menurut pendapat Waples (1967) dalam Nurhadi (1987 : 123) yaitu :
1. Mendapat
alat tertentu, membaca untuk memperoleh sesuatu yang bersifat praktis.
2. Mendapat
hasil yang berupa prestise, membaca untuk mendapat rasa lebih bila dibandingkan
dengan orang lain dalam lingkungan pergaulannya
3. Memperkuat
nilai pribadi atau keyakinan
4. Mengganti
pengalaman estetika yang sudah usang
5. Menghindarkan
diri dari kesulitan, ketakutan atau penyakit tertentu.
Ø Komponen
mebaca
Untuk
memperoleh kemampuan membaca yang memadai maka harus dilakukkan serangkaian
proses aktivitas sebagai komponen membaca. Proses aktivitas itu meliputi :
pengenalan aksara dan tanda - tanda baca, penghubungan akasara dan tanda –
tanda baca dengan unsur – unsur linguistik yang formal, dan penghunungan kedua
komponen itu dengan makna.
Ø Apek
membaca
Dalam
aspek membaca ada dua komponen penting yaitu :
1. Keterampilan
yang bersifat mekanis yang dapat dianggap berada pada urutan yang lebih rendah
( lower order) aspek ini mencakup :
Pengenalan bentuk huruf, pengenalan
unsur – unsur linguistik ( fonem / grafem, kata, frasa, pola klause, kalimat,
dan lain – lain. Pengenalan hubungan / korespondensi pola ejaan dan bunyi (
kemampuan menyuarakan bahan tertulis atau “ to brak to print” dan kecepatan
membaca bertaraf lambat.
2. Keterampilan
yng bersifat pemahaman (comprehensif skill) yang dapat dianggap berada pada
urutan yang lebih tinggi (higher order) aspek ini mencakup :
Memahami pengertian sederhana (leksikal.
Gramatikal, retorikal). Memahami signifikasi atau makna, evaluasi atau
penilaian dan kecepatan membaca yang fleksibel, yang mudah disesuaikan dengan
keadaan.
Untuk mencapai tujuan
yang terkandung dalam keterampilan mekanis (mechaical skill) terseut maka
aktivitas yang paling sesuai adalah membaca nyaring, membaca bersuara dan untuk
keterampilan pemhaman. Maka yang paling tep[at adalah dengan membaca dalam hati
dan membaca intensif.
Ø Jenis
– jenis membaca
Bertolak
dari aspek- aspek membaca yang terdiri atas keterampilan yang bersifat mekanis
dan keterampilan yang bersifat pemahaman. Jenis – jenis membaca ada 6 yaitu :
1. Berdasarkan
terdengar – tidaknya suara, membaca nyaring, membaca bersuara dan membaca dalam
hati.
2. Berdasarkan
bahan bacaan, cara, tujuan membaca, membaca dalam hati, dibagi atas membaca
intensif dan membaca ekstensif
3. Membaca
ekstensif dapt dibagi atas membaca survei, membaca sekilas, dan membaca
dangkal.
4. Membaca
intensif dapat dibagi atas membaca telaah isi dan membaca telaah bahasa.
5. Membaca
telaah isi digolongkan menjadi membaca teliti, membaca pemahaman, membaca
kritis, dan membaca ide
6. Membaca
telaah bahasa mencakup membaca bahasa asing dan membaca sastra.
Ø Pengembangan keterampilan membaca
Sebagai
seorang guru kita dapat memberikan pengembangan keterampilan membaca dengan
berbagai cara yaitu :
1. Guru
dapat menolong para pelajar memperkaya kosa kata mereka dengan memperkenalkan
sinonim, imbuhan, kata – kata dari konteks atau hubungan kalimat dan
memperjelaskn arti sesuatu kata abstrak dengan mempergunakan bahasa daerah atau
bahasa ibu pelajar.
