SASTRA JAWA
SASTRA JAWA
Sastra jawa merupakan suatu kebudayaan yang wajib kita lestarikan dan orang jawa mempunyai ciri khas tersendiri terutama dalam adat sopan santun. Dari dahulu sudah banyak lagu jawa dan penulisan aksara jawa yang harus dilestarikan terutama kepada peserta didik hal ini agar kebudayaan bahasa jawa dan adat istiadat lainnya tetap terjaga. Berikut ini merpakan beberapa manfaat dalam memahami sastra menurut Moody (1996 : 15-24)
1. Membantu Keterampilan Berbahasa
Keterampilan dalam berbahasa jawa terutama jika digunakan di lingkunagn sehari-hari dapat mengasah kemampuan berbicara terutama saat menyampaikan suatu informasi kepada orang tua atau ada sebuah pentas seni dimana mereka mengangkat cerita rakyat jawa dan berbicara menggunakkan bahasa jawa. Kemampuan mendengarkan orang terutama orang tua dalam memberikan nasehat dan juga lagu jawa yang kadang dinyanyika saat bermain. Kemampuan menulis seorang peserta didik diasah saat ada pembelajaran bahasa jawa dan diberi tugas untuk mengubah kalimat menjadi menggunakkan akasara jawa. Dengan lebih menggunakkan bahasa jawa maka semakin lestari kebudayaan kita.
2. Meningkatkan Pengetahuan Budaya
Sastra jawa berhubungan dengan manusia secara keseluruhan dan ini sangat erat hubungannya dengan jati diri kita sebagai warga negara indonesia, Sejatinya kita bangga dengan apa yang kita punya dan berusaha menjunjung dengan memperlajarinya. Kebanyakan anak jaman sekarang merasa gengsi dan lebih mengikuti tren ke barat-baratan dan hal ini snagat berbahaya. Setiap sekolah harus bisa memberikan pemahaman tentang pentingnya memberikan pemahaman kebudayaan kita, dengan adanya diadakan sebuah lomba dan kreasi lagu daerah jawa hal ini sangat membantu agar budaya jawa tetap berkembang dan juga pemerintah harusnya memfasilitasi dengan memajukan kebudayaan daerah. Para ulama jaman dahulu juga menggunakkan bahasa jawa sebagai media untuk berdakwah contohnya sunan kalijaga yang membuat lagu lir-ilir isi dari lagu ini yang syarat akan perintah untuk sadar dan lebih mendekatkan diri kepada sang pencipta.
3. Mengembangkan Cipta dan Rasa
Sastra jawa bisa mengembangkan cipta dan rasa dimana rasa ini merupakan suatu perasaan yang akan bisa diungkapkan kepada orang lain baik melalui tulisan atau lisan dimana saling berkaitan dan yang paling banyak digunakan yaitu dengan menngunakan lisan karena setiap orang kebanyakan cepat menanggapi suatu masalah jika lewat tulisan terkadang orang yang dimaksud salah atau bisa jadi pemahaman menjadi salah dan hal ini yang wajib di perhatikan karena dengan adanya suatu pengungkapan lewat lisan orang akan lebih mudah menangkap. Ada beberapa aspek mulai dari inderawi, penalaran manusia, kesadaran sosial manusia dan religiuitas manusia.
Sastra jawa dimaksudkan untuk meningkatkan pembelajaran terutama dalam mengapresiasi karya sastr. Apresiasi erat hubungannya untuk mempertajam perasaaan, penalaran dan daya imajinasi, serta kepekaan terhadap masyarakat, budaya, dan lingkungan hidup secara kurikuler. Praktek dalam dunia pendidikan seperti contoh : Cerkak, geguritan, wayang/pagelaran wayang, cerita rakyat dan dongeng. Sastra jawa modern di samping sastra jawa klasik atau tradisional yang dikenal dengan adiluhung dan jawa modern dapat dipercaya lebih maju dengan mengembangkan genre baru yang belum dikenal sebelumnya. Jawa modern hidup berdampingan dengan sastra jawa klasik ( macapat) dimana kegiatan macapat ini dilakukkan baik dalam tradisi tulis maupun tradisi sebagian lisan seperti pertunjukan wayang dan ketoprak. Pembelajaran sastra jawa dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan mengapresiasi karya sastra. Dalam proses pembelajaran kemampuan apresiasi jawa berhubungan dengan uaya kita dalam mempertajam perasaan, penalaran, dan daya imajinasi, serta kepekaan terhadap masyarakat, budaya dan lingkungan hidup secara kurikuler. Sumber sastra jawa kuno pertama yaitu sastra sansekerta seperti yang diperlihatkan oleh pitika dan bahasanya dipenuhi kosakata sansekerta sumber sastra ialah sastra arab, parsi dan melayu. Kegiatan sastra jawa baru bermula di kota-kota pelabuhan gresik, tuban, sedayu, demak, dan jepara. Di kota ini komunitas muslim jawa yang awal mula terbentu yang pada umumnya terdiri dari kelas menengan dan terdidik, khusunya kaum saudagar jaya dari kota ini kegiatan sastra pesisir menyebar ke cirebon dan banten di jawa barat, sumenep, dan bangkalan di pulau madura. Pengaruh sastra pesisir ternyata tidak hanya sebatas di pulau jawa saja penyebab adalah para pedagang dan penyebar agama islam yang tinggi menyebar ke luar pulau jawa seperti palembang, lampung, banjarmasin, dan lombok sehingga pada abad ke 18 dan 19 M dengan pindahnya pusat kebudayaan jawa ke kraton surakarta dan yogyakarta.
Memahami karya sastra dalam pembelajaran mendengarkan atau menyimak dalam konteks apresiasi sastra yaitu
1. Mendengarkan dongeng dimana pembacaan kisah-kisah tradisi seperti dongeng dalam merangsang kemampuan peserta didik terutama dalam membaca dan memahami isi dari dongen tersebut dimana peserta menceritakan kembali isi dongeng dan makna yang terkandung dalam cerita tersebut dan merepakan dalam kehidupan sehari-hari.
2. Mendengarkan puisi tradisi dimana kita mengolah kemampuan kita dalam mendengarkan puisi yang dibacakan baik itu melalui kaset, televisi, maupun radio dan pertunjukan langsung sehingga diharapkan peserta didik dapat membacakan dan menyanyikan suatu lagu atau tembung jawa dan juga menceritakan isi kembali isi dari lagu tersebut.
3. menuliskan sebuah isi kembali dari dongeng atau puisi yang di dengar dengan seperti itu kita melatih kemampuan siswa dalam mengolah kata dan memahami isi dari dongeng atau lagu sesuai dengan bahasa dan pemahaman kita. Dengan kegiatan menulis akan mengajarkan kepada siswa untuk lebih bisa membuat suatu pemahaman dan memperdalam pemahaman terutama tentang sastra jawa.
Comments
Post a Comment