2. Guru
dapat membantu pelajar untuk memahami makna struktur – struktur kata, kalimat
dan sebagainya dengan cara – cara yang telah dikemukakan di atas, disertai
latihan seperlunya
3. Kalau
perlu guru dapat memberikan serta menjelaskan kawasan atau pengertian kiasan,
sindirian, ungkapan, pepatah, peribahasa, dan lain – lain dalam bahasa daerah
atau bahasa ibu para pelajar.
4. Guru
dapat menjamin serta memastikan pemahaman para pelajar dengan berbagai cara
misal : mengemukakkan pertanyaan yang jawabannya dapat ditemukan oleh para
pelajar secara verbatein (kata demi kata) dalam bahan bacaan, menanyakan apa
ide pokok suatu paragraf, menunjukkan kalimat – kalimat yang kurang baik
letak/susunannya, dan menyuruh para pelajar untuk menempatkan pada tempat/
susunan yang tepat.
5. Guru
dapat meningkatkan kecepatan membaca para terpelajar dengan cara sebagai
beriku: kalau para pelajar disuruh membaca dalam hati, ukurlh waktu membaca
tersebut, haruslah diusahakan agar waktu tersebut bertambah singkat serta
efisien secara teratur sepanjang tahun, haruslah dihindarkan gerakan – gerakan
bibir pada saat membaca dalam hati, hal itu tidak perlu dilakukkan oleh pelajar,haruslah
dijelaskan tujuan khusu, tujuan tertentu membaca itu kepada para pelajar.
Mereka harus dapat menemukkan dari bahan bacaan jawaban terhadap beberapa
pertanyaan atau beberapa kata/ suatu ide/pendapat/pikiran utama/pikiran pokok.
Ø Keterampilan
membaca
Setelah keterampilan menyimak dikuasai
dengan baik, keterampilan selanjutnya yang harus dikuasai adalah keterampilan
berbicara. Awalnya anak mendengar, kemudian menirukan apa yang didengarkan
dengan diucapkan. Peniruan inilah yang disebut dengan proses awal dari
penguasaaan keterampilan berbicara.
Ø Hakikat
berbicara
Berbicara
merupakan keterampilan berbahasa yang digunakan untuk mengungkapkan pikiran dan
perasaan secara lisan. Berbicara adalah suatu peristiwa penyampaian maksud (
ide, pikiran, idi hati) seseorang kepada orang lain dengan menggunakkan bahasa
lisan sehingga maksud tersebut dipahami oleh orang lain. Dalam berbicara
bergantung pula pada alat – alat ujar, apakah dapat berfungsi dengan baik
ataukah tergantung yang sangat berpengaruh terhadap kelancaran berbicara.
Keterampilan berbicara ada dua hal
yang perlu dipahami yang pertama adalah bahasa suatu sitem lambang bunyi yang
diucapkan. Dan kedua bahasa digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi.
Kenyataan bahwa hakikat keterampilan berbahasa itu adalah lambang bunyi yang
diucapkan menempatkan kemampuan berbicara sebagai kemampuan berbahasa yang
utama.
Lima konsep dasar menurut Brown
(2001:27) dalam berbicara adalah (1) Kemampuan berbicara adalah yang sangat
penting untuk komunikasi. (2) kemampuan berbicara adalah suatu proses yang
kreatif (3) kemampuan berbicara adalah hasil proses belajar (4) kemampuan
berbicara sebagai media untuk memperluas wawasan (5) kemampuan berbicara dapat
dikembangkan dengan berbagai topik. Keterampilan komunikasi lisan (berbicara
kedalam empat aspek yaitu cara penyampaian, pengorganisasian, isi dan bahasa.
Cara penyampaian berhubungan dengan penyampaian pesan (seperti volume suara,
kecepatan dan artikulasi). Pengorganisasian berhubungan dngan bagaimana isi
dari pesan tersebut di atas dan bagaimana ide yang satu dihubungkan dengan ide
yang lain. Isi hubungan dengan banyaknya relevansi atau pertautan informasi
dalam suat pesan dan bagaimana isi tersebut disesuaikan dengan pendengar dan
situasi. Bahasa berhubungan dengan tata bahasa dan kata yang digunakan untuk
menyampaikan pesan.
Keterampilan berbicara adalah
keterampilan terikat, yang membutuhkan empat komponen bahasa seperti tata
bahasa, kosakata, kelancaran. Dan pemahaman. Karena itu untuk dapat berbicara
dengan baik dalam suatu bahasa, siswa harus menyadari komponen – komponen
bahasa tersebut. Kemampuan berbicra mengacu pada kemampuan untuk mentransmisi
dan menerima pesan. Berbicara merupakan suatu sktivitas kehidupan manusi normal
yang sangat penting, karena dengan berbicara kita dapat berkomunikasi antara
sesama manusia, menyatakan pendapat, menyampaikan maksud pesan, mengungkapkan
perasaan dalam segala kondisi emosional. Berbicara merupakan salah satu dari
empat kemampuan berbahasa atau kemampuan komunikatif. Secara harfiah berbicara
berarti mengekspresikan pikiran atau perasaam dengan bahas alisan. Berbicara
pada hakikatnya merupakan suatu proses komunikasi sebab di dalamnya terjadi
pemindahan pesan dari satu sumber ke tempat lain. Berbicara adalah eksprsi diri,
bila pembicara memiliki pengetahuan dan pengalaman yang kaya, maka dengan mudah
yang bersangkutan dapat menguraikan pengetahuna dan pengalaan, maka ia akan
mengalami ketersendatan dan kesukaran dalam berbicara. Berbicara (speaking)
adalah perbuatan menghasilkan bahasa untuk berkomunikasi. Berkomunikasi
dimaksudkan agar pembicara dan pendengar dapat memahami makdus pembicara. Dalam
komunikasi ini terjadi interaksi antara pembcra dan pendegar. Dengan demikian
berbicara dapat diartikan sebagai ekspresi diri untuk menghasilkan ujaran, dan
bertujuan untuk menyampaikan gagasa, pendapat, isi hati kepada orang lain dalam
rangka mempertahankan hubungan sosial atau hanya sekedar menyampaikan
informasi.
Ø Tujuan
berbicara
Tujuan
berbicara adalah (1) mendorong pembicara untuk memberi semangat, membangkitkan
kegairahan, serta menunjukkan rasa hormat dan pengabdian. (2) menyakinkan
pembicara berusaha mempengaruhi keyakinan atau sikap mental/intelektual kepada
para pendengarnya (3) berbuat/bertindak pembicara menghendaki tindakan atau
reaksi fisik dari para pendengar dengan terbangkitkan emosi (4) memberitahukan
pembicara berusaha menguraikan atau menyampaikan sesuatu kepada pendengar,
dengan harapan agar pendengar mengetahui tentang sesuatu hal pengetahuan dan
sebagainya. (5) menyenangkan pembicara bermaksud menggembirakan, menghibur para
pendengar agar terlepas dari kerutinn yang dialami oleh pendengar.
Ø Jenis
berbicara
Secaara
garis besar jenis berbicara dibagi menjadi 2 yaitu
(a) berbicara dinamika umum
yang mencakup berbicara yang bersifat pemberitahuan, kekeluargaan, bujukan dan
perundingan.
(b) berbicara pada konferensi, yang meliputi diskusi kelompok,
prosedur parlementer, dan debat.
Jenis – jenis berbicar dibedakan menjadi tiga
macam yaitu :
(1) persuasif mendorong menyakinkan dan bertindak. Menghendaki
reaksi dari para pendengar untuk mendapatkan ilham / inspirasi atau
membangkitkan emosi untuk mendapatkan persesuaian pendapat, intelektual dan
keyakinan bahkan tindakan dari pendengar.
(2) instuktif memberitahukan dalam
hal ini menhndaki reaksi dari pendengar berupa pengertin yang tepat dan
(3)rekreatif menyenangkan, menghendaki reaksi dari pendengar berupa minat dan
kegembiraan.
Berdasarkan situasi pembicaraan,
berbicara dapat dikelompokkn menjadi dua jenis, yakni berbicara informal (tidak
resmi) dan informal (resmi). Berdasarkan tujuan pembicara, berbicar dapatt
dikelompokkan menjadi lima jenis, yakni berbicara menghibur, berbicara
menginformasikan, berbicara menstimuli, berbicara menyakinkan, dan berbicara
menggerakkan. Berdasarkan jumlah pendengar berbicara dapat dikelompokkan
menjadi tig jenis yaitu berbicara antar pribadi, berbicara dalam kelompok
kecil, dan dalam kelompok besar. Berdasarkan peristiwa yang melatarinya
berbicara dapat ikelompokkan menjadi enam jenis yakni berbicara dalam momentum
prestasi, berbicara dalam momentum penyambutan, berbicara dalam momentum
perpisahan, berbicara dalam momentu jamuan, berbicara dalam momentum
perkenalan. Berdasarkan metode penyampaian berbicara dapat dikelompokkan menjadi
empat jenis, yakni berbicara mendadak (improptu), berbicara tanpa persiapan
naskah lengkap, berbicara dengan membaca naskah, dna berbicara menghafal.
Ø Prinsip
berbicara
Menurut
Anjali (2008:40) ada delapan prinsip yang perlu diperhatikan dalam berbicara.
Kedelapan prinsip itu adalah : prinsip keindahan, prinsip efektivitas, prinsip
keunikan dan keautentikan, prinsip kecermatan, kreativitas, prinsip etis,
prinsip logis, dan prinsip kebenaran.
Ø Aktivitas
berbicara
1. Menceritakan
pengalaman
Ada
ungkapan menyatakan bahwa pengalaman merupakan guru terbaik. Dari pengalaman
orang dapatbelajar tentang banyak hal. Pengalaman dapat dibagi menjadi beberapa
jenis. Dari segi ada atau tidaknya kesan, terdapat pengalaman yang berkesan dan
yang tidka berkesan. Dari segi kandungan kerahasiaan, terdapat pengalaman yang
dapat diceritakan. Jika kedua kategori tersebut dipadukan, terdapat pengalaman
yang berkesan – dapat diceritakan, dan tidak berkesan-tidak dapat diceritakan.
Jenis – jenis pengalaman tersebut tentu anda miliki.
2. Menyampaikan
isi pengumuman
Pengumumuman
khusunya pengumuman formal, seperti halnya pengumuman tentang pelaksanaan
kegiatan tertentu di sekolah, yang terpenting adalah ketersampaian isi
penguuman dan kejelasan cara penyampaian. Pada pengumuman jenis lain ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menyampaikan pengumuman. Pertama,
ada pengumuman yang tidak dapat dibaca sendiri oleh banyak orang. Dengan kata
lain, ad apengumuman yang depan sebab tertentu harus dibacakan oleh orang
tertentu. Kedua, kegiatan membaca penguuman harus dilakukkan dengan improvisasi
yang menarik tanpa mengabaikan substansi pengumuman.
3. Menceritakan
tokoh idola
Dalam
realitas kehidupan prestasi antar orang tidak sama. Ada yang prestasinya dalam
hal tertentu menonjol, ada yang sedang, dan ada yang kurang. Seseorang disebut
tokoh jika prestasinya menonjol secara luar biasa. Jika prestsi yang menonjol
luar biasa tersebut hanya berguna untuk diri sendiri. Di indonesia ada bebrapa
orang yang dikategorikan sebagai tokoh, misalnya Bung karno, Bung hatta, Pak
Harto, dan Bu Tien. Jika seorang tokoh diidolai, pengidola lazimnya mengetahui
banyak hal tentng tokoh tersebut. Beberapa pengidola bahkan hafal di luar
kepala biodata lengkap tokoh yang diidolai. Ia bisa menceritakan secara kronologis
dan lengkap jejak rekam (track record) tokoh yang diidolai.
4. Bertelepon
Dalam kehidupan sehari
– hari, bertelepon merupkan kebutuhan pokok. Hal ini dilatarbelakangi kenyataan
bahwa dengan bertelepon segala sesuatu dapat dikomunikasikan secara praktis
tanpa boros waktu. Kenyataan bahwa layanan penyedia jasa (provider) bertelepon
makin baik menyebabkan telepon menadi alternatif sarana komunikasi non tatap
muka. Sekalipun telah menjadi sarana komunikasi sehari – hari dalam praktik
kegiatan bertelepon justru sering menimbulkan masalah. Masalah tersebut
misalnya terjadi salah sambung, bahasa penelpon atau penerima telepon kurang
santun, dan cara meletakkan gagang telepon tau enutup telepon yang tidak sopan
(terlalu keras atau tergesa – gesa).
5. Berwawancara
Wawancara
merupakan kegiatan meminta dan memberikan informasi untuk kepentingan tertentu.
Wawancar berbeda dengan percakapan biasa karena di samping didasari adanya
kepentingan tertentu, hasil wawancara biasanya didokumentasikan. Wawancara
dapat dibagi menjadi beberapa jenis. Berdasarkan terstruktur atau tidaknya
materi wawancara, terdapat wawancara terstruktur dan wawancra bebas.
Berdasarkan ada atau tidaknya panduan wawancara, terdapat wawancara berpanduan
dan tidak berpanduan. Berdasarkan kebebasan pihak yang diwawancarai dalam
memberikan jawaban, terdapat wawancara terbuka dan wawancara tertutup.
6. Menyampaikan
persetujuan, sanggahan, dan penolakan
Dalam
menyikapi suatu masalah, dalam kehiatan diskusi misalnya, dua atau lebih orang
di samping dapat memiliki pandangan yang sama, juga dapat memiliki pandangan
yang berbeda. Pandangan yang sama, juga dapat memiliki pandangan yang berbeda.
Pandangan yang sma muncul jika cara pandang yang digunakan sama. Kebalikannya,
jika cara pandangnya berbeda pandangan yang muncul cenderung berbeda. Persamaan
dan perbedaan pandangan dalam kegatan diskusi biasanya memunculkan persetujuan,
sanggahan, dan penolakan. Persetujuan muncul jika seseorang merasa bahwa
pandangan orang lain benar dan sesuai dengan pandangannya. Pandangan orang lain
keliru ( mistake ). Penolakan muncul jika pendapat orang lain salah ( eror).
Terkait dengan hal tersebut, ada dua catatan penting untuk dismapaikan.
Pertama, persetujuan, sanggahan, dan penolakan harus disertai dengan alasan
yang logis, berbasis data, tidak emosional, dan tidak subjektif. Kedua
sanggahan atau penolakan harus disampaikan secara santun.
D.
Keterampilan Menulis
Menulis
dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan penyampaian pesan (komunikasi)
dengan menggunakkkan bahasa tulis sebagai alat atau medianya. Pesan adalah isi
atau muatan yang terkandung dalam suatu tulisan. Menulis merupakan suatu
keterampilan berbahasa yang diperkirakan untuk komunikasi secara tidak
langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Menulis merupakan suatu
kegiatan yang produktif dan ekspresif. Menulis seperti juga halnya ketiga
keterampilan berbahasa lainnya, merupakan suatu proses perkembangan. Menulis
menuntut pengalaman, waktu, kesempatan, latihan, keterampilan – keterampilan
khusu, dan pengajaran langsung menjadi seorang penulis.
Menulis merupakan suatu proses
pengolahan dan penuangan gagasan secara runtut, logis, dan bermakna sehingga
dapat memberikan pemahaman imajinatif para pembacanya secara maksimal. Gagasan
yang berupa abstraksi ide dan pikiran tersebut yang diebolasi dan
diakumulasikan sedemikian rupa berdasarkan tatagrafis dan tatagramika dalam
media bahasa tulis, sehingga menarik, bernilai, dan komunikatif. Menulis
bukanlah sekedar mengkopi dan menyalin bahasa, sebagaimana penjiplak dan pelukis,
tetapi di dalamnya terkandung unsur pemahaman, penguasaan (terampil) bahasa
sasaran beserta aspek representasinya. Kemampuan menulis sering
diidentifikasikan dengan ciri – ciri kecendekiaan seseorang. Hal itu berangkat
dari suatu analogi sedikitnya penulis dibandingkan dengan jumlah pembaca.
Menulis bukanlah pekerjaan mudah. Didalnya terkandung makna kecerdasan,
pengalaman, bakat, wawasan dan pengetahuan. Serta alur penalaran seseorang.
Ciri – ciri tulisan yang baik adalah (a) tulisan yang baik mencerminkan
kemampuan sang penulis dalam mempergunakan nada yang serasi (b) tulisan yang
baik mencerminkan kemampuans ang penulis menyusun bahan – bahan yang tersedia
menjadi suatu keseluruhan yang utuh (c) tulisan yang baik mencerminkan
kemampuan sang penulis untuk menulis dengan jelas dan tidak samar – smar,
memanfaatkan struktur kalimat, bahasa, dan contoh – contoh sehingga maknanya
sesuai dengan yang diinginkan oleh sang penulis (d) tulisan yang baik
mencerminkan kemampuan sang menulis untuk menulis secara meyakinkan, menarik
minat para pembaca terhadap pokok
pembicaraan serta mendemonstrasikan suatu pengertian yang masuk akal dan
cermat teliti mengenai hal itu (e) tulisan yang baik mencerminkan kemampuan
sang penulis untuk mengkritik naskah tulisannya yang pertama serta perbaikannya
(f) tulisan yang baik mencerminkan kebanggan sang penulis dakan baskah atau
manuskrip.
Ø Manfaat
menulis
Dalam menulis ada
beberapa manfaat yaitu
(1) peningkatan kecerdasan, kegiatan menulis memiliki
pengaruh besar terhadap perkembangan otak kiri,yang dap[at merangsan dalam
bidang linguistik (kebahasaan ).
(2) pengembangan dya inisiatif dan kreativitas,
kegiatan menulis adalh kegiatan mengembangkan imajinasi yang didalmnya terdapat
inisiatif dan kreativitas.
(3) penumbuh keberanian, kegiatan menulis merupakan
slah stu tonggalk dalam menumbuhkan sikap kkeberanian dan
(4) pendorong kemauan
dankemampuan untuk mengumpulkan informasi, kegiatan menulis merupakn slah satu
alternatif dalam mendorong kemauan bagi diri sendiri serta slah satu cara untuk
mengumpulkan informasi mengenai suatu hal yang belum diketahui secara pasti.
Kegiatan kepenulisan
banyak memberikan nilai dan manfaat baik bagi dirinya atau pihak lain yang
berkepentingan. Misalnya
(1) dapat mengenali pengetahuan, kemampuan, dan potensi diri tentaang suatu topik tertentu(2) berlatih mengembangkan gagasan, dengan cara mengorganisasikan penalaran dalam bahasa yang logis, faktual dan argmentsif(3) memperluas wawasan dan pengalaman, sebab menulis selalu berkaitan dengan kegiatan mencari, mengumpulkan, memferifikasi, memahami informasi (data) dari berbagai sumber referensi yang berhubungan dengan topik yang ditulis(4) dapat melatih mengekspresikan suatu gagasan dengan bahasa secara tersurat dan runtut, sehingga suatu informasi menjadi lebih mudah untuk difahami(5) dapat meninjau dan menilai gagasn sendiri secara lebih objektif dan bertanggung jawab dan(6) seseorang akan lebih mudah memecahkan masalah , yaitu dengan membaca secara berulang – ulang dengan menganalisnya secara lebih intensif, objektif, dan konkrit.
Comments
Post a Comment